"Not loving you is harder than you know" - Escape The Fate.
Ale's POV
Lexa. Lempar. Gelangnya. Ke. Muka. Gue.
Dia jalan masuk ke kelasnya lagi. Jalan aja susah padahal. Mau gue bantuin tapi pasti gak mau. Jam istirahat selesai. Gue balik ke kelas. Vika senyum ke gue.
"Hai Ale! Baru selesai istirahat pertama jangan lesu dong. Semangat!" Vika nyengir.
"Hai juga, Vik. Masih semangat kok." gue senyum maksa.
***
"Lex, lo pikir gue gak denger tuh omongan lo tadi ke Ale." kata Malik. Deg. Gue lupa posisi bangku gue sama Malik sekarang dekat banget sama pintu kelas. Malik jarang beranjak dari tempat duduk karena Fadel dan cowok-cowok lain yang menghampiri dia kalo istirahat.
"Lik gue..."
"Lo harusnya bisa ngomong dengan cara yang lebih halus." Malik gak mau dengar pembelaan gue.
Vira dan Nina ikutan.
"Lex, he's the one who always have your back. Ale bukan sok peduli, tapi emang beneran peduli sama lo." ujar Nina.
"Gue gak mau bela lo atau Ale, tapi ya keputusan Ale untuk melindungi lo kata gue gak salah." timpal Vira.
"Dia gak tahu keberadaan lo dimana dan akhirnya lo pindah kesini. Tapi ternyata lo kehilangan ingatan tentang dia..." ujar Malik.
"Ale ngerasa kecelakaan yang menimpa lo dan bikin ingatan lo hilang itu salah dia. Bisa lo hitung sendiri gak, Ale udah menyalahkan diri sendiri berapa tahun?" tambahnya lagi. Kecelakaan itu terjadi waktu gue masih umur dua belas tahun. Sekarang umur gue tujuh belas tahun. Berarti lima tahun.
"Lima tahun." jawab gue.
"Tuhkan. Tega lo. Bayangin sakit hatinya Ale. Dia mau lo bisa tahu lagi siapa dia. Tapi lo aja sekarang kayak gitu. Ale tuh baik banget Lex sama lo. Dia tulus." ujar Malik dingin.
"Udah Malik. Gak usah ngegas gitu." Vira nepuk-nepuk Malik.
Malik jadi berubah. Malik yang biasanya iseng banget jadi cuek seharian sama gue. Setiap ditanya jawabannya, "Apa urusannya sama gua?" atau "Lah mana gua tahu."
Hari-hari memburuk. Aneh rasanya ketemu Ale di kantin, tapi gak buka mulut untuk ngobrol sama dia, jangankan ngobrol, nyapa juga nggak.
Jumat jam pertama ada pelajaran Bahasa Jerman di kelas Ale. Sebelum bel masuk, Marcus dan Rachel cari pinjaman laptop di kelas gue. Gue kasih laptop gue ke Rachel, sementara Marcus dikasih pinjam laptop punya Fadel.
Tapi abis itu Marcus balik lagi. Jitak kepala Fadel.
"Tuyul! Ini low battery!" abis itu Fadel kasih charger-nya, Marcus pergi lagi.
Ale's POV
Jerman. Hari ini ada presentasi tentang tempat-tempat wisata di Jerman. Ini tugas kelompok tapi gue, Marcus, Rachel, Vika gak sekelompok karena Frau Karin yang pilih kelompoknya. Gue masih sekelompok sama Rachel tapi Marcus dan Vika sendiri-sendiri kelompoknya. Rachel cari pinjaman laptop ke kelas Lexa karena kelompok gue lupa semua untuk bawa laptop hari ini.
Balik ke kelas, Rachel bawa laptop ASUS putih. Kenal banget gue sama laptop ini. Pas udah nyala....
"Background-nya masih foto dia sama lo." Rachel nepuk lengan gue. Foto berdua gue lagi makan Dairy Queen pulang les. Ya ampun.
"Lupa diganti mungkin." jawab gue.
"Masa sih? Kata gue nggak ah. Kalo kesel beneran pasti udah diganti semenjak lo debat sama dia itu. Gak ada kata lupa kalo udah kesel."
KAMU SEDANG MEMBACA
Counting Stars
RomanceAlexa Danielle Olesia, seorang gadis yang baru pindah dari Bandung ke Jakarta bersama ibu dan kakak perempuannya, Tania. Sebelum pindah ke Bandung ia tinggal di Jakarta sejak lahir, jadi ia tidak terlalu kaget hanya saja rumah barunya kali ini berbe...