Part 11

3.8K 514 81
                                    

Tolong selamatkan aku

Ini takkan ada habisnya, bahkan ketika aku mencoba untuk menjalaninya

Aku sudah jatuh dalam kebohongan

—Lie by Jimin

***


"Knock, knock..."

Yerin merasakan hantaman di tubuhnya terhenti saat suara terdengar di balik pintu. Yerin berusaha menajamkan pendengarannya saat suara itu kembali menyapa. Matanya terbuka lebar, beberapa kali mengerjap saat otaknya sudah memproses suara tersebut. Tidak perlu terlalu lama menebak, Yerin sudah tahu jawabannya.

"Knock, knock..." suara tersebut kembali terdengar, kali ini Yerin dapat mendengar pintu yang diketuk secara halus mengiringi suara itu. Yerin mendongakkan kepalanya, melihat apa yang dilakukan laki-laki tua yang telah membelinya dan dia menemukan laki-laki tersebut berjalan ke ujung ranjang, mengambil tongkat panjang di sana dan membawanya mendekat ke pintu.

Yerin membuka bibirnya berusaha memperingatkan Taehyung akan bahaya yang datang. Sayangnya, suaranya tertahan di kerongkongan. Yerin mengernyit, berusaha keras mengeluarkan suaranya tapi dia tidak dapat berkata apa-apa. Yerin menyentuh lehernya, tapi hal tersebut tidak membantu apa-apa. Yerin membuka lebar mulutnya, mengeluarkan suaranya tapi tidak ada satupun yang mencapai telinganya.

Sedang, laki-laki tua tersebut berjalan mendekat ke arah pintu. Yerin tidak terlalu memerhatikannya hingga derit pintu terbuka menarik atensinya. Yerin menjatuhkan pandangannya pada pintu cokelat tua yang terbuka dan menimbulkan decitan yang membuat bulu kuduknya berdiri, meremang. Dari ujung sana, Taehyung berdiri, memunggungi cahaya di belakangnya, membuat Yerin harus menyipit untuk sekadar melihat keadaan laki-laki itu.

Yerin merasa tidak yakin, tapi seringai Taehyung kala itu membuat perasaan Yerin semakin tidak enak, bahkan beberapa detik lalu gadis itu merasa dia melihat sayap hitam di punggung Taehyung. Hanya sebentar dan kemudian menghilang. Yerin pikir dia butuh ke dokter mata untuk mengecek kenormalan matanya.

"Sialan kau, anak muda!" laki-laki tua tersebut mengayunkan tongkat panjang itu, berusaha menyerang Taehyung yang berdiri kokoh di hadapannya. Taehyung sendiri hanya tersenyum sembari menggelengkan kepalanya kecil. Dengan gerakan santai, dia menangkap tongkat tersebut dan menahannya di genggamannya membuat laki-laki tua tersebut tercengang. Terkejut karena perbuatan Taehyung. Laki-laki tua tersebut berusaha menarik tongkat itu tapi semuanya sia-sia. Genggaman Taehyung begitu erat.

"Kau ingin mati, anak muda? Hei kalian ke sini, hajar anak muda ini untukku!"

Taehyung tertawa renyah saat mendengar teriakan laki-laki tua di hadapannya. Taehyung tahu dari nada suara laki-laki itu terdapat getara ketakutan. Taehyung bahkan menangkap kedua kaki laki-laki tua itu yang berguncang pelan. Akan tetapi, Taehyung sama sekali tidak peduli. Dia menarik tongkat tersebut, membuat tongkat itu beralih ke tangannya. Taehyung mematahkan kedua tongkat tersebut di hadapan wajah laki-laki tua tersebut membuat laki-laki tua itu terperangah, membuka mulutnya tak pecaya dan mundur beberapa langkah.

"T-tidak mungkin." Suara penuh ragu keluar dari mulut lawan Taehyung membuat Taehyung menipiskan bibirnya, mengulas senyum semanis mungkin pada orang yang telah menyakiti belahannya.

"Sst, sst.." Taehyung mendesis, menaruh jari telunjuk di depan bibirnya sembari membawa kakinya melangkah maju, "...jika kau ingin selamat, mainkan sebuah permainan denganku. Nama permainannya adalah knock knock jokes. Kau tahu cara bermainnya?"

Laki-laki tua tersebut tersandung oleh karpet merah yang kini didudukinya. Taehyung tersenyum melihat mata laki-laki tua tersebut yang sama sekali tak mau beranjak darinya. Mata itu memerah, menahan ketakutan yang perlahan menggorogoti hatinya. Taehyung menarik napas, menghirup aura ketakutan yang dikeluarkan orang tersebut. Matanya terpejam, bibirnya menekuk lebar. Taehyung tersenyum puas saat ketakutan orang tersebut mengisi dirinya, membuat tenaganya terisi penuh.

Taehyung membuka matanya, membasahi daun bibir bawahnya dengan lidah. Laki-laki itu menangkap sasarannya dengan buas, haus dengan perasaan negatif yang dikeluarkan orang yang kini menggeleng kecil itu. Taehyung terkekeh, dia merasa pemikiran bodoh orang tersebut masuk ke dalam telinganya. Menggelitikinya. Sial. Taehyung ingin sekali terus tertawa, tapi dia tidak bisa menahan perutnya yang meraung, minta diperhatikan.

"Ketika aku bilang knock knock, maka kau akan menjawab who's there, kau mengerti?" lawan bicara Taehyung spontan mengangguk. Otaknya tak lagi berpikiran jernih di saat menegangkan seperti ini. Sesungguhnya, dia tidak mengerti siapa laki-laki muda di hadapannya saat ini, tapi laki-laki muda itu sangat mendominasi dalam ruangan ini. Membuatnya menjadi kecil dan terintimidasi.

Taehyung berdeham, laki-laki itu mengembuskan napasnya sembari tersenyum ramah. "Baiklah, kita mulai. Satu, dua, tiga. Knock, knock..."

"Wh-who's there?"

Taehyung membungkukkan tubuhnya, menjajarkan wajahnya dengan wajah laki-laki tua tersebut. Sontak, hal itu membuat laki-laki tua tersebut lupa caranya bernapas. Taehyung bahkan dapat melihat pancaran ketakutan dari sinar mata laki-laki itu.

"Perkenalkan, aku Taehyung, sang Malaikat. Malaikat pencabut nyawa untukmu, Pak Tua—"

Usai berujar, tangan Taehyung menembus dada kiri laki-laki itu membuat laki-laki itu meraung kesakitan. Kepalanya mendongak, merintih, memanggil sang Tuhan, memohon kepada Kuasa agar melepas rasa sakit yang kini menderanya. Tentunya hal itu membuat Taehyung menyunggingkan senyum licik. Merasa enggan mendengar suara laki-laki itu lebih lama, Taehyung menggerakkan tangannya di dalam sana. Laki-laki itu dapat merasakan jika tangannya menggenggam sesuatu yang berdetak. Detakan dengan irama yang begitu dasyat.

Taehyung tersenyum puas, laki-laki itu menarik tangannya. Merengkuh sesuatu yang berharga bagi manusia untuk bertahan hidup. Jantung.

Taehyung mengonyak tubuh laki-laki tua itu dengan tidak berperasaan hingga laki-laki itu ambruk di atas lantai. Suaranya sudah tidak lagi terdengar dan ruangan sepenuhnya dipenuhi suasana mencekam. Yerin yang menjadi saksi hidup hanya bisa bergetar di tempatnya. Pun Taehyung hanya tersenyum sinis. Lidahnya menjulur keluar kemudian menjilati bagian luar jantung laki-laki tua tersebut, membuat Yerin merasa getaran ngeri ketika melihatnya.

"Yerin-ah, aku harus bagaimana?" suara berat Taehyung terdengar membuat bahu Yerin bergetar kecil. Laki-laki itu mendongak, tatapannya menghunus tajam ke arah Yerin. "Haruskah aku mencicipi jantung ini terlebih dahulu atau...., aku harus memakanmu?"

Yerin bergidik. Gadis itu dapat merasakan bulu tengkuknya meremang mendengar penuturan Taehyung. Yerin sama sekali tidak bodoh. Dia mengerti maksud dari perkataan Taehyung. Memakan di sini bukan dalam artian harfiah, melainkan ada makna tersembunyi dari perkataan Taehyung yang membuat Yerin merasa ciut. Laki-laki itu menagih janjinya.

"Kau sungguh pintar, Sayang."

#2 DEVIL'S TEMPTATION [TAEHYUNG-YERIN] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang