Part 11

102K 8.1K 121
                                    

"Wilayah ini dulunya hutan lebat, manusia tak ada yang berani menginjakkan kakinya di sini karena penjagaan yang sangat ketat dari para serigala. Mereka akan mengejar bahkan mencabik jika kau sampai menginjakkan kaki di wilayah ini. Lalu, suatu hari tanpa di duga ... datanglah sekelompok orang yang tiba-tiba menyerang para serigala itu. Kami sering menyebutnya sebagai hunter, mereka menembak setiap serigala yang mereka lihat hingga akhirnya mereka berhasil masuk ke wilayah hutan itu.

Di sana terjadi pertempuran sengit, para hunter itu tak mau mengalah meskipun beberapa dari mereka telah terluka karena cakaran dan gigitan serigala yang begitu buas. Rupanya, para hunter itu memiiki senjata rahasia yang merupakan kelemahan bangsa serigala.

Disebutkan bahwa senjata itu adalah perak, para hunter itu menggunakan peluru, pisau serta anak panah yang dilumuri dengan perak untuk menyerang mereka semua. Ketika bangsa serigala mulai terdesak, datanglah sekelompok manusia lain yang justru membela para serigala.

Karena serangan tak terduga itu, maka kedudukan berbalik. Singkat cerita, bangsa serigala dan sekelompok manusia yang tiba-tiba datang tadi berhasil memenangkan pertarungan. Di sinilah awal keanehan dimulai," Bibi Ruth menjeda ceritanya, menarik napas panjang sebelum melanjutkan kembali.

"Ternyata para serigala itu bukanlah serigala biasa. Mereka adalah werewolf." Semua oranya yang berada di ruangan itu menganga tak percaya, kecuali Bella dan bibi Ruth. Bella tentu sudah mengetahui bagaimana para serigala itu berubah menjadi manusia.

"Werewolf? Itu tak masuk akal, mungkin ini hanya bualan untuk menakuti anak-anak kecil," ujar Ben, kakak Bella.

"Tidak, Kak, apa yang dikatakan bibi Ruth memang benar. Werewolf memang ada," tegas Bella.

"Sebagai balasan karena telah membantu para werewolf, maka sekelompok orang yang ternyata adalah penduduk sekitar hutan itu diberikan sedikit wilayah untuk membangun sebuah perkampungan. Akhirnya, jadilah kota ini. Sedikit demi sedikit penduduk mulai bertambah, orang-orang mulai datang ke kota ini untuk menetap. Semua cerita itu akhirnya hanya menjadi legenda, aku mungkin satu dari beberapa orang yang masih percaya dengan kisah itu. Siapa yang menyangka ternyata apa yang kupercayai memang benar, bahkan Bella memiliki ikatan yang sangat kuat dengan mereka," lanjut bibi Ruth.

Semua yang berada di ruangan itu tampak syok dan tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. Bagi mereka, cerita tadi bagaikan dongeng pengantar tidur, kisah yang tak masuk akal dan hanya digunakan untuk menakuti anak-anak.

"Bella, apakah pria tadi—" Bibi Ruth tak tahu bagaimana melanjutkan pertanyaannya, ia hanya bisa menduga bahwa Adrien adalah seorang alpha. Ia sendiri tak tahu persis mengenai hierarki di kaum werewolf.

"Namanya Adrien, dia adalah pemimpin kaum yang tadi Bibi sebutkan. Mungkin bagi kalian ini mustahil, tapi inilah yang terjadi sebenarnya. Aku tak bisa meninggalkannya karena ada konskuensi yang harus kutanggung jika berani pergi dari sini. Jadi, aku mohon ... biarkan aku tetap di kota ini."

Ayah dan Ben memijat kepala masing-masing, mungkin pening dengan segala informasi yang baru saja mereka dengar. Sementara ibu Bella hanya bisa memandang putrinya dengan raut wajah sedih.

"Aku tak akan membiarkanmu di sini. Kota ini terlalu berbahaya, Bella. Putuskan saja hubunganmu dengan Adrien itu," kata ibu Bella.

"Aku menyesal tak memukulnya tadi," ujar Ben menambahi perkataan ibunya.

"Sudahlah ... aku tak apa, Ma. Lagi pula Adrien akan selalu menjagaku. Asal kalian tahu, hubungan kami tak bisa diputuskan. Kami terikat oleh takdir," ucap Bella menjelaskan pada keluarganya, entah kenapa ada rasa sedih saat ia membayangkan akan meninggalkan kota ini.

