#15

830 88 13
                                    

Post it demi post it yang Sejeong terima setiap harinya, dia kumpulkan atas saran Chaeyeon. Buat jadi bukti kalo sewaktu-waktu mereka menemukan pengirimnya.

Eunwoo gatel banget mau nanya ke Jaehyun sebenernya ada apa. Kenapa akhir-akhir ini Eunwoo ga bisa liat ketawa lepasnya Sejeong. Kenapa belakangan ini dia lebih sering liat Sejeong murung.

"Je, ini diminum." Kata Eunwoo sambil menyodorkan susu vanilla ke arah Sejeong.

Sejeong natap Eunwoo kaget. Jaehyun langsung ketawa dan mendapat sinisan dari Eunwoo.

"Minum aja Woo, lagi ga haus." Tolak Sejeong halus.

"Tuh minum aja sendiri, biar makin tinggi kayak galah." Jaehyun menepuk-nepuk pundak temannya itu.

"Engga. Ini gua sengaja beliin buat lu, abis akhir-akhir ini keliatannya lu lemes banget." Eunwoo langsung meraih tangan Sejeong agar mengambil susu yang dia belikan.

"Makasih banyak ya Woo, maaf ngerepotin." Sejeong tersenyum.

Daripada Eunwoo ambyar ditempat, mending langsung pamit pergi. Ga lama Chaeyeon dateng dengan selembar post it yang baru.

i warn you to stay away, kid.

"Ada kata 'kid' di akhir kalimat. Berarti pengirimnya itu lebih tua dari kita." Kata Jaehyun.

"Stay away dari apa sih?" Chaeyeon ikut kesal.

Sejeong cuma diem. Bingung dia ngelakuin kesalahan apa sampe ada orang yang ngasih teror teror gini ke dia.

Ga lama, Kak Taeyong masuk ke dalem kelasnya.

"Je, coba aku liat." Pinta Kak Taeyong.

"Liat apa?" Jawab Sejeong.

"Post it yang isinya neror kamu. Aku mau liat. Semuanya." Tangan Taeyong lalu dihadiahi beberapa lembar kertas post it.

Taeyong membacanya satu per satu. Kaki kanannya dengan tumit yang bertumpu, menghentak-hentak lantai. Raut wajahnya memaparkan kegelisahan.

"Sejak kapan dapet surat ginian?"

"Seminggu lalu?" Jawab Sejeong ragu.

"Kenapa ga ngasih tau aku?"

"Aku pikir ini ga ada sangkut pautnya sama kakak."

"Ada atau engga sangkut pautnya, kamu bakalan diem aja kalau tau ada yang niat jahatin kamu?"

Sejeong menghela nafasnya. "Bukan gitu. Its kinda weird if i tell you, emangnya aku siapa?"

Jaehyun langsung berdeham. Mengisyaratkan Chaeyeon agar mereka berdua segera pergi meninggalkan Sejeong dan Taeyong berdua. Chaeyeon paham.

"No, its not weird at all. Bang Dean tau?" Tanya Taeyong lagi

Sejeong menggeleng. "Udah pulang ke Bandung kemarin lusa, aku ga berani bilang juga kalau pun dia masih di sini."

"Oke kalau gitu kamu jadi pacarku. Biar kamu bisa selalu cerita kalau terjadi apa-apa sama kamu."

"Hah?" Sejeong kaget. Bukan itu juga yang di maksud Sejeong.

"Kamu jadi pacarku. Mulai sekarang kita pacaran."

***

Pulangnya Sejeong langsung dijemput Taeyong di kelas.

Taeyong keliatan ngos-ngosan karena lari dari lantai atas. Dia takut kalo Sejeong malah pulang duluan.

"Je, duluan ya. Kak aku titip Seje." Pamit Chaeyeon.

Taeyong menganggukkan kepalanya. Jaehyun menepuk pundak Taeyong, mengisyaratkan good luck.

Sejeong selesai merapikan alat tulisnya. Suasananya canggung banget. Sejeong bingung harus apa.

"Udah?" Tanya Taeyong.

Sejeong cuma ngangguk.

"Mau pulang atau?"

"Engga. Aku ga mau pulang, Kak." Sejeong langsung nyamber, tapi dia langsung juga meralatnya, "Belum mau."

"Ya udah kita cari makan dulu yuk, kayaknya dari siang kamu belum makan." Taeyong menarik lengan Sejeong.

"Kakak tau darimana?"

"Aku nungguin kamu di kantin pas istirahat ke dua, tapi ga ada."

Mulut Sejeong membulat tanda paham. "Kalau setelah kita makan aku minta ke tempat lain boleh?"

"Boleh. Mau kemana?" Sekarang mereka berdua sedang jalan di lorong dengan tangan yang terpaut. Jari tangan Taeyong yang panjang cukup menenggelami telapak tangan Sejeong.

"Makam."

Taeyong berhenti. Badannya langsung ia hadapkan ke arah Sejeong. Menatap kedua mata dari lawan bicaranya dalam.

"Aku kangen mama papa, Kak."

Love, SejeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang