21. New Page - End Part

387 14 0
                                    

Gue sama Ale masak fettucini bareng. Fettucini-nya masih enak. Damn.

"Just stay right there. Let me cook for you." gue akhirnya disuruh duduk lagi dan gak boleh bantuin dia dan ya udah gue duduk aja. Ngeliatin dia. Cuma punggungnya sih yang bisa diliat bukan mukanya.

Selesai masak, Ale bawain dua porsi fettucini buat gue dan dia. Ale duduk dihadapan gue. Ganteng.

Kenapa gue jadi norak gini ya sama Ale padahal dulu waktu SMA gak gini-gini banget.

"Kamu kerja apa sekarang?" tanya gue.

"Jadi psikolog di SD. Tapi sekarang lagi libur jadi aku gak kesana." seketika gue membayangkan Ale berinteraksi sama anak-anak SD. Ya ampun. Gak ada bedanya sih kayaknya sama waktu dia ngajar English dan bakti sosial ke panti asuhan waktu kelas 12. Lucu banget.

"Aku ketemu ponakan kamu tuh." oh iya kak Tania udah nikah beberapa bulan setelah gue UN, anaknya sekarang kelas 1.

"Oh ya? Kamu psikolog di SD-nya Millen? Aku pernah jemput dia, kok gak pernah liat ya?" tanya gue. Sering banget kok gue jemput Millen.

"Hahaha. Aku pernah nanya dia pulang sekolah dijemput siapa, jawabannya cuma tante. Aku baru sadar tantenya itu kamu, setelah inget dia anaknya kak Tania. Millen lucu ya, tapi pemalu banget." Millen ini anaknya pemalu banget dan bikin semua orang pusing. Saking pemalunya, mau minta tisu atau butuh sesuatu aja gak akan bilang kalo gak ditanya.

Gue makan berdua Ale di pantry dan lupa waktu. Gue lirik jam dinding di pantry, ternyata udah jam 2.

"Kamu lagi banyak kerjaan ya?" tanya Ale.

"Ya lumayan."

"Maaf ganggu ya. Kamu balik dulu aja. Biar aku yang cuci piring." cuci piring. Ale cuci piring...

"Jangan dong, jangan kamu semua yang kerjain." gak enak gue kalo dia juga yang cuci piring dan alat masaknya.

"Gak apa-apa kok. Ini cuma dua piring ditambah alat masak."

Ale kalo emang mau cuma dia yang ngerjain sesuatu yaudah pasti orang lain gak boleh bantu. Kalo dibantah, nanti bete.

"Ya udah kalo gitu...aku duluan ya. Bye!"

"Bye! See ya."

Gak se-awkward yang gue pikirin sih. Makin ganteng aja dia.

Tuhkan gue jadi norak banget.

"Ehm, di pantry seru ya tadi?" tanya Rena setelah gue balik ke meja kerja gue.

"Oke iya gue ngaku gue kangen! Puas kan?" jawab gue. Pantry sama meja kerja gue dan Rena lumayan jauh jadi gak perlu ngomong pelan.

"Hahaha! Ketauan juga kaan."

"Dia makin ganteng, dan sialnya gue norak banget."

"Hmm, it's normal. Namanya juga kangen."

Hari terakhir Ale ngawasin kantor, dia ngajak gue makan sekalian pulang bareng. Kemarin-kemarin, dia nganter gue pulang dan temu kangen sama mama. Ale itu kesayangannya mama, setiap Ale main ke rumah gue curiga mama lupa anaknya yang mana.

Lupa rasanya dinner sama Ale. Padahal dulu sih sering banget.

Selesai makan...

"Lexa." Ale's low sexy voice. Damn.

"Iya?" gue masih menghabiskan minuman gue.

"Kamu marah?" tanya Ale.

"Marah kenapa?"

"Aku tau kok, kamu minta putus waktu itu bukan takut gak bisa jaga komitmen. Kamu selalu jaga komitmen, gak omdo. Yang omdo itu aku. Maaf ya. Aku yang gak bisa jaga perasaan kamu. Pada akhirnya aku gak bisa selalu ada buat kamu." Ale menatap lekat mata gue. Dan gue mulai susah nafas...

"Iya emang awalnya aku marah, tapi yaudahlah. Kesetiaan itu gak bisa dipaksa. Aku gak bisa maksa kamu buat setia kalo emang pada dasarnya kamu gak mencoba setia sama aku. But I always respect you. Hm...dan kamu selalu ada kok. Aku cukup seneng seenggaknya kamu ngajakin aku Skype sebulan sekali waktu itu. Bahkan waktu aku sakit kamu pernah telepon, nyanyiin aku. Itu lebih dari cukup buat aku. Mungkin kamu pernah mikir aku cuek, aku gak mikirin, aku gak serius sama kamu. Aku sayang kamu, Ale. Banget. Tapi sayangnya kamu bikin aku kecewa. Aku gak marah lagi, tapi aku masih kecewa sama kamu." sialnya gue nangis.

"Aku gak pernah mikir gitu. Lex, aku sadar itu emang salah banget. Aku jadi cuek, aku sebetulnya ngerasa Skype sebulan sekali itu gak cukup tapi aku sendiri gak usaha cari celah waktu supaya bisa Skype lebih sering sama kamu. Terus...akhirnya aku sama cewek lain. Aku brengsek. Tapi sebetulnya aku gak pernah stop mikirin kamu. Cuma beberapa bulan, aku putus. Then I realized that the only one I love is you. Tapi aku udah bikin kamu kecewa. Kalo sayang harusnya gak mungkin bikin kecewa, kan? Aku terlambat buat menyadari semuanya. You can hate me forever if you want. I know I really deserve it because this is all my fault." dan seketika pemandangan langka terjadi. Ada air mata di sudut mata Ale. Dia...nangis.

"It's better late than never, Ale. Kalo sayang meskipun dibuat kecewa tetep bertahan, kan? No I can't hate you, and I won't."

Muncul senyuman di muka ganteng Ale.

"So...can we try one more time to make it all better? Aku mau nunjukkin kalo kali ini aku serius."

"Sure, we can start again. Aku masih percaya kok sama kamu." Ale itu satu-satunya cowok brengsek yang masih gue sayang.

Gue sama Ale akhirnya pulang, dan kita berdua nyanyi-nyanyi bareng lagu yang diputar di radio karena macet.

Iklan sejenak, dan kemudian ada lagu Better Man - Robin Williams

Send someone to love me
I need to rest in arms
Keep me safe from harm
In pouring rain

Give me endless summer
Lord I fear the cold
Feel I'm getting old
Before my time

As my soul heals the shame
I will grow through this pain
Lord I'm doing all I can
To be a better man

Ya, semoga Ale juga doing all he can to be a better man.

------------------------------------------

Counting StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang