Part 5

5.1K 662 115
                                    

Yerin melemparkan tatapan nanarnya. Dia tidak percaya dengan apapun yang dikatakan laki-laki di hadapannya –Taehyung. Ibunya dibunuh, entah oleh siapa. Dia harus menyetujui permintaan laki-laki itu jika ingin mengetahui alasan kematian ibunya.

Hamil anaknya. Hamil anak Taehyung.

Ini gila. Memang siapa Taehyung? Apakah laki-laki itu pikir Yerin adalah gadis yang dapat memberikan rahimnya pada laki-laki tak dikenalnya? Sialan. Yerin tidak semudah itu, terlebih pada orang asing seperti Taehyung.

Merasa direndahkan, Yerin memberi tatapan tajamnya pada Taehyung. Gadis itu mengangkat tangannya bermaksud menampar wajah laki-laki itu jika saja laki-laki itu tak menggenggam pergelangan tangannya.

Taehyung memiringkan kepalanya, laki-laki itu kemudian tersenyum memerhatikan ekspresi Yerin yang sedang menahan marah. Rahang gadis itu gemetar, giginya bergemelutuk. Seharunya Taehyung mengabadikan momen itu, momen di mana wajah Yerin hampir sepenuhnya memerah dan lain kali menunjukkannya kepada gadis itu. Gadis itu cukup menakutkan tapi tidak terlalu menakutkan bagi Taehyung. Laki-laki itu mungkin bahkan tidak menganggap Yerin lebih dari manusia hina.

"Cara yang sama, Yerin-ah. Kau rupanya memang tidak pernah belajar dari masa lalu. Mungkin itu yang menyebabkan orang-orang dapat dengan mudah menjatuhkanmu, Sayang."

Taehyung hampir saja tertawa ketika melihat mata gadis itu membulat dengan sempurna. Mungkin bagi Taehyung itu adalah hal yang lucu, tapi tidak dengan Yerin. Gadis itu terkejut. Yerin tidak pernah menyangka sebelumnya jika dia akan mendengarkan hal tersebut dari mulut seseorang, dan orang itu adalah orang yang aneh seperti Taehyung.

Yerin berusaha mengatur dirinya. Segera gadis itu memasang muka datarnya, dengan suara yang dingin, gadis itu berbicara, "Lepaskan aku."

Taehyung menggeleng kecil, menanggapi seruan gadis yang sedang dicengkramnya. Laki-laki itu menarik pergelangan tangan gadis itu, membawa gadis itu menubruk tubuhnya. Tangannya yang bebas digunakan untuk menutupi bagian atas wajah gadis itu. Tatapannya terkunci pada bibir gadis itu yang terbuka dan telinganya menangkap deru napas gadis itu yang memburu.

"Apa—"

"Apa yang kau lihat, Yerin-ah?"

Yerin mengerutkan keningnya. Alisnya hampir tertaut. Dia terdiam, tidak bisa menjawab pertanyaan yang dilemparkan laki-laki itu padanya. Tangannya ingin menyingkirkan tangan laki-laki itu di wajahnya, tapi dia tidak bisa menggerakan seluruh tubuhnya. Seluruh saraf tubuhnya seakan mati. Tak bisa digerakkan.

"Tidak ada apa-apa di sana, bukan?"

Yerin dapat merasakan napas hangat laki-laki itu menyentuh kulitnya. Yerin meremang. Perutnya melilit. Dia bergidik. Berada di dekat Taehyung adalah suatu hal yang membahayakan.

"Ketika kau berdoa, kau memejamkan mata. Kau berharap Tuhan mendengarkanmu, menjadikan semua doamu menjadi kenyataan. Akan tetapi saat kau membuka mata, kau tidak mendapati apa-apa. Apa Tuhan itu nyata?"

Taehyung menyingkirkan tangannya di wajah Yerin membuat gadis itu perlahan membuka matanya yang berkunang. Gadis itu mengerjap beberapa kali, menyesuaikan pandangannya dan yang pertama kali dilihatnya adalah Taehyung tersenyum lebar tepat di depannya.

"Jika memang Tuhan itu ada, katakan kepadaku kenapa Dia meninggalkanmu sendiri di sini? Di dunia gelap ini, tanpa arah—" Yerin terdiam saat Taehyung berujar, dia hanya memerhatikan laki-laki yang kini membelai lembut rambutnya kemudian punggung tangan laki-laki itu beralih mengusap pipinya. "—kau sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi, Jung Yerin. Kau membutuhkanku. Jangan tolak aku."

Bibir Yerin bergetar. Gadis itu bahkan dapat merasakan getaran dalam tubuhnya kala dia menatap mata kelam Taehyung. Menyadarkannya pada kenyataan bahwa yang dikatakan laki-laki itu tidak sepenuhnya salah, tetapi dia tidak ingin menerimanya. Yerin memilih menepis tangan Taehyung dan menghempaskan cengkraman laki-laki itu.

Netranya memandang Taehyung perih. Kini dia tergugu. Yang hanya dapat dia lakukan adalah melawan semuanya, tapi dengan apa? Apakah dia bisa melawan dirinya sendiri dengan isakan?

"Pergi!"

Seruan gadis itu tak membuat Taehyung gentar. Laki-laki itu justru memajukan dirinya, mendekati gadis yang menangis pilu di hadapannya, "Jangan begitu. Kau membutuhkan pelukanku saat ini." Yerin terdiam saat Taehyung memeluknya. Dekapannya begitu hangat, membuat Yerin menyandarkan kepalanya di dada bidang laki-laki itu. Menumpahkan rasa sedihnya di sana.

Taehyung benar. Dia butuh seseorang.

Yerin memperdalam pelukannya, kemudian gadis itu mengendus aroma Taehyung. Penciumannya dapat menangkap aroma pinus dan lavender di sana. Begitu menenangkan. Yerin memejamkan matanya, meresapi aroma tersebut. Merekamnya, berharap dapat menemukannya lain kali.

Mata Yerin yang terpejam kemudian terbuka saat suara dalam pikirannya berkata ada sesuatu yang salah. Gadis itu mendongak dan mendapati Taehyung yang tersenyum lebar, seakan puas mendapatkan kemenangan dari gadis itu. Yerin tentu tidak ingin jatuh dalam bisikan Taehyung. Dia tidak ingin terjebak dalam kubangan dosa yang menyesatkan. Dia ingin keluar. Segera.

Yerin berusaha melepaskan pelukannya dan Taehyung mempermudahnya. "PERGI!"

"Hal itu tidak akan bertahan lebih lama lagi, Jung Yerin. Kau akan jatuh. Jatuh padaku." Taehyung berbalik, meninggalkan Yerin yang jatuh bersimpuh.

Gadis itu menutupi seluruh wajahnya dengan kedua tangannya. Berteriak frustrasi. Berharap apa yang dikatakan Taehyung tidak akan pernah terjadi. Ketakutannya semakin bertambah setiap harinya, melahap dirinya. Akankah dia hidup dengan baik esok hari?

Yerin menyingkirkan tangan di wajahnya. Dengan mata sembab dan hidung berair, gadis itu berbalik. Dengan sedikit tertatih, dia mendekati ibunya yang terbujur kaku di atas lantai. Yerin meraih tangan dingin ibunya, tersenyum pedih."Ibu, maafkan aku."

Pandangan Yerin menyusur. Gadis itu memindai penampilan ibunya. Tangannya yang bebas dia gunakan untuk mengusap wajah ibunya. Dia merasa sedih karena tidak lagi merasakan kehangatan di sana.

"Maaf karena aku tidak bisa memenuhi janjimu—" kepala Yerin tertunduk. Kembali air mata jatuh dari mata indahnya. Pandangannya terpaku pada karpet yang berada di bawahnya. Perlahan senyum kecil muncul di bibirnya.

"Maafkan aku, Ibu. Maafkan anakmu ini."

a/n
🦊🦊

aku mau nanya nih? kalian lebih suka chapternya banyak atau dikit? wkwk

/jangan minta ini buat dipanjangin because karena aku enggak suka nulis panjang-panjang/

aku mau tau aja. kali aja aku mau nurutin kalian *bhaks*

tapi, kalo sampe aku nurutin kalian, kalian ya harus siap nerima konsekuensi yang aku kasih. *smirk*

#2 DEVIL'S TEMPTATION [TAEHYUNG-YERIN] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang