Katakan padaku
Seperti sebuah bisikan, katakan itu di telingaku
*** ***
Tuhan?
Yerin menatap berang laki-laki yang berada di hadapannya. Ya, laki-laki yang beberapa detik lalu mengaku sebagai Tuhan di depannya. Tidak seharusnya laki-laki itu mempermainkan kata Tuhan di bibirnya. Amarah dan rasa kesal menjadi satu saat menatap laki-laki itu, giginya bergemeletuk, dan tanpa bisa dicegah gadis itu bersuara, "Jangan bercanda!" serunya yang kemudian dihadiahi kekehan laki-laki itu.
Mendesah pendek, laki-laki itu lalu menghentikan kekehannya. Semuanya kemudian digantikan oleh tatapan tajam nan dingin milik laki-laki itu. Yerin bahkan tidak menampik jika dirinya melihat seringai terpatri di bibir laki-laki itu. Ya, yang sedari tadi Yerin lakukan hanyalah memperhatikan seluruh gerak-gerik laki-laki itu.
"Kau pikir aku bercanda?" tanya laki-laki itu dengan suara dalamnya. Yerin hanya terdiam, tidak ingin menjawab atau menanggapi pertanyaan laki-laki itu.
Tangan laki-laki itu terangkat di udara, berusaha menyentuh Yerin, namun dengan sigap gadis itu menepisnya. "Jangan sentuh aku!"
Lagi, laki-laki itu terkekeh. Yerin sesungguhnya tidak tahu dan tidak ingin tahu alasan laki-laki itu terkekeh. Dia cukup ketakutan untuk saat ini menanggapi orang asing yang mengaku sebagai Tuhan dan selalu terkekeh.
"Berhenti tertawa!"
Laki-laki itu memiringkan kepalanya, menatap Yerin penuh minat. "Yerin-ssi, aku tidak mungkin bercanda di saat seperti ini. Kau tahu aku telah berkata jujur, ak ini adalah Tu—"
Plak!
Sebelum laki-laki itu menyeselaikan perkataannya, Yerin telah melayangkan sebuah tamparan di pipi laki-laki itu. "Kau bukan Tuhan!" geram Yerin sambil mengepalkan tangannya. Yerin sendiri tidak tahu kenapa dia bisa menampar laki-laki asing itu, entah keberanian darimana, tapi Yerin bersyukur setidaknya dia berharap dapat menyadarkan laki-laki itu dengan tamparanya.
Sayangnya, Yerin harus dihadapkan pada suatu realita yang mengecewakan. Laki-laki itu bukannya tersadar, malah tertawa keras, terpikal karena perkataannya. Laki-laki itu berdiri, menghentikan tawanya kemudian memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, dan menatap Yerin dalam satu pandangan lurus, menyisakan gadis itu dalam pandangan yang begitu lekat. "Kau benar, Yerin-ssi. Aku memang bukan Tuhan."
Laki-laki itu tersenyum miring saat mendapati Yerin tidak dapat mengalihkan pandangannya. Tanpa Yerin sadari, laki-laki itu membawanya berdiri, memegang kedua lengannya, mendekatkan wajahnya, dan bersuara di dekat telinganya, "... aku adalah iblis yang sebentar lagi menjadi Tuhanmu," kata laki-laki itu dengan suara rendahnya.
Bola mata Yerin melebar, setengah tersadar dia mencoba melepaskan dirinya, tapi laki-laki itu mencengkramnya dengan kuat. Kepalanya mendongak, rahangnya mengetat saat dilihatnya laki-laki itu menatapnya remeh. "Lepaskan aku," ujar Yerin seperti sebuah titah.
"Kalau aku tidak mau?"
Yerin menggunakan kedua tangannya meninju dada laki-laki itu membuat laki-laki itu berdecak kesal. "Ck ck, kau kasar sekali," ujar laki-laki itu dengan nada jenaka, tapi Yerin sama sekali tidak menghiraukannya, dia sibuk melepaskan dirinya sendiri. Merasa jengah karena tidak diacuhkan, laki-laki itu kemudian mencengkram erat lengan Yerin membuat gadis itu mengaduh kesakitan. Laki-laki itu terus mempererat cengkramannya hingga Yerin merasa tulangnya akan remuk karena cengkraman laki-laki itu.
"Memohonlah." Mata Yerin yang terpejam pun seketika terbuka dan kerutan di dahinya mendalam saat didapatinya laki-laki itu menatap datar ke arahnya.
Yerin menggeleng sebagai jawabannya, "Sampai kapanpun—aw!"
"Dasar manusia," serapah laki-laki itu sambil mengempaskan tubuh Yerin dan membuat gadis itu terhuyung, mundur beberapa langkah.
Yerin mengangkat kepalanya, menatap nyalang ke arah laki-laki itu dan dia tidak terkejut lagi jika laki-laki itu telah mengubah ekspresi dinginnya menjadi ceria. Senyum lebar terpapar di bibir laki-laki itu, "Oh, oh, maafkan aku," ujar laki-laki itu dengan nada prihatin. Laki-laki itu bergerak maju, mendekati Yerin, tapi Yerin tidak bodoh, dia lebih memilih menjauhi laki-laki itu.
Mendapati reaksi Yerin yang seperti itu membuat laki-laki itu menatap Yerin dengan datar. Tangannya dia gunakan untuk menarik tubuh Yerin hingga gadis itu menabraknya. "Kau baru saja mendapatkan kabar bahagia, Yerin-ssi," ujar laki-laki itu sembari memamerkan senyumnya. Satu tangan laki-laki itu berada di pinggang Yerin, menahan gadis itu agar tidak pergi. "... aku dapat mewujudkan semua impianmu." Sedangkan satu tangan lainnya berada di wajah Yerin, mengelus pipi putih gadis itu. Yerin membuang mukanya kesal dan hal itu membuat laki-laki itu terkekeh.
Tak lama bibir laki-laki itu menggantikan posisi tangan yang berada di wajah Yerin. Kedua daun bibir laki-laki itu mengecupi setiap inci kulit Yerin. "Lee Jeongha, aku akan membuatnya kembali padamu.. atau jika kau mau, aku akan membuatnya lebih menderita darimu, Sayang." Laki-laki itu menjauhkan bibirnya dan lebih memilih untuk menghabiskan waktunya menatap wajah cantik gadis yang berada dalam dekapannya.
"Cha Eunwoo ...." Yerin bergetar saat laki-laki itu menyebutkan nama sang pujaan hati, "... kau ingin bersamanya, bukan? Aku akan mewujudkan hal tersebut, tenang saja." Yerin terus menggelengkan kepalanya, berusaha menyadarkan dirinya bahwa perkataan laki-laki itu adalah sebuah angan-angan. Jangan sampai tergoda, jangan sampai tergoda. Jeritnya dalam hati.
"Pekerjaan? Ha! Kau tidak perlu melakukannya lagi karena nantinya kau akan bergelimpangan harta. Saat kau sudah memiliki harta lagi, saat itu pula keluargamu akan menjadi utuh kembali. Bukankah menyenangkan? Kau memiliki sahabat, kekasih, dan keluarga yang utuh di sisimu. Heol!" laki-laki itu berdecam kagum, sedangkan Yerin yang berada di dekapannya terus meronta, berusaha melepaskan diri. Gadis itu bahkan tidak dapat menahan air matanya untuk tidak keluar. Dia benar-benar ketakutan, ketakutan pada fakta bahwa ia akan jatuh pada godaan laki-laki itu.
Laki-laki itu melingkarkan kedua tangannya di pinggang Yerin dan membawa gadis itu lebih dekat, wajahnya berada di hadapan Yerin. "Kau membutuhkanku, Yerin-ah. Kau rapuh, sudah tidak memiliki apa-apa lagi. Untuk apa berpura-pura menolaknya? Aku tahu bahwa hatimu menginginkanku."
Yerin menggeleng. "Tolong lepaskan aku," pintanya lemah dan Yerin benci dengan kenyataan bahwa dia lemah. Lemah terhadap apapun, termasuk pada godaan laki-laki itu.
Laki-laki itu tersenyum sambil memperhatikan Yerin. "Taehyung. Namaku Taehyung. Panggil namaku, Sayang, dan kupastikan aku akan menjadi milikmu."
"Lepaskan aku!" seru Yerin yang akhirnya membuat Taehyung melepaskan gadis itu. Yerin yang berhasil melepaskan dirinya kemudian segera berlari memasuki rumahnya. Taehyung berbalik, memerhatikan punggung Yerin dengan bibirnya yang terkulum.
KAMU SEDANG MEMBACA
#2 DEVIL'S TEMPTATION [TAEHYUNG-YERIN] ✔
Fanfiction"Panggil namaku, Jung Yerin," Yerin terdiam, memerhatikan Taehyung yang sedang merendahkan tubuhnya, wajah laki-laki itu kini sejajar dengan miliknya. Yerin dapat melihat senyum Taehyung yang sangat ia benci itu dari dekat, "..dan buatlah perjanjian...