Bau darah langsung tercium saat Adrien membuka pintu, ia bergerak cepat saat menemukan Bella sudah tergeletak di lantai dengan darah yang mengelilingi kepalanya. Ketakutan dan kepanikan mengusai Adrien, ia tak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya, tangannya bergetar ketika menggendong tubuh lemah Bella. Detak jantung Adrien semakin cepat seiring dengan langkahnya menuju klinik.
Semua orang yang Adrien lewati langsung menunduk, tak berani menatap alpha sekaligus raja mereka. Sejujurnya mereka juga diliputi oleh rasa penasaran dengan apa yang terjadi, hanya saja mereka memilih untuk diam daripada mendapat kemarahan dari sang Alpha karena dianggap lancang.
"Andrew, selamatkan dia!" Andrew terlonjak dari duduknya saat mendengar suara Adrien. Ia langsung menyusul Adrien yang kini sudah menempatkan tubuh Bella di ranjang.
"Apa yang terjadi dengan luna?" Andrew tak mendapat jawaban dari Adrien, pria itu justru mengeluarkan geraman marah saat Andrew menyentuh kepala Bella. Andrew mengerti bahwa alpha-nya sedang berada di mode protektif, maka ia mencoba untuk melakukan tugasnya dengan cepat, menghentikan darah yang masih terus keluar.
Andrew memanggil asisten untuk membantunya, sementara ia sendiri bingung bagaimana caranya mengusir sang Alpha yang terus menggeram sedari tadi. Andrew tahu saat ini serigala yang ada dalam diri Adrien mencoba untuk mengambil alih. Hal ini sangat wajar untuk kaum pria dari bangsa werewolf yang terkenal begitu protektif. Saat pasangan mereka terluka, mereka akan menganggap semua yang mendekat adalah ancaman. Meskipun Andrew harus mengakui kontrol yang dimiliki Adrien, tetap saja dari matanya yang sering berubah-ubah itu ia tahu sang Alpha akan kehilangan kontrolnya sebentar lagi.
"Alpha, bisakah Anda keluar?" Andrew tak bisa melakukan apa-apa saat Adrien menangkap lehernya dengan cepat.
"Aku akan berada di sini, cepat selamatkan mate-ku!" Suara Adrien terdengar lebih dalam dan mengerikan membuat Andrew maupun sang asisten merinding ketakutan. Andrew mengambil napas panjang saat Adrien telah melepaskan tangannya.
Andrew dan asistennya bekerja dengan cepat mempersiapkan segalanya, mereka mencoba untuk tak menghiraukan sang Alpha. Nyawa luna mereka sedang dalam bahaya jika tidak ditangani segera.
***
Adrien menghela napasnya, matanya tak lepas dari wanita yang kini terbaring di ranjang klinik. Tubuh dan matanya seolah sudah terpaku pada wanita di hadapannya. Ia benar-benar tak bisa menjauh dari sini. Kalau ia keluar, pikirannya akan berubah kalut seperti orang gila, tak ada hal lain yang bisa ia pikirkan selain kondisi mate-nya.
Hal ini membuatnya marah, ia seperti terkontrol oleh suatu kekuatan yang tak kasat mata. Sekarang Adrien juga begitu mudah merasakan emosi, marah, cemas, panik bahkan takut. Adrien membenci itu semua, tak seharusnya ia merasa takut. Sempat terlintas dalam pikiran Adrien untuk membunuh wanita yang menjadi sumber masalahnya. Namun ia tak sanggup, serigala dalam dirinya meraung marah, menuntutnya untuk tak melakukan apa pun yang membahayakan.
"Alpha...," Adrien melihat Demian yang datang bersama seorang tetua. Kedua orang itu berdiri di samping ranjang Bella, mereka terlihat khawatir saat melihat kondisi Bella yang masih belum siuman.
"Alpha, izinkan saya menyampaikan pendapat," ucap tetua yang bernama Albert. Pria itu adalah teman kakek Adrien, usianya yang sudah tua serta banyaknya pengalaman yang ia miliki membuatnya begitu dihormati di kerajaan Red Moon ini. Red Moon Pack dulunya hanyalah pack biasa, hingga ayah Adrien melebarkan wilayahnya hingga ke pack-pack di sekitar mereka, menguasai dan menjadikannya satu wilayah di bawah kepemimpinan Red Moon Pack.
Sekarang pack biasa itu telah berubah menjadi sebuah kerajaan dengan wilayah yang begitu luas, Adrien berhasil meneruskan jejak ayahnya. Bahkan banyak yang menyebutnya sebagai iblis berwujud serigala, mengingat bagaimana Adrien selalu mengalahkan lawannya dengan brutal. Pria itu merebut wilayah dengan cara sadis, semua akan dibunuhnya jika melawan.
"Cepat katakan," perintah Adrien.
"Kelemahan dan kekuatan adalah satu. Dia yang menentukan kehancuran atau kemenangan. Waktunya akan tiba di mana yang terkuat akan berlutut dan tak berdaya. Apakah Anda pernah mendengar ramalan itu?" Adrien mengangguk, ia pernah mendengar hal itu dari ayahnya dan sampai sekarang pria itu masih tak mengerti maksudnya.
"Sebenarnya itu bukanlah ramalan, tapi sebuah kutukan dari bangsa penyihir. Saat ayahmu sibuk memperluas wilayah, dia tak menyadari telah melanggar batas dan masuk ke wilayah bangsa penyihir. Ayahmu terlambat menyadarinya hingga membunuh seorang penyihir. Kemarahan menguasai mereka begitu mengetahui berita itu, hingga kemudian mereka mengutuk ayahmu dan penerus selanjutnya."
Adrien menggertakkan giginya, ia tak mengetahui masalah ini sebelumnya. Rasanya ia ingin menghukum pria tua yang telah menyimpan masalah ini darinya. "Kenapa kau baru mengatakannya sekarang?!" bentak Adrien.
Dengan tenang pria tua itu menjawab, "Karena sepertinya kutukan itu telah terjadi." Matanya melihat ke arah Bella yang masih tak sadarkan diri.
"Aku akan membunuh wanita ini, aku tak akan membiarkan kerajaanku jatuh dalam kehancuran," geram Adrien.
"Jika Anda membunuhnya, maka Anda harus siap menyusulnya ke alam kematian. Kalian adalah satu, wanita ini adalah kekuatan serta kelemahan Anda. Bahkan tanpa Anda sadari ... sebenarnya perasaan kalian telah terikat, serigala dalam diri Anda telah menerima kehadirannya. Sepertinya saya sudah cukup berbicara. Permisi, Alpha." Adrien tak mencegah kepergian pria tua itu. Otaknya sudah terlalu penuh dengan masalah yang timbul.
Adrien merasa dirinya terbagi dua, sisi jahatnya mengatakan untuk membunuh wanita ini, tapi di sisi lain ia tak bisa. Ada ikatan yang sulit untuk dijelaskan. Ada perasaaan aneh dalam dirinya untuk wanita ini. Tangan Adrien bergerak menyentuh wajah Bella, ia tak memedulikan beta yang masih berada di sini dan melihatnya.
"Apa yang kau lakukan padaku dan apa yang harus kulakukan padamu?"
***
Adrien memasukkan tangannya ke saku celana. Matanya tak lepas dari bulan sabit yang bersinar di langit. Keheningan ruangan itu membuat pikiran Adrien berkelana. Takdir apa yang tengah menantinya? Kejayaan atau kehancuran?
"Adrien...," panggil Bella yang membuat Adrien berbalik.
Adrien pun menghampiri Bella yang masih terbaring. "Bagaimana keadaanmu? Ada yang sakit?"
Tangan Bella menyentuh pinggangnya yang tadi terluka karena kuku Adrien. Sebenarnya ia sudah tak merasakan apa-apa di sana, tapi melihat wajah Adrien membuatnya kembali teringat kejadian itu. Bella kaget saat tangan Adrien menyentuh tangannya. Refleks, Bella menampik tangan itu.
"Siapa dirimu sebenarnya? Kau bukan manusia!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
King's Obsession
Lupi mannariBella tak pernah menyangka hidupnya akan berubah karena menuruti rasa penasarannya. ia hanya ingin tahu rahasia dibalik hutan lebat yang berada di kota barunya. tapi siapa sangka ia justru terjebak dalam takdir yang tak pernah disangkanya. "Jangan...