14

8 1 0
                                    

Natalia hanya duduk diam. Menunduk kaku sambil menyantap hidangan penutup malam itu. Dia bingung harus menjawab apa ketika teman-temannya banyak bertanya tentang dia dan Afta. Dia lebih banyak tersenyum dingin menanggapi semua pertanyaan itu.

"Aku masih tidak percaya." Caca kembali mencoba bertanya. Membuat Natalia serentak melihat ke arah Caca. "Kalian berdua bisa begitu dekat."

Natalia bingung harus menjawab apa. Dia kembali menunduk sedikit. Terkaku menatap kosong ke bawah.

"Sudahlah." Afta tiba-tiba menjawab. Natalia pun hanya diam membiarkan Afta membalas pertanyaan mereka sebelum dirinya menjawab. "Kalian hanya membicarakan hal itu daritadi." Lanjut Afta. Natalia tentu masih terdiam.

"Kami hanya ingin tahu tentang kalian lebih dalam." Rendy masih mencoba untuk membuat Afta membuka mulut. Natalia sama sekali tidak tahu harus berkata apa. Sempat berpikir untuk memberi tahu apa yang sebenarnya terjadi diantara dirinya dan Afta.

"Kalian tentu sudah cukup dalam mengenalku dan dia." Afta kembali berbicara sebelum Natalia sempat menjawab. Afta memegang lengan Natalia. Membuat Natalia menoleh ke Afta yang tengah tersenyum menatapnya. "Aku ingin ke teras depan." Ucap Afta melepas lengan Natalia. Dia hendak berdiri sambil membawa secangkir teh hangat pesanannya.

"Untuk apa?" Natalia akhirnya berbicara setelah beberapa lama hanya diam menunduk kaku.

Afta berbalik menghadapnya. Mengeluarkan sekotak rokok dari kemejanya. Natalia tentu memahami apa yang ingin dia lakukan di teras. Natalia mengangguk sedikit.

"Kau mau ikut?" Ajak Afta. Dia sebenarnya ingin menemani Afta di luar. Tapi dia tidak ingin membuat teman-temannya kembali melontarkan banyak pertanyaan ketika mereka kembali masuk ke pondok.

"Tidak." Natalia menolak dengan sopan sambil memberi senyum dingin ke Afta. "Aku disini saja."

Afta tentu membalas senyum ke Natalia. Natalia hanya melihatnya berjalan keluar menuju teras. Dia kembali mengambil hidangan penutup. Dia tahu teman-temannya menatapnya dengan wajah penuh pertanyaan. Itu mengapa ia memilih untuk menyantap hidangan penutup. Mencoba untuk membaur. Seolah-olah tidak ada apa-apa.

"Kau membiarkannya sendirian?" Caca melihat Natalia bingung.

Natalia mengangguk. Dia masih terus menyantap hidangan.

"Sepertinya aku akan menemaninya diluar." Rendy segera bangkit.

"Jangan lupa untuk menutup pintu itu." Ucap Citra sembari melihat Rendy berjalan keluar.

Natalia mengambil ponsel dari tas. Memberi kabar ke bunda. Caca dan Citra hanya diam melihat Natalia. Sesekali mereka bertatapan. Bingung. Natalia serentak melihat mereka sedang menatapnya. Dia pun sedikit terkaku.

"Ada apa?" Tanya Natalia polos.

"Pasti ada sesuatu yang kamu tutupi." Balas Citra cepat.

Natalia menahan tawa sedikit. "Sudahlah." Jawabnya sambil memasukkan ponsel ke dalam tas. "Tidak ada apa-apa di antara aku dan Afta." Lanjutnya.

Caca dan Citra bertatapan sejenak. Dan kembali melihat Natalia dengan wajah polosnya. "Jangan sampai kami terpaksa harus membuatmu berbicara." Tegas Citra sambil sedikit bercanda.

Natalia diam sejenak. Dia melihat ke pintu teras. Memastikan sudah tertutup. Dia membuang napas pasrah. Dia menopang pipinya dengan tangan. Membuat mulutnya sedikit cemberut. "Baiklah." Natalia bingung harus mengalihkan pembicaraan kemana. "Apa yang ingin kalian ketahui?"

"Aku ingin menanyakan ini sejak lama." Citra sedikit menarik rambut yang menutupi wajahnya. "Kenapa hari itu kamu memutuskan untuk bolos sekolah dan pergi dengannya?" Tanya Citra.

"Aku sering mengajakmu bolos sekolah dan kamu selalu menolak." Sahut Caca cepat. "Kamu juga selalu menolak untuk pergi berdua dengan laki-laki." Lanjutnya.

"Ssst..." Natalia menutup mulut Caca. "Jangan keras-keras. Aku takut terdengar sampai keluar." Natalia mencoba untuk berbicara sepelan mungkin.

"Apakah kalian ingat saat pertama kali kita bertemu dengan Afta di kantin sekolah?" Natalia bertanya dengan pelan. Caca dan Citra hanya mengangguk kecil. "Aku banyak berbicara dengannya. Dia sempat bercerita sedikit tentang mobil tua milik ayahnya yang ia kendarai ke sekolah." "Lalu kalian ingat ketika pulang sekolah kita pergi ke The Valley?" Tanya Natalia lagi.

Caca dan Citra tentu mengangguk kecil. Mereka berdua benar-benar mendengarkan dengan tenang.

"Sebenarnya aku tidak ingin ke toko sebelah." "Tapi saat aku menaiki tangga, aku lihat sebuah mobil tua hitam tengah masuk ke tempat parkir. Dan aku langsung berasumsi bahwa itu pasti Afta." Natalia diam sejenak. "Tiba-tiba di benakku seolah-olah menyuruhku untuk menghampirinya. Aku yakin dia ada di toko buku karena dia juga sempat bercerita tentang koleksi buku miliknya di kantin." Caca dan Citra masih mendengarkan sambil sesekali menyantap hidangan di meja.

"Aku segera berjalan menuju toko buku dan secara tidak sengaja aku berpapasan dengan Rendy. Dia memberi tahu aku Afta sedang di toko buku dan aku menghampirinya. Aku sempat berpikir aku akan sedikit canggung saat bertemu. Tapi Afta tidak seperti itu. Aku mulai mengenalnya lebih dalam disaat dia menemaniku menunggu dijemput bunda."

"Lalu apa yang kalian lakukan?" Caca kembali menggali lebih dalam.

"Hanya berbincang dan bercanda." Natalia mengambil gelas dan minum sebentar. "Aku sebenarnya sedikit takut saat dia mengajakku bolos sekolah." "Tapi semenjak dia menemaniku menunggu bunda hari itu, aku seperti terpancing untuk terus ingin mengenalnya lebih dalam lagi. Itu mengapa untuk pertama kalinya aku memberanikan diri untuk pergi berdua. Dia hanya sedikit berbeda dengan lain." Natalia sedikit tersenyum sembari bercerita.

"Kamu pasti menyukainya." Citra memotong Natalia yang tengah bercerita panjang. Natalia serentak berhenti berbicara. Dia hanya menatap malu ke mereka.

"Setelah hari itu aku mulai sering menghabiskan waktu berdua dengannya." Natalia berbicara setelah beberapa detik terkaku di duduknya. "Dia juga menelpoku beberapa hari lalu."

"Kapan?" Tanya Citra penasaran.

"Hari terakhir ujian sekolah." Natalia menjawab santai.

"Apa yang dia katakan?" Caca masih penasaran.

"Hanya mengajakku makan malam." Natalia menjawab sambil tersenyum.

Caca dan Citra tentu membalas senyum ke Natalia.

"Mungkin dia menyukaimu, Nat." Sahut Citra.

"Iya!" Sahut Caca setuju. "Dia sudah pasti menyukaimu."

Natalia tertawa kecil. Dia mengangkat bahu. "Aku tidak tahu." "Afta tidak pernah mengatakannya."

Mereka diam sejenak. "Tapi bagaimana denganmu?" Caca kembali bertanya. "Apakah kamu menyukainya?" Caca mendekat sedikit ke Natalia.

"Aku hanya tertarik dengan karakter yang ada dalam dirinya." Natalia membalas santai. "Aku suka caranya dalam menyampaikan sesuatu."

"Seperti apa contohnya?" Tanya Citra.

Natalia kembali diam sebentar. Merapihkan rambutnya yang menutup wajah.

"Seperti kejadian semalam." Natalia menatap mereka sambil tersenyum.


Let's Write The Next Chapter Of Our LivesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang