Part 2

5.8K 632 105
                                    

"Jung Yerin, sampai kapan kau menghancurkan restoranku?"

Yerin membungkuk, beberapa kali gadis itu menggumam minta maaf kepada wanita yang berdiri di hadapannya. Yerin biasa memanggil wanita itu Bibi Lee, bos di tempatnya bekerja.

Yerin mengangkat kepalanya dan menemukan Bibi Lee menatapnya kesal, wanita itu berdecak dan pergi meninggalkan Yerin yang masih diam di tempatnya. Yerin kemudian mengekori Bibi Lee sembari terus mengucapkan maaf, tapi Bibi Lee tidak menghiraukannya, terus berjalan hingga mereka berada di dapur.

"Tunggu di sana."

Yerin menurut, dia hanya berdiri, menunggu Bibi Lee keluar dari ruangannya. Beberapa menit kemudian, Bibi Lee membawa amplop di tangannya. Wanita itu meraih tangan Yerin, memberi gadis itu amplop yang tadi dipegangnya, "Ambil itu. Gajimu bulan ini," Yerin gemetar melihat amplop yang ada di tangannya.

"T-tapi.. Sekarang bukan--"

"Berhentilah, Jung Yerin," ujar Bibi Lee sembari mengembuskan napasnya berat, wanita itu mengalihkan pandangannya, tidak ingin melihat Yerin yang saat ini sudah menitikkan air matanya, menangisi keputusan Bibi Lee.

"Bibi, kumohon jangan pecat aku. Aku akan bekerja dengan benar, aku janji.."

"Kau juga mengatakan seperti itu saat aku memberimu kesempatan terakhir, tapi apa nyatanya? Aku tidak menemukan perubahan apapun, Yerin-ah," Bibi Lee bersedekap.

Yerin menggeleng, gadis itu berusaha meraih tangan Bibi Lee tapi wanita itu menolaknya, "Sekali lagi. Berikan aku kesempatan sekali lagi. Jika kau memecatku, bagaimana nasib ibuku, Bi?"

Bibi Lee menghela napas panjang, "Aku minta maaf, Yerin-ah," Bibi Lee berbalik, meninggalkan Yerin yang terisak menangis.

*** ***

Yerin berjalan, gadis itu menyeret langkahnya berat. Amplop di tangannya digenggam erat, pikirannya melayang, memikirkan bagaimana cara menghidup kehidupannya sekarang. Yerin berhenti melangkah, didongakkan kepalanya saat dirasa jalanan yang dilewatinya sudah tak asing lagi baginya dan Yerin menemukan rumah sederhana di hadapan.

Itu rumahnya. Rumah yang ditempatinya selama dua puluh satu tahun selama hidupnya.

Yerin merasa kepalanya berat saat kenangan-kenangan itu menghantamnya. Dia ingat saat ibunya membawa kopi untuk ayahnya yang terduduk di teras dan dia dengan Jeongha mengerjakan tugas kuliah menemani ayahnya. Yerin merasa kenangan hangat itu baru kemarin dirasakannya, tapi semuanya langsung lenyap dalam waktu semenit.

Yerin membawa langkahnya, mendekati rumahnya. Dia melangkah ragu, haruskah dia pulang?

"Di sini kau anakku," Yerin membulatkan matanya saat pandangannya bertemu dengan sosok yang sudah lama menemani kehidupannya, sosok yang selalu dia banggakan, dan.. sosok yang membuatnya terjatuh. Ayahnya.

"Ayah.."

Pria paruh baya itu menyipit, matanya memandang Yerin sebelum akhirnya tersenyum, "Apa itu di tanganmu, Anakku?" Yerin segera menyembunyikan tangannya di belakang punggungnya.

"Bukan apa-apa, Yah. Ayah bukankah--" Ayah Yerin menggeram, pria itu melangkah dengan langkah lebar menghampiri Yerin. Yerin berusaha mempertahankan amplop di tangannya ketika ayahnya berusaha merebut itu darinya, tapi dia kalah kuat. Akhirnya, amplop itu berhasil direbut ayahnya.

Ayahnya membuka amplop itu tak sabaran, sementara Yerin meronta, meminta ayahnya untuk berhenti.

"Lihatlah yang kau dapat, Anakku. Ini tak seberapa, hanya delapan puluh ribu won," ayah Yerin memasukkan lembaran uang ke dalam kantungnya. Yerin yang melihatnya, mendekap ayahnya, "Ayah, jangan.. Itu gaji terak--" ayah Yerin yang merasa geram mendorong Yerin hingga anaknya terjatuh di atas halaman rumahnya.

Laki-laki paruh baya itu menendang anaknya, menumpahkan amarahnya di sana, "Dasar anak tidak tahu diuntung! Aku hanya meminta uang sedikit darimu, sedangkan kau? Kau bahkan menghabiskan hartaku, jalang sialan!" Yerin menangis, mendengar kata-kata menyakitkan keluar dari mulut ayahnya. Gadis itu tak henti-hentinya menjerit, meminta ampun.

Setelah suara Yerin serak, ayahnya berhenti menendangnya. Laki-laki itu meludahinya, "Cepat urus ibumu yang penyakitan itu, jalang kecil! Dia sungguh merepotkan!" Yerin menggepalkan tangannya, kembali dia menangis.

Ayahnya sudah pergi meninggalkannya. Yerin tidak peduli apa yang dilakukan laki-laki itu. Dia ingin terbebas dari kehidupan ini. Siapapun tolong dirinya..

Yerin memukuli halamannya seraya menjerit sedih. Gadis itu tidak tahu pada siapa lagi harus bersandar. Apa Tuhan itu nyata? Kenapa Dia tidak menolongnya saat ini? Yerin begitu rapuh saat ini.

"Bangunlah," Yerin mendongak, matanya melebar saat mendapati seseorang mengulur tangannya. Seorang lelaki tampan dengan ekspresi dingin di wajahnya.

"Bangunlah," perintah laki-laki itu sembari mengulurkan kembali tangannya. Yerin menyambutnya ragu.

"Si-siapa kau?"

Laki-laki itu tersenyum, senyum dingin yang mematikan, "Tuhanmu."

#2 DEVIL'S TEMPTATION [TAEHYUNG-YERIN] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang