DREAM #5

611 156 21
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

15 November, Awal Musim Dingin.

Kamu
Ruang kelas XI-A, 07.48 (Jumat)

Kamu sengaja datang lebih pagi hari ini. Kelas masih dimulai sekitar empat puluh menit lagi, namun kamu sudah duduk di mejamu sedari tadi.

Tentu saja, kelas masih sangat sepi. Hanya kamu seorang yang berada disini, dengan buku catatan kecil dihadapanmu.

Kamu terlalu lelah untuk menulis sepulang sekolah kemarin. Jadi, kamu berencana untuk menulis apapun pagi ini. Terutama.. rasa campur aduk yang kamu rasakan di bus hari lalu.

Impian #102. Memiliki seorang pacar.

Perlakuan Donghyun padamu kemarin menyadarkanmu sesuatu. Begitu inginnya kamu untuk menaruh perasaan pada seseorang. Bahkan hingga pada keinginan memiliki seseorang pendamping di sisimu.

Tapi kamu pikir, bukan Kim Donghyun tentu saja. Kamu merasa.. lelaki itu terlalu sempurna untuk orang sepertimu.

Kamu membuka halaman tengah untuk menulis question of life. Kamu berpikir sejenak. Haruskah kamu menuliskannya disana? Tapi bagaimana jika Eunbi dan Sujeong mengetahuinya?

Kedua teman baikmu itu memang mengetahui kebiasaanmu ini. Namun jika kamu menuliskan ini... bagaimana ya reaksi mereka?

"Aku hanya harus untuk tak menuliskan namanya," gumammu.

Perlahan, kamu mulai menggoreskan penamu dalam lembar putih buku catatan.

Pertanyaan #88. Jika seorang laki-laki melihatku.. apa yang mereka pikirkan tentangku ya?

Kamu tersenyum kecil. Sesungguhnya, pertanyaan ini kamu tujukan untuk lelaki yang kamu temui di halte bus kemarin. Kim Donghyun.

Deg. Jantungmu kembali berdebar mengingat Donghyun kemarin. Ia, yang menyanggamu agar tak terjatuh. Kira-kira.. seperti apa ya kamu dimatanya sekarang?

Tunggu. Kamu ingat bahwa kamu belum berterimakasih pada Donghyun karena menolongmu kemarin. Kamu ingat bahwa kamu terlalu gugup untuk memandang wajahnya dan berterimakasih.

"Dia pasti melihatku buruk sekarang," gumammu, menyesal.

Kamu berusaha melupakan kejadian waktu itu dan meraih ransel yang kamu gantungkan di sisi mejamu. Kamu memandang gantungan kunci berbentuk bintang yang senantiasa menggantung di sisi ranselmu. Gantungan favorit, gantunganmu yang berharga.

Kamu meremas gantungan empuk berbentuk bintang itu perlahan. Kamu berpikir, tak pernah ada salahnya untuk memiliki banyak impian dan harapan. Impian besar sekalipun. Tapi..

"Kapan, ya.. semua mimpiku menjadi kenyataan? Bahkan hal kecil sekalipun," gumammu, pelan.

Kamu membuka kantong depan ranselmu dan mengambil sebuah earphone berwarna putih. Kamu memasangnya di kedua telingamu, mulai mendengar lagu.

Waktu telah menunjukkan pukul delapan lebih lima menit. Kelas masih sepi, memang. Tetapi sebentar lagi anak-anak sekelas mulai berdatangan.

Sebelum kelas mulai ramai oleh orang, kamu kembali menulis di buku catatan kecilmu. Jika itu hal kecil, kamu menuliskannya sebagai harapan. Jika itu hal besar, kamu menuliskannya sebagai impian.

Harapan #103. Bertemu Donghyun untuk mengucapkan terimakasih

Kamu terdiam sejenak. Sesaat kemudian kamu melihat sekitar dan menambahkan kalimatmu.

Harapan #103. Bertemu Donghyun untuk mengucapkan terimakasih tanpa berbuat ceroboh lagi.

Mungkinkah hal sederhana ini dapat terwujud dengan cepat? Entahlah.

Kamu pikir, Donghyun bahkan mungkin saja tak mengingat wajahmu.

**

Kim Donghyun
Ruang kelas XI-C, 08.39

Donghyun melemparkan ranselnya kasar ke atas meja, tepat disebelah Kwanghyun yang sedang bermain games di handphone-nya. Lelaki itu layaknya habis lari marathon. Menembus dinginnya musim dingin di pagi hari, ia berlari dari halte bus kemari.

Menghindari keterlambatan kelas guru killer pagi ini.

"Hey Kim Donghyun. Kau mengejutkanku, tahu. Terlambat bangun lagi, eh?" tanya Kwanghyun, cukup kesal karena temannya itu tiba-tiba saja melemparkan ranselnya.

Donghyun terengah-engah, kehabisan nafas. Maklum. Ia baru bangun pukul delapan pagi tadi, dan langsung berlari heboh layaknya dikejar maling.

"Mau mati rasanya. Kau ada air?" tanya Donghyun, masih kehabisan nafas. Ia menghempaskan tubuhnya ke atas kursi dengan kasar, lalu mengacak-acak rambutnya sambil mengontrol nafas.

Kwanghyun mematikan handphone-nya dan menyodorkan sebotol air mineral pada Donghyun. Lelaki itu bergegas menegak air yang diberikan oleh teman baiknya itu.

"Sudah kubilang. Kurasa kau butuh pacar yang siap membantumu dengan apapun. Bangun pagi, misalnya," goda Kwanghyun, tertawa.

Donghyun melirik kearah Kwanghyun.

"Diam saja kau"

**

Perpustakaan sekolah, 13.02

Donghyun berjalan menyusuri deretan rak buku di perpustakaan. Lelaki itu berusaha mencari inspirasi untuk lagu ciptaannya yang mendatang. Melalui buku, tentu saja. Karena tak ada hal lain yang dapat membawa inspirasi baginya. 

Andai aku memiliki orang lain yang bisa menjadi inspirasiku, pikir Donghyun.

Lelaki itu melangkahkan kaki ke deretan novel. Ia melihat-lihat dan membaca sinopsis satu demi satu novel yang menarik perhatiannya dengan hati-hati.

Donghyun terus membaca sinopsis novel sampai tanpa sadar, ia mundur dan menabrak seseorang di belakangnya.

"Ah-"

Brukk.

Seseorang dibelakang Donghyun tampak terkejut. Buku yang dibawanya jatuh ke lantai.

Lelaki itu sontak membalikkan badannya dan bergegas mengambil buku milik orang itu.

"M-maaf aku tak tahu kalau.." ucapnya, dengan suara yang tak begitu keras.

Donghyun menghentikan perkataannya ketika melihat seseorang dihadapannya.

**

Note :

Sampai ketemu nanti siang agak sore(?) ♡

Yang DREAM #6 nggak begitu panjang karena yang ini udah panjang ^^

Vote dan komentarnya sangat berarti!! 🌸
(love) (love)

Terimakasih✌

dream flakes | k.donghyun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang