Suara tawa menemani mereka. Natalia masih merasa tegang, panik, dan juga takut. Pendingin ruang di mobil sepertinya tidak membuatnya berhenti berkeringat. Afta tentu sedikit panik tapi tetap mencoba tenang. Mereka berdua masih membicarakan kejadian tadi. Detak jantung yang berdetak cukup cepat.
Afta mengambil tas. Mengeluarkan botol minum dari dalam. Dia memberikan ke Natalia yang daritadi hanya mengusap wajahnya yang masih sedikit berkeringat. Afta juga memberi sapu tangannya untuk mengelap keringat Natalia. Walau begitu, mereka justru tertawa lepas membicarakan kejadian tadi.
"Kau benar-benar harus melihat wajahmu ketika sedang panik." Afta tertawa lepas.
"Sudah cukup." Natalia sedikit malu. "Aku tahu itu memalukan." Natalia menutup wajahnya dengan saputangan Afta.
"Kenapa kamu begitu panik tadi?" Afta bertanya sambil tertawa.
"Kamu sudah gila, ya?" Natalia sedikit emosi. Tentu Afta hanya tertawa lepas. "Kita sudah tertangkap basah, dan kamu masih bisa tertawa?" Natalia sedikit heran.
"Untuk apa panik?" Afta menatap Natalia. "Satpam sekolah tentu tidak mengenalku." "Lagipula aku juga sudah memutuskan untuk bolos sekolah. Jadi apapun akibatnya harus aku terima."
"Tapi dia mengenalku." Natalia kembali sedikit panik. "Sudah 2 tahun aku sekolah disana. Dia pasti mengenalku." Natalia kembali mengusap keringat di wajahnya. "Dan aku belum pernah bolos sekolah."
"Kita tidak akan dilaporkan. Tenang saja." Afta sedikit menenangkan. "Lagipula jika kamu memang ragu, mengapa kamu memutuskan untuk ikut denganku?" Afta menaikkan salah satu alisnya.
Natalia terdiam sejenak. Dia bingung akan menjawab apa. Dia mencoba menenangkan dirinya. Mengambil napas dalam dan melepasnya. Dia melihat ke Afta dan tersenyum sedikit. "Kenapa tidak?"
Mereka sudah cukup jauh dari sekolah. Cahaya surya menembus kaca mobil. Cukup menyilaukan mata. Gerang mesin tua yang cukup mengganggu. Asap kendaraan yang berterbangan bebas sedikit merusak pandangan. Debu yang ikut menari dengan angin. Natalia sudah lumayan tenang. Afta menyalakan radio di mobilnya untuk mengusir datangnya sunyi.
"Jadi kemana kita akan pergi?" Afta memulai percakapan.
"Aku tidak tahu." Natalia sedikit mengangkat bahu. "Kamu yang punya ide untuk bolos."
"Aku tidak tahu apa-apa, Nat." "Aku baru saja pindah ke Jakarta. Tidak mungkin aku sudah tahu banyak tentang wilayah ini."
Natalia mengangguk kecil. Benar juga pikirnya. Afta tentu sangat asing dengan wilayah ini. Mau tidak mau Natalia lah yang memutuskan.
"Tempat seperti apa yang ingin kamu tuju?" Tanya Natalia.
"Apa saja." Afta menjawab santai. "Setidaknya bisa menghapus bosan selama beberapa jam."
"Aku tahu mall disekitar sini jika kamu mau." Natalia masih memikiran tempat untuk dituju.
"Boleh juga." Jawab Afta cepat. "Dimana letaknya?"
Natalia tadinya tidak ingin menyarankan itu. Dia hanya bingung. Dia sempat berpikir untuk mengunjungi tempat rekreasi. Tapi dia agak sedikit takut. Dia bahkan belum mengenal Afta jauh. Sempat berpikir untuk mengunjungi sebuah tempat makan. Tapi tidak mungkin mereka menghabiskan waktu beberapa jam disana.
"Akan kuberi tahu jalannya." Natalia melihat jam di mobil. "Tapi ini masih terlalu pagi."
"Aku tahu." Afta menjawab datar. "Kamu bawa baju ganti?" Afta menghadap ke Natalia.
Natalia membuka tasnya. Melihat barang yang dibawa. "Ada." Jawabnya singkat. "Aku hari ini ada latihan drama disekolah. Guruku juga memperbolehkan memakai baju bebas, jadi aku membawanya." "Memang kenapa?" Natalia bingung. Untuk apa Afta bertanya seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Write The Next Chapter Of Our Lives
RandomNo need to be alone No need to be afraid It's going to be alright You just need a little patience Even though it all just hard to take Just write the next chapter of our lives P.S. jika kalian merasa bosan saat membaca awal cerita, maka kalian tidak...