"Kau pasangan sejatinya, Bella?" tanya bibi Ruth. Bella merespons dengan senyuman dan anggukan.

"Aku kira semua hanya mitos, ternyata—" Bibi Ruth tak perlu melanjutkan ucapannya, karena Bella pun sudah tahu. Selama ini, ia menghabiskan waktunya dengan membaca, setiap Adrien pergi untuk berlatih atau mengerjakan urusan lain, Bella selalu berada di perpustakaan, membaca sejarah kaum werewolf.

Selama 200 tahun tak ada yang namanya mate untuk kaum werewolf, mereka menentukan pasangannya sendiri. Namun apa yang terjadi pada Bella dan Adrien sepertinya merupakan suatu pengecualian.

Adrien bercerita mengenai apa yang ia rasakan ketika pertama kali bertemu dengan Bella, awalnya Bella tak percaya dengan hal itu, tapi setelah bertemu dengan si tua Albert dan membaca beberapa buku lama, akhirnya rasa tak percaya itu hilang diganti dengan penasaran dan heran. Kenapa dirinya yang bukan siapa-siapa ini dipasangkan dengan werewolf terkuat seperti Adrien? Kenapa setelah 200 tahun Moon Goddess memutuskan untuk kembali menentukan siapa pasangan dari makhluk ciptaannya?

Bella pernah bertanya pada Adrien, tapi pria itu tak mau menjawabnya. Adrien mengatakan akan memberi tahu Bella suatu saat nanti, kenyataannya sampai sekarang Bella masih digantung dengan rasa penasarannya. Adrien tak pernah menjelaskan apa pun.

"Bella, kau tahu ini gila, kan? Aku tak akan membiarkanmu semakin gila di sini. Kita pulang sekarang juga," kata ayah Bella.

"Ayah, aku tidak bisa, aku mohon mengertilah."

Wajah memelas Bella membuat ayahnya melembut, akhirnya ia meminta Bella untuk mengatakan pada Adrien agar nanti menemuinya.

Bella mengembuskan napas lega, kemudian ia menceritakan versi singkat mengenai apa yang terjadi pada dirinya. Tak mungkin ia menceritakan semua dengan detail, apalagi kejadian di penjara waktu itu.

Melissa pun pulang setelah mendengar semua cerita Bella, ia berjanji akan menutup mulutnya rapat-rapat. Lagi pula kalau menceritakan hal ini pada semua orang, wanita itu akan dianggap orang gila.

***

Bella menyesap minumannya, ia terdiam di kamarnya, mendengarkan musik yang mengalun dari ponselnya. Untuk pertama kalinya ia merasa begitu rileks, tak ada lagi kesedihan dan kesepian. Ia sudah berada dekat dengan keluarganya, dan Adrien pun mulai belajar memahaminya. Sedikit kebebasan yang diberikan oleh Adrien begitu berarti bagi Bella.

Bella menoleh ke arah balkon saat mendengar suara keras yang berasal dari sana. Ia menghampiri arah suara itu dan melihat seekor serigala besar yang berada di sana. Tanpa rasa takut, Bella menggeser pintu kaca yang memisahkannya dengan makhluk besar, tinggi dan berbulu itu. Bella mendapatkan jilatan di tangannya begitu serigala itu mendekat.

"Adrien!" teriak Bella sambil mengibaskan tangannya.

Bella menutup matanya saat melihat serigala di hadapannya akan berubah. Ia tak mau melihat Adrien yang telanjang. Suara gesekan baju menandakan bahwa Adrien sedang memakai bajunya yang tadi diikatkan di kakinya.

"Kau pindah kamar ke bawah saja, supaya aku tak repot melompat." Bella membuka matanya ketika merasakan dua tangan yang menangkup wajahnya. Saat itulah matanya langsung bertemu dengan wajah tampan Adrien.

Adrien mengecup bibir Bella singkat sebelum menyelusupkan kepalanya di leher wanita itu, menghirup aroma mate-nya sambil mengecup leher itu berulang kali.

"Adrien, lepas!"

"Hmm ... aku tak mau," gumam Adrien.

"Ayah ingin berbicara denganmu." Mendengar hal itu, Adrien berhenti bermain-main dengan leher Bella.

"Untuk apa? Jika dia berbicara hanya untuk mengambilmu dariku, maka aku tak peduli dia ayahmu atau bukan, hukumannya tetap kematian."

***

King's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang