BAB 11

70 7 0
                                    

Beberapa hari kemudian...

Di sekolah

Adly heran sudah beberapa hari dia tak melihat Citra. Karena penasaran dia pun ke kelas Citra. Di depan kelas dia melihat Mila. Lalu dia segera menghampiri Mila.

"Mila.." panggilnya.

Mila berbalik dan terkejut melihat Adly. "Ya.. Ada apa?" tanyanya.

"Aku gak lihat Citra. Apa Citra ada di dalam?"

"Oh.. Citra gak datang. Dia sakit."

"Sakit apa?"

"Gak tau. Tapi wali kelas bilang dia sakit. Itu aja."

"Yaudah makasih ya."

"Ya."

Adly segera pergi dari kelas Citra. Dia merasa khawatir dengan Citra. Tapi, dia harus berpikir positif.

***

Di rumah Aurora

Citra menatap kolam renang. Ara sudah ada di sampingnya. Ara pun memulai percakapan.

"Tadi papa lo nelpon. Dia cari lo. Ya gue bilang aja lo ada disini."

"Terus..?"

"Papa lo kayaknya lega gitu tau lo ada disini. Dia minta tolong ke gue kalo dia minta maaf udah nampar lo. Dia emosi gitu."

Citra hanya terdiam. Ara menghela nafasnya.

"Citra... Kenapa sih lo masih gak bisa maafin papa lo itu? Masalah itu juga udah lama banget. Tuhan aja bisa memaafkan kenapa lo enggak? Lo gak kasihan lihat papa lo?"

Citra terdiam lagi.

"Gue memang gak tau sakitnya gimana. Tapi gue bisa rasain dari apa yang lo rasain. Tapi, lo sekarang punya papa lo. Coba deh terima mereka pelan pelan. Mungkin aja kan lo bisa." ucap Ara.

Citra menatap Ara. "Sejak kapan sahabat gue yang seorang playgirl ini bisa jadi seorang yang bisa menasehati?" ucap Citra bercanda.

"Apaan sih lo? Gue serius nih." ucap Ara kesal.

Citra tertawa. Ara senang melihat Citra tertawa.

"Oh ya.. Gue ada balapan malam ini." ucap Citra.

"Serius. Ah... Padahal gue ada party hari ini di rumah gue." ucap Ara lemah.

"Sorry ya. Tapi, gue harus kesana."

"Emangnya penting banget ya?"

"Hadiahnya gede tau. Lagi pula gue ingin balapan. Udah lama gak balapan."

"Gue sih bukannya ngelarang, tapi kalo lo sampai kenapa napa gimana?"

Citra menepuk bahu Ara. "Jangan doain gitu dong. Doain biar menang. Oke."

"Terserah lo deh."

Citra tersenyum. Sementara Ara hanya bisa tersenyum kecut.

***

Malam hari kemudian...

Di rumah Adly

Rean dan Adi sudah duduk sambil main ps di kamar Adly. Mereka berdua menatap Adly yang baru keluar dari kamar mandi. Adly pun duduk di tempat tidurnya.

"Jadi kalian berdua mau ngapaiin sebenarnya?" tanya Adly to the point.

"Aku sebenernya mau ajak kamu keluar, lihat balapan. Udah lama gak kesana." ucap Rean.

"Bener banget. Soalnya aku lihat beberapa hari ini kamu kayak gak semangat gitu. Kamu masih mikirin si Citra itu ya?" tanya Adi.

Adly menghela nafasnya. "Iya. Aku kepikiran terus sama dia."

Cinta Untuk CitraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang