Tak banyak yang bisa ku nilai, sebab aku tak memiliki pengalaman sepertimu. Tak banyak juga simpati yang ku berikan, sebab diriku hanya penonton yang menyedihkan.
Tapi, melihatmu berjuang dalam cinta tak direstui berhasil menghentikan ambisiku untuk mencintai. Untuk apa? toh aku tak pernah beruntung dalam hal itu.
Kisahmu, cintamu, sungguh menyedihkan. Aku membisu, dilema antara penyesalan dan rasa kasihan.
Aku kasihan kau yang hebat bak Raja penjuru negeri di duniaku, lalu menciut bagaikan angin yang lalu. Kebesaranmu, tingginya namamu, sekejap bagai sulap berubah menjadi tak berarti. Seakan pengorbananmu selama ini tak ada arti hanya karena seorang wanita.
Tapi aku juga menyesal. Menyesalkan kebodohanmu. Menyesalkan keterlambatanku mencegah cinta yang menusukmu itu.
Tapi..
Apalah daya diriku, seseorang yang tak pernah memiliki hubungan apapun. Tak berhak bicara, sebab dianggap tak merasakan. Tak berhak bersuara, sebab tak memiliki energi tentang cinta.
Ya, kau tau dengan baik. Energiku telah habis setelah penolakan itu. Aku memang bodoh. Ditolak bahkan sebelum mengatakan. Apa mau dikata, ketidakberuntungan ini memang istimewa, berbeda setiap orang. Hanya saja, mohon selesaikan masalah ini, meski kau harus benar-benar pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lantunan Syair
Poetry#4 Highest Rank in Reflection (03052019) Menuangkan yang terlintas.. Melalui kata-kata yang dibuat indah dan puitis dalam sajak-sajak sebagai hasil cinta dan kasih dalam kesunyian diri
