Part 15

2.9K 328 73
                                    

Ketika matahari mulai tergelincir ke ufuk barat dan langit perlahan berubah menjadi jingga, Yerin dapat menangkap suara mesin motor yang berhenti masuk ke dalam indra pendengarannya, gadis itu kemudian menemukan bahwa dia sudah berada di depan rumahnya. Yerin turun dari motor lalu memerhatikan orang yang telah mengantarnya dan menghabiskan waktu tiga jamnya bersama Yerin. Orang itu adalah adik tingkatnya—Cha Eunwoo. Laki-laki itu membuka kaca helmnya, matanya menyipit dan Yerin dapat melihat kerutan di ujung mata laki-laki itu, membuat Yerin berasumsi bahwa laki-laki itu tengah tersenyum ke arahnya. Yerin tanpa sadar ikut tersenyum, membalas senyum adik tingkatnya itu.

"Terima kasih sudah mengantarkanku, Eunwoo-ya. Ini adalah hari yang sangat menyenangkan," ujar Yerin yang disambut anggukan oleh Eunwoo. Laki-laki itu mengangkat tangannya dan melambai. Yerin yang berada di dekatnya pun balik melambai sebelum akhirnya laki-laki itu pergi dari hadapannya.

Yerin berbalik, memasuki perkarangan rumahnya. Gadis itu bersenandung kecil dan setelahnya mengganti sepatu cokelat yang baru saja dikenakannya dengan sandal rumah berwarna merah muda pucat. Yerin melangkah riang saat menyusuri rumahnya sebelum akhirnya pandangannya jatuh pada laki-laki bersurai cokelat yang tengah memainkan kotak persegi di tangannya. Yerin mendekati laki-laki itu, berjalan dengan langkah ragu, lalu berdiri kaku di sebelah laki-laki itu. Yerin mencengkram ujung baju terusan bermotif bunganya sambil melemparkan pandangannya pada layar ponsel laki-laki itu.

"Oh, permainan itu. Aku juga memainkannya," ucap Yerin dengan antusias. Gadis itu berbicara banyak hal, tapi Yerin tahu tak ada satu pun dari mereka yang Taehyung tanggapi. Yerin menunduk sedih, perhatiannya jatuh kepada kedua ibu jarinya yang hampir tertaut. "Kau marah?" akhirnya gadis itu mengeluarkan pikiran yang berada di kepalanya. Memang sedari Yerin melihat Taehyung duduk di sofa ruang tengah dengan tatapan tajam yang serius ketika memainkan ponselnya, Yerin sudah sadar bahwa aura yang ditampakkan laki-laki itu berbeda dan perilaku laki-laki itu yang tidak mengindahkan Yerin telah menunjukkan semuanya.

Taehyung menjauhkan ponselnya ketika tercetak kata 'You're Lose' berukuran besar di tengah layar ponselnya dengan latar belakang karakter yang dimainkan laki-laki itu mati bersimbah darah oleh lawan yang dua kali lipat lebih besar dari karakternya. Taehyung menengadah, laki-laki itu menghela napasnya dan menguapkannya di sekitar ruangan. Yerin dapat melihat Taehyung mengangkat kedua kakinya ke atas meja, sedang punggungnya dia tenggelamkan ke tubuh sofa. Yerin hanya bisa mencengkram tali tas selempang kremnya karena tidak tahu harus berbuat apa.

"Jika kau marah, katakan saja kepadaku. Jangan seperti ini. Aku—"

Perkataan Yerin terpotong karena Taehyung menyelanya, "Kau tadi pulang dengan siapa?" Taehyung menoleh, membiarkan tatapan setajam cakar elangnya menghunus ke dada Yerin. Yerin sendiri memilih untuk mengalihkan pandangannya. Meski itu hanya tatapan datar dari Taehyung, entah kenapa itu membuat Yerin tergagap ketika hendak menjawab pertanyaan Taehyung—seakan gadis itu tengah kehilangan seluruh kosa kata dalam kepalanya.

Gadis itu menggigit bibir bawahnya, sedangkan Taehyung hanya menghela napasnya ketika melihat gadis itu. "Cha Eunwoo?" laki-laki itu kembali berbicara. Yerin mengangguk kecil saat nama adik tingkatnya itu dengan mulus keluar dari bibir Taehyung.

Taehyung menarik dirinya dari tubuh sofa. Laki-laki itu berdiri, berjalan beberapa langkah untuk mendekati Yerin yang bergeming di tempatnya. Mata laki-laki itu memindai, memerhatikan raut gadis itu dari jarak yang dekat. Alis gadis itu hampir tertaut, terdapat kerutan di hidungnya, dan pandangannya tertuju pada guci yang berada dekat tanaman kecil di arah jam delapan ruangan. Taehyung mengembuskan napasnya saat mendapati itu semua. Kedua tangan besarnya berada di pundak gadis itu, membuat gadis itu menjadikan Taehyung sebagai pusat perhatiannya.

"Selamat, Jung Yerin. Akhirnya kau mendapatkan cintamu. Aku berharap kau tidak salah mengartikan sikapku saat ini. Aku tidak marah, aku sangat senang mendengar kau pergi dengannya."

Yerin mengerjap, tanpa sadar air memenuhi pandangannya. Dia benar-benar merasa runtuh, terjatuh ke dalam dasar jurang yang begitu gelap dan dalam, menyisakan relung hatinya dalam lingkaran kesepian. Hatinya bertalu, meronta sakit saat mendengar perkataan Taehyung yang seakan tak lagi peduli padanya.

Taehyung yang berada di hadapan Yerin pun menarik sebelah tangannya dan melambaikannya di depan gadis itu tatkala laki-laki itu menemukan sepupunya memasang ekspresi kosong, "Hei, kau tidak apa-apa?"

Saat suara Taehyung kembali memasuki kepalanya, Yerin pun menarik kedua sudut bibirnya—tersenyum meski rasanya semua itu perih, tapi entah kenapa dia ingin tetap melakukannya sekarang, esok, lusa, dan seterusnya. Kepalanya bergerak, mengangguk kecil, membuat air yang memenuhi pandangannya jatuh dari tempatnya—membasahi pipinya.

Taehyung mendesah gusar, laki-laki itu merasa perutnya kini terlilit—itu sama sekali bukan pertanda yang baik sebenarnya. Dia tidak suka ketika gadis itu menunduk dan membiarkan hampir seluruh wajahnya tertutupi oleh rambut panjanganya. Taehyung tidak suka ketika Yerin menutup dirinya dan menyembunyikan semua itu dalam dadanya. Dia ingin terus berada di samping gadis itu dan menjadikan bahunya sebagai sandaran gadis itu.

"Tidak apa-apa, menangislah. Lagipula, Paman sedang tidak ada di sini, kau bisa dengan bebas menumpahkan perasaanmu." Perkataan Taehyung membuat Yerin maju dua langkah dari tempatnya, gadis menubrukkan tubuhnya ke Taehyung, melingkarkan kedua tangannya di tubuh Taehyung dan membiarkan dada bidang laki-laki itu basah dengan air matanya.

Taehyung membalas pelukan gadis itu, "Kau senang memiliki Eunwoo sekarang?" tanya Taehyung pada gadis yang berada dalam dekapannya. Gadis itu menjawab pertanyaannya dengan anggukan. Taehyung tersenyum ketika melihatnya. Perlahan tangannya merayap naik dan kini berada di puncak kepala gadis itu, menepuknya seperti biasa.

"Aku juga senang," ujar Taehyung.

Yerin mendesis, tertawa kecil meski hidungnya tersumbat dan membuat suaranya terasa lebih berat. Mata gadis itu menyipit, pertanda dia bahagia, kendati air mata terus luruh, menganak sungai di pipinya. "Kau tahu, Tae?" Taehyung menggeleng samar ketika gadis itu melemparkan pertanyaan padanya, membuat Yerin mengepalkan tangannya dan memukul punggung laki-laki itu. Taehyung hanya meringis kecil sebagai responnya.

"Temanku, Jeongha, dia menanyakan tentangmu padaku. Sepertinya..., dia menyukaimu. Kau senang dengan hal itu?"

Taehyung mendengus, selanjutnya tertawa renyah saat mendapati pertanyaan seperti itu. "Yah, jika dikatakan senang mungkin jawabanku adalah biasa saja. Itu hal yang lumrah bagi gadis seperti Jeongha jatuh cinta pada laki-laki setampan diriku. Kau tahu tidak ada yang pernah menolak pesonaku."

Kali ini Yerin mencubit pinggang laki-laki itu, berusaha menyadarkan laki-laki itu—meski sebenarnya perkataan Taehyung tidak sepenuhnya salah. Taehyung terpikal, kemudian melangkah dengan perlahan sembari membawa Yerin dalam dekapannya.

Taehyung berdeham, "Mungkin kencan di akhir pekan adalah sesuatu yang baik, benar kan, Jung Yerin?"

Yerin menarik dirinya, kepalanya mendongak, menatap Taehyung yang juga memerhatikannya. Yerin mengangguk penuh minat, "Kencan? Kedengarannya bagus. Kau dan aku—"

"Kita double date. Kau dengan Eunwoo dan aku bersama Jeongha, bagaimana?"

#2 DEVIL'S TEMPTATION [TAEHYUNG-YERIN] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang