you like

2.1K 110 11
                                    


author pov

 

candid berjalan dengan sepatu hak tingginya yang menginjak beberapa air yang menggenang. hari ini, hujan turun lagi .

di balik payung putih tulangnya , bibir merah merona dan rambutnya yang ia cat pirang berkibar. 

belakangan ini , candid bukanlah seorang gadis lemah lembut dengan make up tipis lagi , akan tetapi wanita yang penutup dengan make up tegas tak ada gaun yang cantik dan sifat ke ibuannya . semuanya telah berubah begitu cepat

ia masuk kedalam mobilnya, malam itu angin begitu dingin seakan membisikan sesuatu di telinga candid  akan ada sesuatu yang terjadi .


"emm coffee" gumamnya

malam ini , ia butuh coffee dengan teman bicara . mungkin sudah menjadi candunya untuk meminum coffee setiap hari .

dia mampir ke salah satu kedai di sana , dan duduk sambil mengeratkan jaket nya 

sayangnya, malam ini hanya ada coffee tanpa teman bicara .

ia mengecap coffee itu , melihat ke arah jendela yang sedikit berembun .

belakangan ini sekitar  2 minggu yang lalu , ia bisa menghabiskan coffee sekitar 1 hari sekali, ia tau ini tak baik bagi kesehatannya , tapi rasanya perasaan nya akan lega bila telah meminumnya .


ia menutup diri , merapatkan pintu hati, menjaga agar tak akan ada yang menyakitinya lagi, biarlah kosong hingga ada yang benar benar berani memasukinya lagi .

candid menutup mata sejenak , mengirup udara yang berbau tanah .

lalu membukanya lagi...

lensa matanya yang hitam pekat  melihat seorang pria berdiri tepat di hadapannya 

candid masih tak bergerak sedikit pun .

"lama tak berjumpa ya ?" ucap pria itu 

candi memalingkan wajahnya , berdiri dari kursinya , dan melangkah untuk pergi 

pria itu menahan nya, seolah ada yang masih ingin di bicarakan 

candid menoleh kembali dengan bertemu iris mata berwarna hijau itu 

"seharusnya , aku tak meminum coffee" ucap candid 

sudah 8 bulan lamanya , tak bertemu dengan pria ini .

mencintainya ? jangan lagi 

menyayanginya ? ah tidak 

rindu padanya ?  sepertinya

tapi yang ia simpulkan dari perasaannya sekarang adalah rasa benci yang pekat pada pria yang di hadapannya 

"kau sudah banyak berubah ya ?" ucap pria itu 

" kenapa kau mewarnai rambutmu, dan kenapa kau mengganti warna favorit dari lipstick mu ?" tanya nya lagi 

" kau lebih cantik dulu , percayalah " ucapnya lagi dengan kerutan di dahinya 

" kau pikir kau siapa ?" jawab candid 

" kau tak bisa menyembunyikannya " ucap pria itu 

candid mengangkat satu alisnya 

" kau berusaha tatap keras meskipun sebenarnya sifatmu begitu lembut "

" kau selalu begitu" ucapnya 

candid menyungging kan senyuman meledek 

" apakah ada yang ketinggalan disini , ? sehingga kau datang lagi?" tanya candid 

" ada" jawabnya 

" apa " tanya candid 

" dirimu" ucap max

"pembohong" ucap candid 

" kau selalu berdusta " ucap nya lagi 

" aku ingin tau kenapa kau berubah " ucap max

" setiap orang berhak atas itu " ucap candid 

max melangkah lebih dekat , candi mundur beberapa langkah 

" tidak ada tempat untukmu lagi " ucap candid 

" pembohong " ucap max 

" untuk apa kau datang ?? untu memastikanku sudah hancur atau tidak ?" tanya candid 

" kau sama sekali tidak tau bagaimana aku menjalani masa sulitku selama 8 bulan , dan sekarang kau datang saat kesulitanku telah berakhir ?" tanya candid 

" apa kesulitan itu , adalah tentang melupakanku ?" tanya max

candid bungkam 

"candid" panggil max

" apa aku masih bukan wanita yang kau suka ?" tanya candid 

" kau selalu menjadi wanita yang aku suka" jawab max

" pendusta" ucap candid 

" menyukaiku ? saat dulu kau mengatakan itu tapi kau kencan dengan wanita lain " ucap candid 

" kau suka rambutku sekarang ? apa kau juga suka warna lipstick yang selalu aku pakai sekarang ??" tanya candid 

"kenapa ? kenapa kau merubahnya" ucap max

" setauku, wanita yang selalu kencan denganmu. mereka berambut pirang dengan lipstick merah. sekarang aku begitu. apa kau masih tak menyukaiku ?" tanya candid 

max bungkam 

"aku merubah diriku sendiri, agar disukai olehmu " ucap candid lagi 

"butuh begitu lama untuk melakukannya, menjauhkan hal yang sudah menjadi kebiasaan " ucap candid 

max memasukan tangannya kedalam saku celannya 

" kenapa kau selalu berpikir begitu ?" tanya max

" itu benar " ucap candid 

" kau suka wanita berambut pirang, dengan lipstick merah merona  , dan tubuh bak huruf 's' yang meliuk?" ucap candid 

" kau suka wanita yang begitu ?" ucap candid 

"lalu kenapa dulu kau menjadikanku kekasihmu ? padahal aku adalah satu satunya wanita yang berambut hitam pekat " ucap candid 

" atau aku adalah pelarian mu dari azalea?"

"bukan,  karna kau begitu berbeda" ucap max

" aku suka wanita berambut hitam natural dengan make up tipis dan lemah lembut , bukan wanita dengan gaya yang seperti kau katakan " ucap max

" buktinya lebih banyak yang berpenampilan begitu di hidupmu  " ucap candid

"mereka hanya mainanku " ucap max

" mau sampai kapan kau bermain begitu?" tanya candid 

" aku sudah berhenti dari 5 bulan yang lalu " ucap max 

candid diam 

" kau sudah makan ? ayo kita makan" ucap max

" aku tidak mau makan " jawab candid 

" aku memaksa" ucap max

" kenapa ?" tanya candid 

" kau tampak kurus" jawab max 

"tidak , trimakasih" ucap candid membawa tasnya dan pergi dari cafe itu.

"sepertinya aku harus berjuang dari nol lagi " gerutu max


andai kau tau, di musim hujan belakangan ini, aku sering sekali meminum kopi, karna di setiap tetesan hujan dan aroma kopi nya, yang selalu di pikiraku di setiap detiknya, ya hanya dirimu

-candid

BADBOY PILOT (sequel dari psycopath pilot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang