Dia memakai kemeja yang kemarin dibeli ayah. Dipadukannya dengan celana abu-abu yang masih terlihat agak sedikit kaku. Dia memilih gesper untuk dipakainya ke sekolah. Ayah menyarankan untuk memakai gesper hitam, namun dia lebih memilih untuk tidak menganakannya. Dia berdiri tegap, melihat dirinya di depan cermin. Tidak ada peraturan di Liverpool yang mengharuskan seorang murid mengenakan seragam. Tapi disini berbanding terbalik.
Ayah hanya tersenyum lucu. Melihat Afta yang masih tidak percaya untuk harus berpenampilan seperti ini. Ayah meletakkan sebuah dasi yang masih kaku di atas kasur. Memperingatkan Afta untuk mengenakannya dan langsung turun. Afta mengambil salah satu jaketnya dari lemari yang sudah dirapihkan tadi malam. Mengambil tas raselnya dan langsung menuju ke ruang makan.
"Jangan sampai terlambat." Ucap ayah mengingatkan sambil menikmati secangkir teh hangat. Afta hanya duduk diam menikmati sarapan paginya hari itu.
"Kamu boleh pakai mobil ayah." Ayah meletakkan kunci mobilnya di meja makan. "Mungkin itu akan membuatmu merasa sedikit bersemangat." Ayah tersenyum, merapihkan dasi anaknya yang dikenakan dengan asal.
Ayah memberikan alamat sekolahnya, dan menyuruhnya untuk berhati-hati. Afta segera menghabiskan sarapan. Berpamitan dan siap untuk berangkat ke sekolah. Di luar, pak Thomas sibuk mengelap badan mobil yang akan dikendarai Afta.
"Hati-hati, mas." Ucap pak Thomas sambil membukakan pintu mobil.
"Kalau aku naik mobil ayah, nanti ayah kerja naik apa?" Tanya Afta sebelum masuk ke dalam mobil.
"Bapak ada mobil dari kantor, mas." Jawabnya ramah. Afta meletakkan tasnya di kursi sebelah. Langsung melaju keluar rumah menuju sekolah. Dia mencari alamat sekolah melalui GPS di ponselnya. Rupanya tidak terlalu jauh dari rumah. Butuh waktu sekitar 20 menit saja untuk tiba di sekolah.
Sedikit demi sedikit, semakin cerah warna di ufuk timur. Setiap orang sibuk dengan kesibukan masing-masing. Jalanan jauh lebih ramai disini. Tidak banyak angkutan umum berlalu-lalang di jalan raya. Dia mengikuti arah yang diucapan oleh navigator di ponselnya. Dari kejauhan, dia melihat beberapa anak turun dari mobil. Persis mengenakan pakaian yang sama dengan dirinya. Pasti itu sekolah baru Afta.
Dengan perlahan dia mengamati gedung sekolah dari luar. Cukup berbeda dari sekolah sebelumnya. Dia sempat berhenti tepat di gerbang sekolah. Menanyakan lahan untuk parkir mobil. Seorang satpam dengan ramah menunjukan jalannya. Dia melepas dasi dan memasukan ke dalam tas.
Melihat kanan-kiri. Dengan canggung ia berjalan masuk ke sekolah. Beberapa tatapan asing mengarah kepadanya. Seorang guru perempuan menghampirinya yang hendak masuk.
"Selamat pagi." Sapanya sopan. Afta hanya tersenyum sedikit. "Kamu sudah pasti Afta." "Ibu akan mengantarmu ke kelas." Ucapnya ramah. Afta membiarkan ibu guru sedikit bercerita dan memperkenalkan sekolah.
"Apakah aku akan seperti mereka?" Afta menunjuk ke arah peserta MOS yang tengah berbaris di lapangan. Lengkap dengan atribut.
"Tentu tidak." Ibu guru tersenyum kearah Afta. "Kamu adalah murid tingkat akhir."
Banyak tatapan aneh ke dirinya sembari dia menyusuri lorong sekolah. Dia datang ke sekolah sebenarnya sudah pas dengan jam masuk pelajaran pertama. Dia lihat suasana kelas yang sedikit gaduh, dan serentak diam melihat ada murid baru disana. Ibu guru hanya berpesan untuk cepat membaur dengan kelasnya. Afta tentu agak sedikit canggung. Ibu guru memperkenalkannya sedikit dan meninggalkannya.
"Hai." Sapa seorang laki-laki yang menghampirinya. "Aku Rendy." Dia menjulurkan tangannya. "Kau bisa duduk denganku jika mau."
"Aku Afta." Dia menjabat tangan Rendy. Meletakkan tas dan jaket di atas meja. Rendy mengajaknya untuk berkenalan dengan seluruh temannya di kelas. Sedikit Afta bercerita tentang pengalamannya di Liverpool.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Write The Next Chapter Of Our Lives
RandomNo need to be alone No need to be afraid It's going to be alright You just need a little patience Even though it all just hard to take Just write the next chapter of our lives P.S. jika kalian merasa bosan saat membaca awal cerita, maka kalian tidak...