Bella merasa tubuhnya sakit semua, tangan dan kakinya tak bisa digerakkan sama sekali. Wanita itu memaksa membuka matanya yang terasa begitu berat, sedikit demi sedikit matanya terbuka, kegelapan langsung menyambutnya, ia tak bisa melihat apa pun yang ada di sekitarnya.
Bella merasa dirinya seperti orang buta, bahkan cahaya setitik saja tak bisa dilihatnya. Bella kembali mencoba untuk menggerakkan tangannya, suara rantai langsung memasuki indra pendengarannya begitu tangannya mampu sedikit bergerak.
Kepanikan melanda Bella, ia mencoba memaksa tangan dan kakinya bergerak. Lagi, suara rantai menggema di ruangan yang senyap nan gelap itu. Bella merasakan teror yang begitu kuat, dirinya tak tahu sedang berada di mana, matanya tak bisa melihat, telinganya tak bisa mendengar suara manusia yang mungkin ada di ruangan ini. Air mata Bella mengalir, ketakutan menguasainya, ruangan gelap itu membuat Bella merasa begitu tak berdaya, belum lagi rantai-rantai yang ia tahu sedang mengikat kaki dan tangannya.
'Adrien, tolong!' batin Bella berteriak. Otaknya kembali mengingat kejadian penyerangan yang membuatnya jadi seperti ini. Ia bahkan tak tahu bagaimana kabar Adrien. Apakah pria itu selamat? Bagaimana dengan rakyatnya? Apakah mereka tidak apa-apa?
Rasanya, Bella hampir gila karena ketakutan dengan kondisinya saat ini dan kecemasan akan orang-orang yang dicintainya. Isak tangis Bella terdengar di ruangan sepi itu. Namun tak lama, terdengar juga suara pintu yang terbuka. Tubuh Bella menegang, jantungnya berdetak cepat, ketakutannya naik berkali-kali lipat. Inilah saatnya ia bertemu dengan orang yang menculiknya.
Bella mendengar langkah kaki yang mendekat ke arahnya, ia berusaha melihat siapa yang datang tapi tetap saja wanita itu tak bisa melihat di tengah gelapnya ruangan. Bella mengerutkan keningnya ketika tak lagi mendengar suara seperti tadi.
"Siapa kau?" tanya Bella dengan suara bergetar, ia berusaha untuk terdengar tegar dan berani meskipun nyatanya tak bisa. Tidak ada jawaban dari orang yang berdiri di samping ranjang Bella.
Selang beberapa detik, kembali terdengar langkah kaki yang justru menjauh dari Bella. Cahaya bulan langsung menerangi ruangan begitu gorden besar yang ada di ruangan itu dibuka. Bella mengerjapkan matanya, ia menoleh ke arah datangnya cahaya.
Bella terpaku sejenak ketika melihat wajah seorang pria yang diterpa cahaya bulan purnama, wajah pria itu begitu pucat. Meskipun begitu, Bella tak ragu untuk mengakui bahwa pria itu tampan, garis rahangnya yang kokoh, hidungnya yang mancung serta mata tajam beriris hitam pekatnya, bisa memikat siapa saja yang dikehendakinya. Mata Bella tetap mengikuti gerakan pria asing itu, ketakutan masih ada dalam dirinya, bagaimanapun pria ini adalah orang yang menculik Bella, pasti tak ragu untuk menyakiti wanita itu.
"Siapa kau?!" tanya Bella sedikit berteriak di akhir karena perubahan iris mata pria itu dari hitam ke merah secara tiba-tiba.
Sebuah seringaian kejam menghiasi wajah pria yang Bella masih belum ketahui namanya. Gigi taringnya begitu tajam dan panjang, membuat Bella bergidik ngeri ketika membayangkan benda itu akan membunuhnya.
"Aku Damon, Sayang."
Damon lagi-lagi tersenyum ketika melihat kondisi Bella yang terikat seperti sekarang. Tangannya yang dingin dan pucat terulur ke wajah Bella, ia menelusuri wajah cantik itu dengan jarinya.
Bella menggeleng, sebisa mungkin menghindar dari sentuhan Damon. Damon justru tertawa kecil ketika melihat reaksi tawanannya itu. Ia suka aura ketakutan yang menguar dari tubuh Bella. Taringnya sudah begitu ingin untuk menancap di leher putih dan mulus wanita itu.
Damon membayangkan darah yang akan masuk ke mulutnya begitu ia menggigit kulit tipis di leher Bella. Dirinya membayangkan kenikmatan yang ia rasakan ketika cairan merah nan kental itu mengalir di tenggorokannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
King's Obsession
LobisomemBella tak pernah menyangka hidupnya akan berubah karena menuruti rasa penasarannya. ia hanya ingin tahu rahasia dibalik hutan lebat yang berada di kota barunya. tapi siapa sangka ia justru terjebak dalam takdir yang tak pernah disangkanya. "Jangan...