"Hangout yuk guys," ajk Rasty sambil menghisap rokok.
"Kemana Ras?" tanya Jane.
"Katanya ada caffe baru, lagi hits di sosmed," jawab Rasty. Sekarang kami ada di kediaman Jane tepatnya di kamar nya.
"Dimana tuh?" tanya Intan.
"Di daerah HI, gak jauh kok, perjalanan 30 menit," lanjut Rasty sambil menghisap rokok dalam-dalam.
"Tapi kita gak bawa baju, dari sekolah kan langsung kesini," ucap Hesti sambil memakan cemilan kentang.
"Kan ada baju gue, gimana sih," kesal Jane.
"pakaian lo dress semua Jane, selutut lagi," ucapku sambil memutar bola mataku malas, sementara Jane mengerucutkan bibir tipisnya.
"Gapapah lah Nin, sekali-kali, lo juga kan banyak pakaian dress," ucap Rasty yang di balas senyuman oleh ku.
Di caffe bastic again
"Silahkan masuk." Sambut salah satu pelayan, kami hanya tersenyum. Ya benar tempat ini lumayan bagus.
"Mau pesen apa kakak?" tanya pelayan.
"Pavorit di sini apa ya mbak?" tanya Intan.
"Disini kami punya menu baru kak, cheasee steak, jus gunung merapi, dan pizza chocolate." ucap nya
"Kami pesen itu aja," kata Intan kemudian di angguki oleh pelayan itu. 20 menit kami menunggu akhirnya pesanan datang, tanpa basa-basi kami menyantap makanan itu, sampai habis, maklum ya sekarat nih perut.
20:59
Aku berada di tempat yang sangat indah yaitu di atap mall, sungguh kota Jakarta terasa sangat indah di atas sini, gemerlapnya kota Jakarta, lampu2 yang indah. Membuat pikiran melayang saking terpukau nya, jauh dari kata macet. Untuk semenit mungkin aku merasa jauh lebih baik disini dari pada di rumah.
"Anjir lo tau dari mana Nin, tempat ini?'' tanya Jane dengan merebahkan tangan nya sehingga angin membelai tubuhnya, kini angin mulai terasa sangat dingin maklum pakaian ku tidak mendukung.
"Cabut yuk," tanpa menjawab pertanyaan Jane aku langsung pergi, dan disusul teman-teman ku, saat di parkiran mall.
"Gue nginep di rumah lo yah Hes," kataku sambil menatap Hesty.
"Yoi, lo semua nginep juga dong," balasnya.
"Yoi," kata semua serempak termasuk aku, kami semua tertawa karna kekompakan kami.
Kediaman keluarga Auxil
23:09
Sekarang aku dan ke-4 teman ku berada di rumah Hesty, tepatnya di kamar yang besar, kami sedang menonton tv, Hesty dan Jane sudah tidur duluan, sementara aku dan Intan, Resty belum, Kami masih asyik menonton tv, tiba2 ku teringat papa dan mama, ku hela napas panjang supaya tidak terlalu sesak, namun suara musik AW membuyarkan lamunan ku.
Gio calling
"Ya." kataku.
"Lo kenapa gak pulang hah?" tanya Gio dengan nada marah walaupun aku tidak melihat wajah marah nya Gio aku bisa merasakan nya.
"Apa peduli lo," ucap ku lirih, gimana gak kesel coba, kita cuma tinggal berdua dirumah tapi Gio jarang sekali pulang. Lagi-lagi ku menghela napas panjang.
"Gue abang lo, gue berhak khawatir sama lo dek," katanya, kemudian amarah nya mengurang karna suaranya tidak setegas tadi.
"Gue nginep di rumah Hesti, temen2 gue juga,'' kataku simple.
"Hm, gue tadi di telpon katanya lo udah 3 hari gak masuk sekolah?" tanya Gio.
"Gue tadi sekolah kok, tuh guru bulshit," kataku kembali, Gio menghela napas panjang.
"Gue tadi dikirim 100 juta sama mama, katanya suruh bagi dua, udah dikirim juga ke rekening lo, itu harus bisa 1 minggu, sebisa mungkin," kata Gio.
"Oke," kataku pelan.
"Yaudah lo hati-hati disitu ya, bye," katanya lalu menutup telpon. Aku berdecih sinis, inilah kehidupanku, mereka kira dengan memberiku uang tugas mereka sebagai orangtua selesai gitu.
Skip
Pagi ini kami sudah siap untuk ke sekolah dan sarapan bersama, tiba-tiba ayah Hesti bebicara.
"Ninna, semalam papa kamu telpon dan mengirim uang pada kami untuk kamu 100 juta, sudah om transper kok." Katanya sambil melanjutkan makan.
"Iya om," kata ku.
"Papa kamu juga bicara katanya kenapa kamu gak angkat telpon dari mereka, apa kamu masih marah karna mereka tidak pamitan?" tanya om Hendro ayah Hesti.
"Gak kok om," kataku kemudian sarapan selesai kami pun berangkat sekolah dengan style kami.
Skip
Kini ku sudah berada di kelas ku, banyak orang disana namun tidak ada yang mendekati kami mungkin takut, akupun merasa bosan lalu mengajak teman-teman ku untuk duduk di koridor sekolah.
"Ke bawah yuk, bosen di kelas mulu," ucapku mereka hanya mengagguk saja.
Koridor sekolah
Aku sedang memperhatikan permainan bola basket antara sekolah lain, kini muncul ide yang cemerlang.
"Maen yuk," ajakku pada mereka.
"Maen kemana?" dengan polosnya Jane bertanya, dan jitakan tanganku mulus di kepala Jane. "Ihh, apaan sih gue kan cuman tanya," ketus Jane mengerucutkan bibirnya.
"Maksud gue maen basket, dodol," ucap ku.
"Ayoo." Ucap Intan, sebenarnya Intan paling pinter di antara kami maen basket nya.
"Tapi gue gak tau cara maennya gimana," ucap Hesti.
"Ahh, lempar-lempar aja deh, hehe," jawab Jane dengan cengengesan.
"Oke," kataku lalu ke lapangan untuk menemui pak Teguh guru olahraga sekaligus wasit nya. "Pak kita mau tanding basket sama sekolah yang paling jago deh," kataku dengan senyuman so polos andalan ku.
"Apa kamu bisa, bapak tidak pernah liat kamu olahraga Ninna," kata pak Teguh menyelidik.
"Saya sudah pinter pak, jadi gak ikut olahraga deh," aku pun cengengesan.
"Yasudah." Kata pak Teguh lalu mencari-cari. "Samudro sini, kamu suruh tim dari sekolah Merah Putih untuk kesini, tanding nya sekarang," kata pak Teguh pada Samudro, ketua osis SMA Wijaya Garuda, Samudra menghormat pada pak Teguh yang tandanya SIAP.
Dilanjut part selanjutnya.
[Revisi 22 April 2020]
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girls And Friend [END]
Teen FictionWARNING!!! INI CERITA MASIH BELUM DIREVISI, MASIH BANYAK TYPO, ALUR GAK JELAS DAN BIKIN LO PUSING, GUE GAK MAU ADA YANG JUDGE CERITA INI JADI GUE SARANIN GAK USAH LO BACA. "Ku mohon.... Jangan." "Selamat tinggal." Ditulis tanggal 20 Maret 2017 Sele...