Part 14

3.4K 371 94
                                    

Yerin memiringkan kepalanya, menatap Taehyung yang berjalan ke arahnya. Aroma maskulin menguar dari laki-laki itu. Yerin dapat merasakan citrus dan jeruk bertubrukan di indra penciumannya kemudian disusul dengan wangi vanilla yang lembut menyapanya. Diam-diam, Yerin mencatat semua itu dalam kepalanya, menjadikan aroma laki-laki itu menjadi favoritnya setiap pagi.

Taehyung dengan hoodie hitamnya yang dibalut jaket denim sebagai luarannya mampu membuat Yerin pangling. Rambut cokelat laki-laki itu tidak sepenuhnya tertata rapi, belakang rambutnya berdiri—acak-acakan. Laki-laki itu mendekat dengan mata yang membengkak dan beberapa kali menguap—pertanda laki-laki itu tidak menghabiskan waktu tidurnya dengan baik. Kaki jenjangnya yang mengenakan celana jeans dengan robekan di bagian lututnya berwarna senada dengan hoodienya bergerak mendekat ke arah Yerin yang sedang menghabiskan hampir setengah roti isi selai stroberinya. Gadis itu mengunyah roti di tangannya dengan rahangnya yang terasa berat—takjub karena penampilan kasual Taehyung yang mengagumkan.

Taehyung menarik kursi cokelat yang melingkari meja persegi panjang di mana Yerin dan Ayahnya duduk bersebrangan di sana. Taehyung memilih menempatkan dirinya di sebelah Yerin dan membuat bahunya bersentuhan beberapa kali dengan lengan gadis itu. Taehyung mengambil beberapa potong roti yang tersedia di tengah meja, laki-laki itu tidak memedulikan raut wajah Yerin yang gelagapan karena setiap apapun yang dilakukan Taehyung membuat aroma laki-laki itu semakin kuat dalam penciumannya.

"Taehyung-ah, bisa kau mengantar Yerin ke kampusnya?"

Taehyung yang baru menyantap rotinya pun menghentikan kegiatannya saat suara berat ayah Yerin bertanya padanya. Laki-laki itu menoleh, tersenyum lebar dengan pipi yang penuh—terisi dengan rotinya. Laki-laki segera menelan semuanya dalam satu tegakan. Kepalanya menoleh, menatap Yerin yang sedang menegakkan tubuhnya—tampak seperti robot karena gadis itu duduk seperti itu. Taehyung tertawa kecil, laki-laki itu memegang roti dengan satu tanganya selagi tangannya yang lain menyentuh lengan Yerin membuat gadis itu mendesis risih. Kegiatan baru Taehyung saat ini adalah mengganggu Yerin dan membuat gadis itu memerah karena marah.

"Eiy, memangnya Yerin ini tidak memiliki kekasih yang menjemputnya?" ujar Taehyung kemudian menggigit kecil rotinya.

Yerin bersedekap saat mendengar perkataan Taehyung yang terkesan merendahkannya. Mata gadis itu memicing tajam ke arah Taehyung yang tampak asyik dengan sarapannya. "Ayah, kenapa menyuruh si Tae—"

"Baiklah."

Yerin membeliak, gadis itu mengerjap—sepenuhnya tidak percaya dengan kata-kata yang keluar dari mulut sepupunya itu. Taehyung sendiri bukannya membantunya keluar dari kondisi kebingungan ini, justru yang dilakukan laki-laki itu sebaliknya—tersenyum samar sembari mengangkat sebelah tangannya, menepuk puncak kepala Yerin beberapa kali. "—aku akan mengantarkanmu, Sepupu."

***

Yerin turun dari motor Taehyung yang sedari tadi membelah jalan, berusaha mengantarnya sampai destinasinya. Yerin hampir kehilangan keseimbangannya tatkala kakinya mencapai jalan depan kampusnya, beruntung Dewi Fortuna kini berada di pihaknya. Taehyung menyentuh pergelangan tangannya, menjaga gadis itu agar tidak terjatuh. Yerin hampir saja mengumpat ketika tawa kecil Taehyung menyapa telinganya dan jantung Yerin nyaris keluar dari tempatnya saat Taehyung membuka kaca helmnya, membuat setengah wajah laki-laki itu terpampang jelas di depan mata Yerin. Mata setajam elang itu menatap Yerin lekat, membuat Yerin merasa bahwa dirinya sudah tidak berada di dunia ini.

"Aku akan menjemputmu nanti. Kapan kau selesai?"

Yerin berdeham, tangan gadis itu menyelipkan beberapa helai rambutnya ke belakang daun telinga. Bola mata gadis itu bergerak liar, menghindari tatapan Taehyung. "Tidak usah, aku—"

"Yerin-ah~~" Yerin tidak melanjutkan perkataannya saat ada yang melingkarkan tangannya di tubuh Yerin. Yerin bahkan merasakan beban di pundaknya, gadis itu menoleh ke belakanganya dan meringis saat menemukan pelakunya. Lee Jeongha—sahabatnya yang tersenyum manis, memamerkan gigi kelincinya. Terakhir kali Yerin melihat sahabatnya, poni gadis itu masih rata dengan alisnya dan sekarang poni gadis itu diatur miring ke kanan.

Jeongha memeluknya erat, gadis itu mengendus Yerin hingga dia tersadar eksistensi Taehyung yang terdiam melihat interaksi kedua sahabat itu. Jeongha melepaskan pelukannya dan menunduk malu. Taehyung yang melihatnya hanya tersenyum simpul, tangannya terangkat, berusaha mengulangi kebiasaannya—mengusap puncak kepala Yerin—, tapi laki-laki itu mengurungkan niatnya saat Jeongha melirik ke arahnya dan setelah itu mengulum senyum.

"Baiklah, kau bisa menghubungi aku ketika kau sudah selesai." Taehyung melambai dan menjalankan motornya, meninggalkan Yerin yang terpaku memerhatikan Taehyung yang bergerak menjauh—meninggalkannya. Lamunan Yerin menguap di udara ketika Jeongha mengapit lengannya dan membawa Yerin masuk ke dalam arena kampus.

"Yerin-ah, laki-laki yang tadi itu kekasihmu? Kupikir kau akan bersama Eun—"

"Bukan, dia sepupuku."

Selesai Yerin berkata, Jeongha yang berjalan beriringan dengannya pun memekik senang. Gadis itu menghentikan perjalanannya membuat Yerin ikut berhenti bersamanya. Jeongha memutar tubuhnya, menghadap Yerin. "Benarkah? Ah, kalau begitu, bisa kau kenalkan dia padaku? Aku mohon! Kasihani temanmu ini, ya?"

Yerin menghela napasnya dalam satu tarikan panjang. Mau-tidak mau gadis itu menganggukkan kepalanya saat mendengar permintaan temannya.

"Aku—"

"Siapa namanya? Siapa nama sepupumu itu, Yerin-ah?"

Yerin terdiam sebentar, memerhatikan Jeongha yang kini tersenyum lebar. "Kim..., Taehyung."

***

Sudah empat jam –lebih satu menit sebenarnya— Yerin duduk di tempatnya. Tangannya memainkan ponsel merah muda miliknya. Pandangan gadis itu fokus pada whiteboard berisi tulisan-tulisan tak terbaca yang ditulis dosennya—materi perkuliahannya hari ini. Jeongha yang duduk di sebelah Yerin sudah memainkan ponselnya saat perkuliahan setengah jalan, gadis itu kemudian melemparkan pandangannya pada Yerin yang terpaku ke depan, mencebik—mengejek gadis manis itu dalam hati karena hari ini gadis itu tampak serius dengan kuliah yang mereka ambil.

Namun, itu hanya tampak luarnya saja. Sejujurnya, pikiran Yerin kosong. Gadis itu dilemparkan pada ruangan putih yang membuatnya merasa sulit untuk melangkah. Yerin melirikkan matanya, mencuri pandangan pada Jeongha yang sibuk di sebelahnya. Sahabatnya itulah yang membuat Yerin memiliki pilihan yang sulit. Yerin mengembuskan napasnya, mengurangi rasa berat pada paru-parunya. Gadis itu beranjak dari duduknya saat dosen menutup perkuliahan siang hari itu.

Yerin berjalan terlebih dahulu, meninggalkan Jeongha yang sedang berbicara dengan Song Haneul—ketua kelas mereka. Baru selangkah Yerin berada di luar kelasnya, gadis itu dikejutkan oleh penampakan yang berada di depannya. Cha Eunwoo –adik tingkatnya— yang kini tersenyum manis saat tatapannya bertemu dengan Yerin.

"Yerin Sunbae, kau punya waktu luang siang ini?"

Yerin membeku. Gadis itu mengusap tengkuknya dan tersenyum kikuk, "Tentu saja ada."

"Mau pulang bersamaku?"

author notes:

mungkin kalian bosen ama cerita ini, aku juga sama. apalagi kesannya cerita ini kok makin aneh atau melenceng dan aku hanya bisa berteriak "PLOT HOLE! PLOT HOLE! PLOT HOLE!"

dan aku mohon maaf bangen karena aku mungkin bakal menuhin notif kalian beberapa minggu ke depan, aku pengen cepet-cepet ngabisin cerita ini. aku berharap kalian bersabar ya ama aku, soalnya aku ada rencana pengen ngabisin cerita ini secepatnya. jadi, jika kalian nemuin notif bejibun, cukup hardik aku dalam kolom komentar. makasih:)

#2 DEVIL'S TEMPTATION [TAEHYUNG-YERIN] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang