#16

170 21 7
                                    

Di jalan Taeyong cuma bisa melihat ke depan. Sepinya jalan buat motor yang dikendarainya melaju tanpa hambatan. Sesekali ia mencuri pandang ke arah spion kanan motornya, ada Sejeong di sana. Sejeong diam tanpa suara dan matanya hanya menatap jalanan kota. Sisa helai rambut yang ke luar dari helmnya melambai terbawa angin. Saat Sejeong menyadari ada yang menatapnya, ia hanya bisa memberi senyum. Bak isyarat yang menyatakan kalau ia tidak apa apa.

Sampai di pemakaman umum, Sejeong membeli bunga dan air yang dijajakan di depan gerbang makam. Memasuki area makam, Sejeong lalu berbicara.

"Maaf ya kak, pacarannya aneh." Katanya.

"Aneh kenapa?" Tanya Taeyong sambil terus mengikuti Sejeong dari belakang.

"Aneh aja. Biasanya orang pacaran itu jalan ke taman, nonton, atau mungkin liburan.." Kata Sejeong sambil terus berjalan sembari tangannya menepikan dedaunan yang menutupi jalan. "tapi aku malah ngajak kakak ke makam."

"Ga apa apa, Je. Biarin aja kita ga kayak orang orang." Taeyong memberi senyum.

Langkah Sejeong terhenti. Makam orang tuanya berdampingan. Rapi dan bersih. Nisan marmer yang terpasang di sana pun terlihat mengkilap. Terdapat pula dua kursi kecil di sampingnya. Kursi ini sengaja dibawa bibi untuk Sejeong yang saat itu hampir setiap hari mengunjungi makam orang tuanya. Dulu saat ia sangat terpukul dengan kenyataan.

"Duduk sini kak." Sejeong mempersilahkan Taeyong duduk di kursi sebelahnya.

Taeyong mengikuti arahan Sejeong untuk duduk disebelahnya.

Terlihat dengan jelas raut wajah Sejeong menahan rindu dan sakit yang dalam. Sambil terus menaburkan bunga, Sejeong melihat dan mengajak bicara kedua orang tuanya. Memperkenalkan Taeyong yang hadir bersamanya dan tertawa menceritakan kisah Chaeyon juga Jaehyun yang kini bersama.

Taeyong memperkenalkan diri. Tersenyum melihat pacarnya melepas beban yang mungkin selama ini ia simpan. Taeyong membantu Sejeong menyirami makam orang tuanya dengan air. Perlahan dengan pasti agar setiap tanah mendapatkan siraman airnya.

Sejeong berdoa dengan khusyuknya. Taeyong ikut berdoa disampingnya dan begitu ia melihat ukiran nama di batu nisannya, matanya tertegun. Memori di otaknya seketika menyerang. Seperti bumerang, ingatan yang tidak ingin dibangkitkannya lagi kini terbuka menyesakkan dada. Matanya memerah.

"Kak, udah?" Sejeong bertanya kepada Taeyong yang padangannya tak lepas ke arah nisan kedua orang tuanya.

Taeyong melihat ke arah Sejeong cemas. Banyak hal yang mengganjal dipikirannya. Perasaannya kacau. Nafasnya berat.

"Kita pulang?" Terdengar suara Taeyong serak.

"Kak, kenapa?"

"Kita pulang ya?" Kali ini suaranya terdengar lirih.

Sejeong hanya bisa mengangguk memberi jawaban. Sambil terus bertanya dalam hatinya. Ada apa dengan Taeyong? Kenapa tiba tiba berubah?

Dalam perjalanan pun Taeyong masih tanpa suara. Sejeong enggan memecah keheningan. Pikirnya, jika Taeyong ingin bercerita, pasti sudah ia lakukan. Spion motor tidak selesai dipandanginya. Sesekali Sejeong menunduk, merenungkan kesalahan apa yang mungkin telah ia lakukan.

***

Sampai tengah malam Sejeong masih tidak berhenti memikirkan kejadian tadi sore. Dipandanginya layar handphone yang berada disampingnya. Masih tidak ada kabar dari Taeyong. 

3/3 (3)

Sejeong, K: boleh cerita?

Chaey: jaheee, liat deh kelakuan temen lo
Chaey: masa mau cerita segala izin dulu?

Jaehyun: wkwkwk temen lo juga
Jaehyun: cerita apaan

Chaey: cerita apaaaa

Sejeong, K: hehe
Sejeong, K: kalian kalau abis jalan, pulangnya bakal ngabarin satu sama lain kan?

Chaey: iyalaah, harus

Jaehyun: boleh sih, tapi kalau cape langsung tidur wkwkwk

Chaey: kebiasaan!

Jaehyun: ye namanya ketiduran

Sejeong, K: mungkin ketiduran kali ya?

Chaey: ada apa sih je? kita kan ceritain sinii
Chaey: kak taeyong ya?

Sejeong, K: hmm

Jaehyun: iya je udah ga usah terlalu dipikirin
Jaehyun: paling ketiduran

Chaey: ihhh engga apaan sih
Chaey: coba ditelfon aja dulu je, belum jam tidur ini

Sejeong, K: sebenernya gue ngerasa ada yang ngeganjel sih dari tadi pas abis jalan

Chaey: knp??

Sejeong, K: abis dari makam, kak taeyong sama sekali ga ngajak gue ngomong
Sejeong, K: sampe rumah juga ga mampir dulu
Sejeong, K: ga ada basa basinya

Chaey: hah makam?
Chaey: lo pulang dari makam jam berapa?

Sejeong, K: ga ngeliat jam sih, tapi sebelum gelap

Chaey: cape kali ya? jadi ketiduran
Chaey: jahe noh yg biasanya doyan ketiduran
Chaey: ya gaaak Jaehyun ??? ngaku lo

Sejeong, K: mungkin ya..

Chaey: tuh kan..
Chaey: malah ilang
Chaey: kayanya ni bocah ketiduran lagi

Menceritakan keresahan kepada dua sahabatnya ternyata tak membuat hati Sejeong membaik. Dirinya semakin diliputi tanda tanya akan alasan mengapa hal tersebut bisa terjadi. Mengapa tak ada kabar? Apa yang disembunyikan?

Setelah belasan pesan yang ia kirimkan tak kunjung dapat balasan, ia pun menyerah dan berusaha untuk tenang dan berpikir positif. Mungkin sudah tidur.

Sejeong, K: kalau belum tidur, telfon aku ya kak?

Pesan terakhir ia kirimkan untuk mengudahi malam ini. Hanya menunggu, malam ini rasanya begitu panjang.

***

truly sorry for leaving this behind. nulis ini pertama kali waktu sma, ga kepikiran kalau bakal banyak orang baca bahkan sampai sekarang notifnya pun masuk ke emailku. aku mau minta maaf buat yang mungkin udah sampai lupa sama jalan ceritanya dan mungkin jugaa udah males buat lanjut bacanya. but, im trying. hehe. buat kalian yg masih baru bacaa, semangatin aku buat lanjutin cerita ini yaaa?

i owe it all to you guys hehe lof💖

Love, SejeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang