#17

288 26 5
                                    

Kekhawatiran Sejeong semakin menjadi-jadi saat tahu bahwa ponselnya tidak menampilkan adanya tanda-tanda kabar dari orang yang ia tunggu. Sudah semalaman Sejeong bertanya-tanya. Sebenarnya Taeyong ke mana?

Pagi terasa sepi sekali. Tak ada ucapan, tak ada sapaan, atau bahkan suara motor yang tiba-tiba datang. Sejeong pun berinisiatif untuk berangkat ke sekolah lebih awal. Ingin menunggu datangnya sang pacar dan berbicara sebentar walau hanya menanyakan kabar.

Sesampainya Sejeong di sekolah, ia tak mendapati siapapun di ruang kelas itu. Baik Taeyong ataupun teman dekatnya, tidak ada satu orang pun di sana. Namun Sejeong masih terus berdiri di depan kelas itu. Sambil menunduk dan mengetuk-ngetukkan ujung sepatunya ke lantai.

"Sejeong, nunggu Taeyong ya?" Taeil yang mungkin baru sampai beberapa menit lalu itu langsung menghampirinya.

"Iya, kak. Kak Taeyong mana ya?" Tanya Sejeong dengan sedikit senyuman di wajah nya. Hatinya seperti diberi harapan saat Taeil datang. Setidaknya mungkin akan ada secuil kabar yang mungkin akan ia dapatkan.

"Ga tau juga sih. Mungkin masih di jalan, coba ditungguin aja." Jawab Taeil.

Senyum di wajah nya hilang. Bukan itu jawaban yang ia harapkan. Sejeong pun kembali menundukkan kepalanya.

"Eh, gua salah ngomong ya?" Taeil dapat menangkap maksud dari ekspresi wajah itu. Sejeong nampak kecewa.

"Aku bingung aja sih kak harus gimana. Kak Taeyong dari kemarin ga ngasih aku kabar."

"Eh? Masa sih? Bukannya kemarin kalian abis jalan?" Tanya Taeil heran.

"Iya. Setelah itu." Jelas Sejeong.

Mulut Taeil membulat tanda paham. Tak lama, Yuta datang. Berbeda dengan Taeil yang langsung mengajak Sejeong bicara, Yuta justru melewati ke dua orang yang sedang berbicara di depan kelas nya itu tak peduli.

"Eh Yut, main lewat aja lo." Ucap Taeil begitu melihat Yuta.

"Kak Yuta!" Sejeong memanggil.

Yuta menoleh. Ia pun berbalik melihat ke arah Sejeong tanpa menjawab.

"Kak Yuta bareng Kak Taeyong ga? atau mungkin tau Kak Taeyong di mana?" Sejeong bertanya langsung pada intinya.

"Engga. Tapi kayanya hari ini dia ga masuk deh." Jawab Yuta singkat lalu pergi ke arah tempat duduknya.

Sejeong berpikir mungkin Yuta mengetahui sesuatu. Tapi apa itu? Kenapa harus dirahasiakan?

***

Sudah tiga hari lamanya Sejeong mencemaskan Taeyong. Yang ditunggu, tak kunjung memberi kabar. Sekolah, rumah, bahkan tempat kumpul dengan teman-temannya sudah ia datangi. Tapi Kak Taeyong tak juga ada.

Tak tahan dengan kegelisahannya, Sejeong pun meneteskan air mata. Chaeyeon dan Jaehyun yang melihat itu langsung diam tak bersuara.

"Telpon Bang Dean aja." Bisik Chaeyeon kepada Jaehyun.

Jaehyun mengangguk. Segera ia mencari kontak orang yang dituju dan menelponnya.

"Halo." Ucap Jaehyun begitu telpon tersambung. Jaehyun melangkahkan kaki ke luar kelas agar percakapannya tidak terdengengar Sejeong.

"Ada maunya ya?" Tanya Dean begitu mengangkat telpon dari Jaehyun.

"Kok lu suudzon mulu sama gua bang?" Jawab Jaehyun.

"Lagian tumben nelpon. Ada paan?"

"Ini bang. Gua bingung." Jaehyun menggaruk-garukkan kepalanya yang tidak gatal.

"Kenape lu sama Chaeyeon? Ribut?"

"Dih bukan. Anu, ade lu."

"Ade gua? Sejeong? Kenapa dia?" Tanya Dean heran.

"Iya bang, Sejeong. Duh gimana bilangnya ya?"

"Bilang aja buruan kenapa. Sakit? Engga kan?" Dean tak sabar. Terdengar cemas ucapannya.

"Sejeong nangis."

"Nangis? Lu apain?"

"Bukan gua."

"Terus siapa?"

"Taeyong."

"Sialan."

***

buntu😭

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love, SejeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang