BAB 2

127 5 0
                                    

Citra sedang duduk manis di kolam renang. Dia memasukkan kakinya di dalam air sambil menghirup udara segar. Dia kemudian mengambil minuman dan makanan ringan yang disediakan untuknya. Dia menatap kolam renang yang indah ini sambil menikmati minuman dan makanannya.

Tiba tiba suara seseorang mengejutkannya.

"Lo dateng! Kok gak bilang sih!" ucap sang pemilik rumah, Aurora.

Ya, Citra lagi di rumah Aurora atau panggilan akrabnya Ara, sahabat baiknya. Rumah Ara bak istana. Besar, megah dan mewah. Dan dia anak tunggal.

Citra melirik ke belakang. Lalu dia tersenyum. Ara segera menghampiri Citra. Dia duduk di samping Citra.

"Lo belum jawab pertanyaan gue tadi?" ucapnya sebal sambil memakan makanan ringan di sampingnya.

"Jadi.. gue gak boleh gitu ke sini?" tanya Citra balik.

"Bukan. Cuma lo itu bilang dulu kali, jadi gue bisa pulang cepat." jawab Ara.

"Memangnya lo dari mana?"

"Biasa. Jalan sama gebetan baru gue. Dia ganteng loh." ucapnya riang.

"Dasar lo!" ucap Citra sambil tertawa.

Ara pun juga ikutan tertawa.

"Pacar keberapa nih?" tanya Citra.

"Entahlah. Gue lupa. Eh.. gue belum bilang pacaran kan?"

"Ya sama aja kali." jawab Citra.

Mereka berdua tertawa. Citra melihat rumah yang sunyi. Dia cuma tersenyum kecut.

"Orang tua lo pergi lagi?"

"Biasa. Namanya juga lagi urusin masalah kerjaan. Orang tua gue itu kan sibuk." jawab Ara.

"Ya lo enak. Bisa santai dan gak keganggu sama apapun. Gue malah cari yang tempat kayak gini. Untuk nenangin diri." ucap Citra.

"Lo yang beruntung Citra. Lo masih mempunyai keluarga yang sayang sama keluarganya. Selalu ada dirumah. Sedangkan gue, gak ada. Gue cuma sendiri. Kalau aja gak ada lo, gue mungkin udah ke jalan yang salah. Jalan yang akan merusak gue karena kesepian ini." ucap Ara sambil menerawang jauh.

Citra melihat Ara. Dia mengerti perasaan sahabatnya ini. Diluar Ara terlihatlah gadis biasa. Ceria, cantik dan ramah. Tapi didalam, dia terluka. Sangat terluka. Persis seperti dirinya.

"Yaudah. Mending gak usah dipikirin. Santai aja." ucap Citra.

Ara menghapus air matanya. Dia mentap Citra sambil tersenyum. Citra ikut tersenyum.

"Lo mau nginap?" tanya Ara.

"Enggak. Cuma gue mungkin bakalan sampai malam disini. Bosen dirumah." jawabnya.

"Apa kabar mama sama kakak lo?" tanya Ara.

Citra menatap Ara. Tersirat dari raut wajah Citra bahwa dia tidak suka itu dibahas.

"Ara... Dia bukan mama gue. Dan gue gak akan pernah anggap mereka keluarga setelah mereka menghancurkan keluarga gue. Selamanya gue bakalan benci mereka. Mereka bukan keluarga gue." ucap Citra sambil mengenggam kuat gelas yang dia pegang.

Ara menghusap punggung sahabatnya ini. Citra sedikit lebih tenang.

"Oke. Gue gak bakalan tanya itu lagi. Maaf." ucap Ara.

"Ya. Gak apa apa." ucap Citra.

Mereka lalu kembali menikmati suasana di kolam renang ini.

****

Malam hari kemudian...

Citra memasuki rumahnya. Dia langsung masuk saja. Papanya menatap Citra. Tapi, Citra pura pura tak tau.

"Ekhm.. Citra.." panggil papanya.

Citra lalu menatap ruang tamu. Dia berbalik sambil menatap papanya.

"Kenapa pulang langsung masuk aja. Ucapkan salam atau cium tangan." ucap papanya.

Citra membuang wajahnya ke samping. "Assalamualaikum." ucapnya

"Waalaikumsalam. Dari mana baru pulang jam segini?" tanya papanya.

"Dari rumah temen." jawabnya datar.

Papanya mengangguk. Tiba tiba dari dapur datang mama dan kakak tirinya.

"Papa... Setidaknya biarkan Citra ganti baju dan membersihkan badannya dulu baru di tanya-tanya. Kan kasian dianya." ucap mama tirinya.

Citra hanya diam. Lalu mama tirinya menghampirinya.

"Nak... Pergilah ke kamarmu. Bersihkan badanmu baru kita bicara. Oke." ucapnya sambil tersenyum.

Citra menatap ke arah mama tirinya. "Gak usah sok peduli. Anda hanyalah mama tiri saya. Jadi jangan membela saya." ucap Citra ketus.

Dia langsung berlalu. Dia pun menutup pintunya dengan kencang. Papanya cuma hanya bisa terdiam. Sedangkan mama tirinya dan kakak tirinya juga ikut terdiam.

Di dalam kamar Citra..

Citra menatap foto mamanya. Mama kandung yang melahirkannya. Dia menyentuh foto mamanya. Lalu memeluk foto itu sambil menangis.

"Citra kangen mama.."ucapnya.

Citra hanya menagis dalam diam sambil memeluk foto mamanya.

Sementara itu..
Di kamar Adly

Adly menghirup harum sapu tangan yang Citra berikan. Lalu dia pun membuka sapu tangan itu. Dia melihat ada nama Citra. Dia mengelusnya.

Tiba tiba kedua kakaknya masuk. Adly menatap mereka terkejut. Lalu mereka menghampiri Adly.

"Sapu tangan siapa ini?" tanya kakak perempuannya, Nia.

"Sapu tangan temen." jawab Adly.

"Temen apa temen?" goda kakak laki lakinya, Juan.

"Temen kok kak. Kepo deh." ucap Adly.

"Biarin kepo. Oh.. Ya kakak dan Nia mau pinjam ps kamu. Kamu tau kan PS kakak rusak karena Nia." ucap Juan.

"Yaudah deh kak." ucap Adly.

Mereka berdua bersorak. Tak lama mereka sudah bermain PS. Adly hanya tersenyum melihat kakaknya ini. Lalu dia menyimpan sapu tangan itu di lacinya. Dia langsung melanjutkan belajarnya.

###

Vote dan comen ya..

Cinta Untuk CitraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang