Part 19

76.6K 5.8K 35
                                        

"Demian, apa kau sudah menemukan di mana keberadaan mate-ku?"

Demian yang ditanya begitu oleh Adrien hanya bisa menunduk, dirinya sudah mencari ke seluruh hutan hanya saja tak menemukan Bella. Ia bahkan telah mengerahkan para warrior untuk berpencar ke seluruh penjuru kerajaan yang begitu luas, tapi sampai sekarang, tak ada hasil yang memuaskan.

Demian juga tak tahu letak kerajaan vampir, makhluk pengisap darah itu begitu cerdik saat bersembunyi dan bukan rahasia lagi jika mereka bekerja sama dengan para penyihir untuk mengaburkan jejak mereka.

"Maafkan saya, Alpha. Sampai sekarang masih belum ada kabar yang jelas mengenai keberadaan Luna Bella," ujar Demian.

Adrien memukul meja di hadapannya hingga terbelah menjadi dua. Demian tak terkejut melihatnya, ia sudah terbiasa dengan kemarahan Adrien. Bahkan dulu, sebelum Bella datang, Adrien marah hampir setiap hari. Kesalahan kecil saja pasti akan mendapatkan hukuman berat dari pria itu.

Adrien pergi meninggalkan ruang kerjanya tanpa memedulikan Demian yang masih berdiri di tengah ruangan. Ia berjalan menuju hutan, mengubah wujudnya menjadi serigala sebelum menelusuri hutan kekuasaannya.

Serigala Adrien berjalan menuju tempat ia kehilangan aroma Bella, ia melolong keras, merasakan sakit di hatinya. Hatinya terasa kosong karena sang penghuni telah hilang ke tangan musuh. Adrien menyalahkan dirinya yang justru meninggalkan Bella saat situasi begitu genting. Ia lebih memilih melawan Devon daripada mendampingi mate-nya ke tempat yang aman. Serigala Adrien menunduk, mengendus bau yang mungkin saja tersisa.

Namun sayang, harapan kecilnya tak terwujud, aroma hutan itu sudah penuh dengan aroma para werewolf yang tadi melakukan pencarian di tempat ini. Adrien sudah menyuruh semua rakyatnya untuk mencari keberadaan Bella, mereka telah berpencar, mencari tanpa kenal lelah demi mendapatkan sedikit saja petunjuk keberadaan wanita itu.

Keberuntungan mungkin memang belum berpihak pada mereka. Para vampir dan werewolf yang menyerang kerajaan Adrien kemarin langsung melarikan diri begitu mereka terdesak, sedangkan yang terluka parah lebih memilih meminum racun yang telah mereka bawa. Akhirnya, mereka semua mati tanpa ada yang bisa dimintai keterangan.

Serigala Adrien berlari dengan kencang, menelusuri hutan untuk ketiga kalinya hari ini. Ia mencari tanpa tahu arah, Adrien hanya tahu ia sedang mencari penghuni hatinya. Ia tidak bisa hidup dengan sebagian hati yang hilang.

Lolongan penuh kesedihannya memenuhi hutan yang sepi, semua serigala yang mendengar hanya bisa menunduk penuh kesedihan, merasakan emosi alpha mereka yang begitu kuat. Tak hanya luna mereka yang hilang, tapi kejadian kemarin malam telah merenggut orang-orang yang mereka cintai. Banyak korban berjatuhan, meninggal dengan kondisi tubuh tercabik, ada juga yang meninggal dengan darah yang terkuras habis dari tubuh mereka.

Mata tajam Adrien menatap area yang menjadi perumahan manusia. Hal itu mengingatkannya akan keluarga Bella, ia belum menyampaikan berita ini pada mereka. Adrien tak peduli bagaimana reaksi mereka nanti saat mengetahui kabar hilangnya Bella, ia hanya peduli untuk menemukan mate-nya kembali.

Adrien kembali berlari menuju kastelnya, ia harus menyusun rencana bagaimana memancing para vampir itu keluar dan menunjukkan di mana letak kerajaan mereka. Ia yakin Bella berada di sana. Orang yang membawa Bella waktu itu bergerak begitu cepat, tak mungkin seorang manusia biasa atau werewolf dengan tingkat rendah. Kecepatan itu hanya dimiliki oleh kaum vampir dan werewolf dengan darah seorang alpha atau beta di tubuhnya.

"Demian!" teriak Adrien, suaranya menggema di kastel yang tadinya sunyi. Tak lama kemudian Demian datang dengan cepat, menghampiri Adrien.

"Suruh para warrior untuk mencari di dunia manusia, cari di kota, pelosok atau di mana pun, asal kita mendapatkan petunjuk mengenai keberadaan Bella. Umumkan kepada semua pack yang berada di bawah kekuasaan kita untuk mencari lunaku. Aku akan menghubungi kerajaan lain untuk meminta bantuan mereka," ujar Adrien. Ia sebenarnya tak suka meminta bantuan, pria itu bisa melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan siapa pun. Namun kali ini, sepertinya ia memang harus sedikit merendahkan harga dirinya.

"Baik, Alpha," jawab Demian patuh. Ia segera bergegas untuk melakukan tugasnya.

Adrien berjalan menuju kamarnya, ia masih bisa menghirup aroma cokelat milik Bella. Adrien menarik napas panjang, menghirup aroma itu dengan rakus.

Adrien memasukkan tangannya ke saku celana, matanya menerawang menatap taman yang tampak dari jendela kamarnya ini. Biasanya, Bella yang melakukan hal ini, wanita itu begitu merindukan kebebasan hingga hampir setiap hari melihat dunia luar melalui jendela kaca ini.

Saat itu Bella baru beberapa hari tinggal di kastel Adrien. Adrien masih begitu ingat bagaimana takutnya Bella setiap kali melihatnya. Jari lentik wanita itu akan bergetar di genggaman tangan Adrien, Bella bahkan akan selalu menjauh jika Adrien tak mengancamnya. Sinar ketakutan tak pernah hilang dari matanya.

Adrien ingat semua itu.

Bella selalu memohon agar Adrien melepasnya, membiarkan dirinya kembali bebas dan berbaur dengan manusia lainnya. Tentu saja Adrien tak akan membiarkan itu semua terjadi. Bella miliknya, wanita itu tak akan berbagi dengan siapa pun.

Air mata yang sering keluar dari kedua mata indah Bella sebenarnya juga mengusik Adrien, tapi sifat posesifnya lebih dominan daripada rasa kasihan. Adrien mengurung Bella dalam sangkar emasnya, berharap agar wanita itu suatu saat akan menerima takdir yang telah ditentukan Moon Goddes untuk mereka.

Namun, ternyata dengan mengurung Bella, ia justru menghancurkan wanita itu dari dalam. Telinga Adrien sudah tak mampu mendengar isakan Bella, mata Adrien tak bisa melihat air keluar dari kedua mata indah yang selalu menghipnotisnya, dan hatinya yang selama ini ia kira telah mati, tergerak untuk melakukan hal yang bertentangan dengan jiwa posesifnya.

Adrien mengizinkan Bella untuk bertemu dengan keluarganya, meskipun dengan hati yang sangat berat. Saat Adrien menawarkan janji itu, sesungguhnya ia tak yakin. Ketakutan akan ditinggalkan dan dilupakan oleh Bella menguasai hati dan pikirannya. Siapa sangka, justru itulah langkah awal yang tepat. Bella mulai membuka hatinya untuk Adrien, senyum juga selalu tampak di wajah wanita itu meskipun kadang diselingi oleh ekspresi marah dan bosan.

Bibir Adrien membentuk senyum tipis saat mengingat wajah bosan Bella. Bibirnya pasti akan mengerucut, kepalanya pasti akan ditumpu dengan tangannya dan matanya pasti akan melirik Adrien tajam. Seolah kebosanan yang Bella rasakan adalah kesalahan mutlak Adrien.

Adrien mengembuskan napasnya kasar. Bayangan teriakan Bella serta keterlambatannya mengejar wanita itu, membuat kemarahan Adrien kembali bangkit. Adrien berteriak kencang, tinjunya terayun ke tembok, meninggalkan bekas lubang yang cukup dalam. Tak sampai di situ, Adrien juga memecahkan jendela kaca yang dulu selalu menjadi tempat Bella memandang dunia luar.

Adrien terengah, setelah menghancurkan beberapa barang. Ia duduk di kasur, tangannya yang masih mengeluarkan darah meremas selimut putih yang biasanya melindungi tubuhnya dan tubuh Bella dari dinginnya malam. Adrien marah dan kecewa pada dirinya sendiri. Ia salah satu werewolf terkuat, nyatanya tak mampu melindungi wanitanya.

Adrien berdiri dari duduknya, ia berjalan keluar kamar. Ada banyak pekerjaan yang harus ia lakukan demi mendapatkan kembali mate-nya.

"Aku akan menghancurkan makhluk sialan itu hingga tak bersisa ... tak ada ampun bagi mereka yang telah mengambil wanitaku," batin Adrien penuh tekad.

"Alpha." Adrien berhenti berjalan ketika mendengar Albert memanggilnya.

"Ada apa?" Albert menunduk sebelum bertanya pada Adrien.

"Bukankah Anda sudah menandai luna? Apakah Anda tidak bisa merasakan kehadirannya? Emosinya?"

"Aku hanya merasa hampa. Mungkin Bella belum tersadar hingga sekarang atau mungkin juga mereka berhasil menemukan cara untuk memutuskan ikatan antara aku dan Bella. Entahlah ... apa kau memiliki kecurigaan di mana letak kerajaan mereka?"

***

King's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang