***
Esok harinya saat Yerin merasa hawa dingin memeluk kulit telanjangnya, dia memutuskan untuk membuka matanya yang terasa berat, gadis itu mengerjap sebanyak dua kali. Yerin sama sekali tidak dapat menyembunyikan keterkejutan di wajahnya tatkala yang ditemukannya pertama kali adalah wajah Taehyung sejengkal di hadapannya—laki-laki itu menatapnya dengan matanya yang berbinar. Kedua sudut bibir laki-laki itu tertarik, membentuk senyum manis yang membuat Yerin meneguk air liurnya sendiri.
"Pagi," ucap laki-laki itu sembari mengangkat sebelah tangannya, mengusap puncak kepala Yerin. Yerin terdiam—gadis itu mati kutu; tidak dapat berkutik apa-apa. Yerin nyaris kehilangan kesadarannya jika saja kekehan ringan tidak keluar dari mulut Taehyung. Laki-laki itu menutupi wajah bagian bawahnya dengan sebelah tangannya yang tadi digunakannya mengusap kepala Yerin. Laki-laki itu melirik ke arah Yerin dan Yerin hampir menggigit gemas laki-laki itu ketika melihat bintang-bintang kecil di sudut mata Taehyung.
Taehyung menelan kekehannya beberapa sekon kemudian. Laki-laki itu berdeham, menyisakan suasana hening di antara mereka. "Kau baik-baik saja?" tanya laki-laki itu lembut. Yerin dengan gerakan yang kikuk mengangguk, membuat rona yang sama di pipinya terlihat jelas dalam pandangan Taehyung.
"Mari pulang, kita butuh mengisi tenagamu, Jung Yerin." Taehyung mendudukkan dirinya. Jemari panjangnya menari di puncak kepala Yerin, menyisihkan helai poni gadis itu—berusaha melihat lebih jelas mata cantik gadis Jung tersebut. Taehyung memiringkan wajahnya, tersenyum lebar saat pupil mata Yerin melebar—apakah dia menyukai yang Taehyung lakukan?
Taehyung menggerakkan wajahnya—mengikis jaraknya dengan Yerin, membiarkan napas mereka beradu. Taehyung merasakan napas hangat gadis itu menerpa wajahnya, membuatnya tersenyum riang. Taehyung menyukai suasana kali ini. Entah bagaimana semesta mengaturnya, dia merasa kondisi pagi ini membuat hatinya menjadi lebih baik daripada yang kemarin. Mungkinkah semua ini karena Yerin sepenuhnya menyerahkan dirinya pada iblis seperti Taehyung?
Taehyung tersenyum simpul saat melihat Yerin terpejam erat. Bulu mata gadis itu bergetar sedikit. Pipi putihnya –bak awan di siang bolong— mengembung, membuat Taehyung tertawa kecil. Sengaja Taehyung mencubit kedua pipi gadis itu, membuat gadis itu mendesah ringan. "Taehyung!" rengek gadis itu yang membuat perut Taehyung tergelitik, laki-laki itu tak bisa menahan bibirnya untuk tidak tersenyum lebar. Apakah sehabis ini Taehyung harus meminta tanggungjawab Yerin karena gadis itu membuat jantungnya berdegup kencang—Taehyung merasa dia seperti manusia?
Taehyung menyingkirkan selimut di atas tubuhnya, sesudah itu laki-laki itu menggulung Yerin ke dalam selimutnya—membuat gadis itu tampak seperti gimbap yang siap dipotong. Yerin membuka matanya, memekik dan mengutuk Taehyung saat gadis itu melihat keadaan laki-laki itu yang sepenuhnya telanjang. Taehyung tidak bisa menahan gelak tawanya saat menemukan muka Yerin sepenuhnya memerah bagaikan tomat busuk yang pernah dilihatnya. Taehyung membiarkan seisi ruangan dipenuhi dengan makian Yerin dan tawanya yang menggelegar.
***
Yerin berjalan sedikit tertatih, beruntung Taehyung tidak terlalu mempermasalahkannya, laki-laki itu justru membantunya, membawa satu tangannya yang bebas memeluk pinggang laki-laki itu dan menuntunnya. Taehyung dengan pandangan lurus ke depan seolah tidak memedulikan Yerin yang berusaha mengatur ritme jantungnya. Yerin mengembuskan napasnya, mengangkat sebelah tangannya, menyentuh dada kirinya dan menepuknya beberapa kali—berusaha menetralkan debaran jantungnya sendiri.
"Kau tidak ingin menanyakan sesuatu padaku, Jung Yerin?"
Yerin menengadah, menatap rahang tegas Taehyung yang membingkai wajah tampan laki-laki itu. Gadis itu membiarkan dunianya di sana—di laki-laki itu.
Taehyung tersenyum, laki-laki itu menghentikan langkahnya, menoleh ke arah gadis yang sedang merapatkan tubuhnya ke Taehyung. Mata bulat gadis itu menatap Taehyung dengan kurioritas yang tinggi.
"Bertanya apa, Tae?"
Tae?
Apakah itu panggilan khusus untuknya? Taehyung ingin sekali tertawa, tapi ini bukan kondisi di mana Taehyung bisa terbahak dan mengejek Jung Yerin. Bukannya hal baik yang diperolehnya, melainkan sesuatu yang akan membuatnya menyesal.
Taehyung menyingkirkan tangan gadis itu yang berada di pinggangnya. Dia membawa tubuh gadis itu menghadap ke arahnya. Tangannya berada di atas bahu gadis itu, berusaha membuat perhatian gadis itu tertancap ke arahnya dan Taehyung berhasil.
"Bukankah kau penasaran apakah debaran jantungmu sampai kepadaku? Apakah kau ingin tahu jawabannya? Ya, mereka sampai. Debaran mereka sangat kuat hingga membuatku merasakannya juga."
Yerin mengerjap, pikirannya mencerna perkataan Taehyung—hampir saja blank karena ucapan Taehyung yang terlalu susah bagi Yerin. Rasa panas menjalar di kedua pipi Yerin—membuat Yerin merasakan wajahnya berhadapan dengan arang panas karena baru menyadari maksud perkataan Taehyung. Gadis itu mengambil inisiatif—membalaskan dendamnya dengan mencubit pinggang Taehyung, membuat Taehyung meliukkan sedikit tubuhnya dan meringis kesakitan –sebenarnya laki-laki itu merasa geli.
Tak cukup di sana, Yerin mengejar Taehyung yang mengayunkan kakinya mendekat ke pintu cokelat yang tidak asing lagi bagi Yerin. Yerin menangkap Taehyung, menghadiahi laki-laki itu dengan cubitan-cubitan kecil. Taehyung tidak dapat mengelaknya. Laki-lai itu tertawa puas, mendekap gadis Jung itu ke dalam pelukannya—berusaha menghentikan keganasan Yerin. Keduanya sama-sama tenggelam dalam perasaan senang yang begitu besar.
Taehyung memekik senang saat Yerin membalas pelukannya, gadis itu menyembunyikan wajahnya di dada bidangnya—membaui dirinya. Taehyung merasakan debaran bahagia memenuhi dirinya. Dia tidak ingin melepaskan momen ini. Bisakah dia berhenti di sini dan membiarkan mereka membeku dalam kondisi seperti ini?
Atensi keduanya teralihkan saat derit pintu terdengar. Taehyung dan Yerin kompak menolehkan kepalanya dan menemukan potret laki-laki yang hampir mencapai penghujung usianya—menatap keduanya dengan sirna matanya yang hangat. Yerin melepaskan pelukan Taehyung, berlari ke laki-laki tersebut dan membenamkan dirinya dalam pelukan laki-laki tersebut. Matanya terpejam, meresapi setiap sekon yang dia habiskan saat ini dengan laki-laki itu. "Ayah, aku merindukanmu!" Yerin melepaskan dekapannya, menatap lekat ayahnya. Bibirnya mencebik sebelum melanjutkan ucapannya "—Ayah, kenapa rasanya sudah lama sekali aku tidak menemuimu?"
Ayah Yerin tersenyum kecil melihat putrinya yang mulai tumbuh dewasa tapi tetap saja bersikap manja padanya, "Seharusnya Ayah yang mengatakannya seperti itu, tapi melihat kau dengan Taehyung membuat rasa khawatir Ayah menghilang."
"Ya, dia—"
"Ayah lupa mengatakannya, Taehyung akan tinggal bersama kita mulai saat ini. Kau tidak masalah kan, Yerin? Dan kau harus mulai bersikap baik pada sepupumu—Kim Taehyung."
KAMU SEDANG MEMBACA
#2 DEVIL'S TEMPTATION [TAEHYUNG-YERIN] ✔
Fanfiction"Panggil namaku, Jung Yerin," Yerin terdiam, memerhatikan Taehyung yang sedang merendahkan tubuhnya, wajah laki-laki itu kini sejajar dengan miliknya. Yerin dapat melihat senyum Taehyung yang sangat ia benci itu dari dekat, "..dan buatlah perjanjian...