Bebaskan aku dari neraka ini
Aku tidak bisa lepas dari penderitaan ini
Tolong selamatkan aku yang sedang dihukum—Lie by Jimin
***
Dingin. Itu hal yang pertama dirasakan Yerin saat gadis itu memasukkan salah satu kakinya ke dalam bath-up. Gadis itu tersenyum miring, mencoba memasukkan seluruh tubuhnya ke dalam bath-up yang sudah dipenuhi air tersebut. Yerin menyamankan posisinya yang sedang merebahkan tubuhnya di bath-up. Gadis itu mengembuskan napasnya perlahan, berusaha membuat air yang mencapai lehernya tidak mengurungkan niatnya. Yerin menghitung dalam hati dan pada kehitungan ketiga gadis itu meluruhkan tubuhnya, membiarkan kepalanya berada di dalam air.
Mata Yerin terpejam. Dengan napas yang tertahan, dia meresapi setiap sekonnya dalam kesenyapan yang memeluknya. Hanya suara air yang tertangkap dalam indra pendengarannya, sedangkan pikirannya sudah entah kemana. Alis mata gadis itu tertaut, memikirkan berapa lama dia harus berada di sana. Semenit, lima menit, setengah jam?
Bayangan senyuman ibunya menghantam ingatannya membuat Yerin ingin menangis di dalam sana. Belum lagi, kenangan bersama Jeongha dan teman-teman lainnya tak ingin membuat Yerin terlepas dari penderitaannya. Yerin membuka mulutnya setelah sekian lama –menurutnya— dia menahan napasnya. Mungkin terdengar bodoh, tapi pada faktanya dia menghiraukan dadanya yang memanas. Paru-parunya mendesak, membutuhkan asupan oksigen lebih.
Bukankah itu adalah suatu hal yang bodoh untuk dilakukan jika kau memang ingin menghilang dari dunia ini?
"Jalan yang bodoh untuk membunuh dirimu sendiri, Yerin-ah. Seharusnya kau membiarkan dirimu meminum obat terlebih dahulu sebelum menenggelamkan diri di sana. Apa aku harus memberikan cara yang lebih baik dan mudah untukmu?"
Mata Yerin yang terpejam perlahan terbuka. Netranya yang terasa perih berusaha memindai siapa yang ada di hadapannya saat ini, memastikan jika memang benar itu adalah..., Kim Taehyung. Laki-laki itu tersenyum tipis, tapi Yerin selalu merasa suatu hal yang tidak enak jika sudah melihat senyum laki-laki itu,
Tangan laki-laki itu menyentuh rambutnya, membuat Yerin menautkan alisnya. Dalam kepalanya, Yerin bertanya darimana laki-laki itu berasal. Gadis itu membiarkan pikirannya dipenuhi dengan kebingungan akan Taehyung hingga akhirnya lenyap saat Taehyung menarik paksa rambutnya. Yerin menjerit. Gadis itu kesakitan, rasanya seluruh akar rambutnya hendak dicabut dari puncak kepalanya.
Tangan Yerin menahan Taehyung, jari-jarinya menancap pada kulit dingin bak es milik laki-laki itu, berusaha melepaskan cengkraman Taehyung pada rambutnya, yang sialnya justru semakin kuat. Yerin mendongak dan figur Taehyung digantikan oleh Ayahnya yang menatap nyalang. Yerin seketika tergagap karena kehadiran laki-laki itu, dia membiarkan laki-laki itu membawanya keluar.
"Anak sialan!" cela ayahnya ketika Yerin sudah berdiri di hadapannya. Laki-laki itu melemparkan tamparannya di pipi Yerin membuat Yerin dapat merasakan rasa panas menjalar di sana. Sangat perih. Begitu perih hingga Yerin merasakan air mata kembali mengalir di pipinya. Yerin hanya merasa beruntung karena mereka ditutupi oleh tetesan air tadi.
Yerin terhenyak ketika Ayahnya menariknya, membawanya pergi ke ruang tamu, tidak memedulikan Yerin yang tertatih, kesusahan karena beban yang ada pada pakaiannya. Mata gadis itu memandang pedih punggung ayahnya yang tidak dapat berbuat apa-apa lagi ketika sudah berada di hadapan figura sang ibu.
"Jelaskan padaku, Jung Yerin! Kemana ibumu? Kenapa ada seperti—"
"Ibu sudah tiada, Ayah. Ibu sudah menemui Tuhan," ujar Yerin yang menarik perhatian ayahnya. Dengan terengah, ayahnya memberikan Yerin tatapan tajam miliknya. Laki-laki itu menghempaskan genggamannya pada pergelangan putrinya. Tak terima pada kenyataan yang diucap oleh putrinya, laki-laki itu mendorong Yerin membuat gadis itu terjatuh dan menabrak kaki meja.
Yerin mengaduh, merasakan tulang punggungnya akan remuk karena hal tersebut. Dia mendongak saat kaki ayahnya berada di depan mukanya. Gadis itu dapat melihat amarah sudah menguasai ayahnya dan tak dapat berbuat lebih banyak ketika ayahnya menendang perutnya. Yerin hanya dapat menjerit, memohon ampun ketika Ayahnya melampiaskan kesedihan padanya. Ini kedua kalinya ayanya memperlakukannya seperti ini. Yerin menangis, dia memang sudah pasrah dengan kehidupannya saat ini.
"Sialan! Dasar anak sialan! Beraninya kau menipuku!!"
Yerin mendesis, gadis itu mengetatkan rahangnya saat melihat ayahnya jatuh bersimpuh. Ayahnya mencium lantai rumahnya, meraung, menyuarakan kesedihannya tanpa memedulikan Yerin yang juga kesakitan sama sepertinya.
"Sayangku, Sayangku... kenapa kau pergi secepat ini?!"
***
Yerin terperanjat saat netranya menangkap dengan jelas Taehyung yang sedang berada di atas ranjangnya. Laki-laki itu menangkupkan wajahnya dengan kedua tangannya, menatap Yerin penuh minat. Yerin berjalan tidak peduli, gadis itu mematutkan dirinya pada cermin yang berada dekat dengan lemari dua pintunya. Gadis itu menyisir rambutnya hampir sepenuhnya kering.
Yerin sama sekali tidak terkejut ketika dirinya menemukan pantulan dirinya sendiri yang perlahan tak lagi menemukan garis kehidupannya. Matanya sudah tidak bersinar seperti dulu serta pipinya yang menirus, hampir menampakkan tulang pipinya. Rasanya sangat susah bagi Yerin untuk menarik kedua sudut bibirnya yang mengering untuk tersenyum.
"Menyedihkan." Yerin melirikan matanya saat mendengar suara berat Taehyung menyapa telinganya. Gadis itu menemukan tatapan jengah Taehyung kepadanya. Tidak, laki-laki itu sama sekali tidak salah. Dia memang menyedihkan dan menjadi menyedihkan seperti ini sangat membosankan. Benar kata Jeongha jika dari awal Yerin terlalu banyak menghabiskan waktunya untuk mengemis simpati dari orang-orang.
"Kenapa kau tidak menerima tawaranku? Jika kau menerima tawaranku, kau mungkin tidak akan menyedihkan seperti ini, Sayang," kata Taehyung sembari melingkarkan tangannya di leher Yerin. Yerin mengerjap, gadis itu sama sekali tidak menangkap pergerakan laki-laki itu sedari tadi dan tiba-tiba saja laki-laki itu sudah berada di belakangnya.
Bibir Taehyung mengecup pelan daun telinga Yerin dan kemudian membisikkan sesuatu yang membuat bulu tengkuk Yerin meremang, "Aku tidak sabar untuk malam ini dan kupastikan kita akan menjadi satu."
a.n.
🦊🦊Apakah feelnya terasa?
KAMU SEDANG MEMBACA
#2 DEVIL'S TEMPTATION [TAEHYUNG-YERIN] ✔
Fanfiction"Panggil namaku, Jung Yerin," Yerin terdiam, memerhatikan Taehyung yang sedang merendahkan tubuhnya, wajah laki-laki itu kini sejajar dengan miliknya. Yerin dapat melihat senyum Taehyung yang sangat ia benci itu dari dekat, "..dan buatlah perjanjian...