Part 3

131K 9.6K 135
                                        

"Apa kau gila?!" Bella hanya tersenyum tipis menanggapi Melissa yang berteriak dengan pandangan tidak percaya.

"Aku rasa tak ada salahnya aku menjelajah hutan itu. Kau bilang makhluk itu hanya mitos, bukan? Lagi pula, aku tak akan masuk terlalu jauh. Aku juga takut tersesat, kau tahu."

Melissa heran dengan apa yang dipikirkan Bella, entah wanita itu memiliki rasa penasaran yang berlebihan atau memang mempunyai nyali yang sangat besar. Para penduduk di kota ini bahkan tak pernah mau memasuki hutan itu. Melissa memang tak memercayai mitos yang berkembang, tapi tetap saja ia tak mau tahu apa pun yang ada di dalam hutan. Tak ada yang menarik menurutnya.

Melissa pernah mendengar cerita bahwa yang memasuki hutan itu tak akan pernah kembali, ia ingat dengan cerita salah satu temannya yang mengatakan bahwa ada beberapa anak yang hilang setelah memasuki hutan itu. Tak ada yang tahu keberadaan mereka dan penjaga hutan pun tak berani masuk terlalu dalam untuk mencari para remaja itu.

"Apa kau tahu, selain mitos mengenai bulan purnama ... kota ini juga memiliki mitos lain," Melissa melanjutkan ucapannya setelah memastikan bahwa ia mendapat perhatian dari Bella, "kau tak akan bisa keluar setelah memutuskan untuk masuk ke hutan itu. Beberapa remaja pernah dikabarkan hilang, bisakah kau membayangkan jika hal itu terjadi padamu? Jadi, jangan berani-beraninya kau memasuki hutan menyeramkan itu."

***

Bella memandang sekelilingnya, kemudian tatapan matanya kembali tertuju pada hutan di hadapannya. Ia tahu ini bodoh, memutuskan untuk masuk ke hutan sendirian, tapi ia tak bisa mengendalikan rasa penasarannya, seperti ada sesuatu yang mendesaknya untuk menghampiri hutan ini dan mengungkap misteri di balik hijau dan rimbunnya hutan yang kini telah berada di hadapannya.

Bella menarik napasnya, meyakinkan diri bahwa tak akan terjadi apa-apa padanya. Setelah menghitung 1 sampai 5 akhirnya Bella membuka matanya, wanita itu mengembuskan napasnya pelan. Kakinya mulai menginjak tanah lembap yang berada di hutan itu, hawa dingin serta suasana yang sunyi menyambut Bella saat ia masuk semakin jauh.

Bella melihat ke sekelilingnya yang hanya berupa pohon dan semak hijau, kakinya terhenti, ia ragu untuk melanjutkan perjalanannya. Wanita itu sendirian di hutan yang tak pernah terjamah oleh penduduk, di sinilah segala misteri dan mitos kota ini berada. Bella mulai ragu, ia tak mau tersesat dan tak mungkin ia melangkah lebih jauh lagi.

"Ckckckck, manusia bodoh yang selalu penasaran." Suara yang berasal dari balik pohon di sampingnya membuat Bella tercekat. Dengan hati-hati ia menoleh, jantungnya berdetak lebih cepat, matanya bahkan membelalak saat melihat sosok dari pemilik suara tadi.

Tampak pria bertubuh tinggi besar, otot lengan pria itu membuat Bella menelan ludahnya ketakutan, bayangan bahwa ia akan dicekik dengan tangan besar itu menghantui pikiran Bella. Sungguh, tubuh pria di hadapan Bella membuatnya teringat akan tubuh seorang pegulat, ditambah lagi pria itu kini sedang bertelanjang dada, membuat suasana semakin mengerikan untuk Bella, segala pikiran buruk berseliweran di kepalanya.

"Siapa kau?" tanya Bella dengan suara bergetar, ia tak bisa mengendalikan ketakutan yang menyerang dirinya. Bella sudah bersiap untuk lari saat melihat seringai menyeramkan yang ditunjukkan pria di hadapannya, tapi gerakan pria asing itu begitu cepat menghalangi jalan Bella, tubuhnya semakin dekat ke arah wanita itu.

Bella merasakan kakinya bergetar, ketakutan dan teror menguasai otak dan tubuhnya. Air matanya mendesak untuk keluar saat merasakan betapa tak berdaya dirinya. Ia benci menjadi lemah dan tak berdaya, ia juga membenci dirinya sendiri yang memutuskan masuk ke hutan tak tersentuh ini. Benar-benar tindakan bodoh. Seharusnya ia mendengarkan apa kata Melissa tadi.

"J—jangan mendekat!" Bella tak mampu berkata-kata lagi saat tiba-tiba pria itu menyerangnya, ia merasa kesulitan bernapas, tubuhnya ambruk karena dorongan tubuh besar si pria yang menyerangnya. Bella mencoba untuk menendang dan melepaskan kedua tangan yang kini mencekik lehernya. Ia tak bisa berteriak, bahkan untuk bernapas pun rasanya sulit. Air mata terus mengalir membasahi wajahnya.

Bella lemah, tak berdaya dan sebentar lagi ia mungkin akan mati. Sampai kemudian wanita itu tak sanggup lagi berada di titik kesadarannya, tubuhnya melemah, perlawanannya berhenti dan matanya tetutup. Ya, Bella sudah tak sadarkan diri.

Melihat wanita yang berada di cengkeramannya melemah, pria bertubuh besar itu melepaskan cekikannya. Dengan langkah ringan, ia membawa tubuh itu menuju penjara bagi para penyusup di wilayah mereka.

Tanpa belas kasihan, pria itu melempar tubuh Bella ke sebuah sel yang berada di ujung ruangan. Teriakan penuh makian dari para tahanan tak ia hiraukan. Baginya, mereka hanyalah para makhluk bodoh yang menyerahkan nyawa secara sukarela. Rajanya bukanlah seorang yang baik hati, jadi bisa ia pastikan eksekusi akan berjalan menyakitkan bagi mereka semua. Termasuk wanita yang baru saja ia bawa.

***

Gelap, lembap dan bau anyir yang sangat menusuk hidung, itulah hal yang pertama kali disadari oleh Bella ketika ia mulai mendapatkan kesadarannya kembali. Lalu telinganya menangkap suara tangis, makian serta erangan kesakitan yang bersahutan, Bella tak tahu ia sedang berada di mana tapi seluruh indranya jelas tak menyukai tempat ini.

Perut wanita itu bergejolak karena bau darah yang begitu kental, ia tak bisa melihat apa pun karena memang tak ada cahaya sama sekali di tempat ini. Telinganya menjadi lebih awas, mendengar setiap makian serta erangan kesakitan, pun dengan tangisan pilu yang membuat hati Bella dipenuhi rasa kasihan dan takut.

Nasib Bella kini sama seperti mereka. Kini air matanya kembali mendesak untuk keluar, tapi ia berusaha untuk menahannya. Bella harus menguatkan dirinya sendiri, memenuhi pikirannya dengan sesuatu yang positif, bahwa ia bisa keluar dari sini dan akan melihat matahari lagi nanti.

Seiring dengan waktu yang berlalu, rasa optimis Bella semakin terkikis, menyisakan dirinya yang penuh dengan penyesalan. Keputusan bodoh yang membawanya ke dalam situasi menakutkan ini. Ia tak bisa menyalahkan siapa pun selain dirinya sendiri, air mata yang tadi ditahannya mengalir membasahi wajahnya. Bella menangis, ia menyesal tak mendengar ucapan Melissa, ia menyesal menginjakkan kakinya di hutan terlarang itu.

Sekarang Bella tak tahu sedang berada di mana, wanita itu hanya bisa menunggu kematian menjemputnya. Ia tak yakin bisa melihat matahari lagi, merasakan hangatnya sinar yang menerpa kulitnya atau merasakan angin yang berembus menerpa tubuhnya. Semua hal kecil itu hanya akan menjadi kenangan saat siapa pun yang menculik Bella memutuskan untuk mengakhiri nyawa wanita itu.

Bella ingin tidur, menutup matanya dan berharap bahwa ini hanyalah mimpi buruk, tapi ia tak bisa karena otaknya bekerja terlalu keras memikirkan segala hal yang akan terjadi pada dirinya. Alhasil, kepalanya pusing dan tubuhnya terasa sangat lelah. Namun tetap saja, matanya tak mau terpejam.

King's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang