22

23 1 0
                                    

Rasanya seperti kembali ke masa lalu. Tidak ada yang berubah di Liverpool semenjak Afta berpindah ke Jakarta. Semua tetangga apartemennya masih ingat dengannya. Dia hanya sibuk bolak-balik ke kampus untuk menyerahkan beberapa berkas dan menjalankan beberapa tes tertulis dan lisan. Sampai pada akhirnya ia dinyatakan sebagai mahasiswa baru disana. Dia mendapat jadwal masuk kuliah melalui e-mail. Masih sekitar 3 bulan lagi.

Afta lebih banyak menghabiskan liburannya dengan bertemu kawan-kawan lamanya. Nongkrong di pub dekat apartemennya. Bahkan terkadang ia bermusik disana. teman-temannya menyambut kedatangannya dengan senang. Tapi pikirannya masih terbayang-bayang akan sosok Natalia. Dia sungguh ingin menemuinya. Mengenalkan dengan beberapa temannya.

Sudah 2 minggu terakhir dia memikirkan Natalia. Hari ini dia diajak beberap temannya untuk nongkrong di pub. Tapi dia menolaknya dan memilih untuk tinggal di apartemen. Menghabiskan waktunya sendiri. Siang itu Afta hanya duduk malas di sofa ketika ayah sedang mengerjakan tugas yang dibawanya dari kantor semalam.

"Kamu tidak pergi hari ini?" Tanya ayah sambil terfokus ke layar laptop.

"Tidak." Balas Afta tenang sambil membaca buku saku.

"Apa yang sedang kau baca itu?" Tanya ayah ketika ia melihat Afta membaca untuk pertama kalinya semenjak mereka kembali ke Liverpool. "Sudah lama ayah tidak melihatmu membaca." Lanjut ayah sembari menghampirinya.

"Apakah ayah ingat, ayah pernah membelikanku buku untuk kubaca di pesawat saat kita ingin ke Jakarta?" Afta menunjukan buku itu. "Aku baru membacanya sekarang."

Ayah tertawa sedikit. "Tentu ayah ingat itu." Ayah duduk di sebelah Afta. "Ayah seakan teringat dengan ibumu saat ayah membeli itu." Afta langsung berhenti membaca buku cerita itu dan menghadap ke ayah. "Ibumu sangat suka membeli buku saku bertemakan romance seperti itu." Ayah tersenyum hangat menatap Afta.

"Aku tahu." Jawab Afta tenang. "Ayah sudah pernah cerita."

"Bagaimana kabar Natalia?" Tanya ayah. Afta justru diam tidak berbicara apa-apa. Dia hanya tertunduk. "Kau rindu dengannya, bukan?" Tanya ayah lagi. Ayah mengambil satu amplop dari meja dan memberinya ke Afta.

"Apa ini?" Tanya Afta.

"Kau buka saja." Ucap ayah sambil melihat Afta membukanya. "Kau pernah bilang bahwa kau berjanji akan menemuinya saat libur panjang, bukan?"

"Sial!" Afta menepok jidat. "Aku lupa." Dia melihat kalender di kamarnya. Dia sudah menandakan di kalender untuk bertemu Natalia besok. "Bagaimana aku bisa menemuinya jika aku masih disini?" Tanya Afta panik.

"Kau buka saja dulu amplop itu." Balas ayah tenang sambil tersenyum kepadanya. Afta segera membuka amplop. Ternyata berisi sebuah tiket pesawat ke Jakarta dan sejumla uang. Dia berlari ke ayah dan memeluknya erat.

"Terima kasih, yah." Ucapnya sambil memeluk ayah.

"Ayah sudah menelpon pak Thomas untuk menjemputmu di bandara." Ucap ayah sambil melepas peluk Afta. "Cepat kamu bersiap-siap."

Afta langsung beranjak ke kamar. Berganti pakaian. Ayah hanya duduk di meja sambil lanjut mengerjakan tugas.

"Afta..." Teriak ayah ketika Afta beranjak keluar dari apartemen. Dia berdiri melihat ayah. "Jangan lupa sampaikan salamku untuk Natalia!"



***



"Mas Afta ada urusan apa? Kok pulang ke Jakarta?" Tanya pak Thomas sembari mengendarai mobil menuju rumah.

Let's Write The Next Chapter Of Our LivesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang