Di sekolah
Adly duduk di motornya. Dia menunggu seseorang yang ingin dia temui. Tak lama sebuah motor sudah parkir di sampingnya. Dia tersenyum senang. Dia bisa melihat Citra yang sedang memakirkan motornya. Lalu Citra langsung pergi. Adly merasa tenang sekarang karena Citra sudah datang ke sekolah lagi. Dia lalu turun dari motornya dan langsung pergi kekelasnya.
Di kelas
Citra meletakkan tasnya di meja lalu dia duduk di kursinya. Mila tersenyum melihat Citra yang sudah hadir lagi di sekolah. Tiba tiba teman kelasnya langsung menghampiri Citra.
"Citra..."
"Apa?"
"Kamu di cari Bu Mey. Tadi ada anak kelas lain yang kesini untuk kasih tau kamu kalau Bu Mey cari kamu. Katanya langsung ke ruang BP aja."
"Ya. Makasih."
Citra langsung meninggalkan kelas. Dia langsung pergi ke ruangan BP.
Sesampainya disana, Bu Mey sudah menunggunya. Dia segera berdiri di depan meja BP. Bu Mey tersenyum.
"Selamat pagi Bu Mey.."
"Pagi Citra..."
"Ada apa ibu panggil saya?"
"Ibu hanya ingin memberitahu kamu tentang masalah kemarin. Kami tau siapa yang melakukan bully itu. Dan beberapa orang juga jadi saksi. Termasuk korban sendiri. Dia bahkan meminta sekolah untuk mencabut hukuman kamu. Karena katanya kamu gak salah. Dan akhirnya, kami memang mencabut hukumanmu. Dan kami juga telah menghukum orang yang seharusnya mendapatkan hukuman itu. Tapi kalau boleh ibu ingin tau, sejak kapan kamu dan Tika musuhan?
"Sejak kelas satu bu."
"Lalu kenapa kamu mau aja mengalah? Padahal kamu masih bisa membela diri. Kenapa?"
"Saya gak mau musuhan sebenarnya Bu. Dan kalau aja saya lawan dia dengan kekerasan juga apa bedanya saya dengan dia. Intinya saya gak mau nambah musuh."
Bu Mey tertawa. "Iya. Iya. Dibalik kamu yang datar dan banyak bikin onar ternyata kamu punya sisi lain yang bertolak belakang."
"Saya kan memang begitu bu." ucap Citra sambil tersenyum.
"Yaudah. Kembali lah ke kelasmu. Tapi, jangan nambah masalah lagi. Terutama kurangi telatmu."
"Siap Bu Mey!" ucapnya sambil memberi hormat.
Guru guru yang sedang ada di sekitar mereka tersenyum melihat tingkah Citra. Tak lama Citra langsung pergi dari ruangan itu.
Di kelas
Citra sudah balik dari ruang BP. Dia pun duduk di tempat duduknya. Citra langsung menatap Mila. Mila tersenyum.
"Jadi.. Lo juga jadi sanksi untuk gue?" tanyanya.
"Iya. Aku yang jadi sanksi kalau kamu gak salah." ucap Mila.
"Makasih ya."
"Sama sama. Citra.. Kita boleh gak temenan?"
"Boleh."
Mila tersenyum mendengar jawaban Citra. Citra lalu mengambil bukunya dan mulai menulis.
Istirahat..
Adly menatap Citra yang tengah membeli makanan di kantin. Dia melihatnya dari tempat duduknya. Rean dan Adi menatap Adly sambil tertawa pelan. Mereka berdua tau kalau Adly naksir sama Citra. Lalu mereka melanjutkan lagi makannya.
***
Hari sudah menunjukkan senja. Adly mengambil motornya. Dia hari ini pulang lama karena mengikuti rapat anggota OSIS. Beberapa anggota OSIS menyapa Adly. Adly pun menyapa balik. Lalu dia segera keluar dari sekolah.
Di tengah jalan yang tak jauh dari sekolah, Adly merasakan ada yang gak beres dengan motornya. Tak lama motornya mogok. Adly pun turun. Dia mencoba memeriksa motornya.
Adly sekarang bingung. Dia benar benar gak tau tentang masalah mesin motor. Dia melihat jalan ini. Sunyi. Seketika dia menghela nafasnya. Dia gak bawa hape juga. Dan lengkaplah sudah penderitaannya.
Sementara itu...
Citra keluar dari warung kecil dekat sekolahnya. Dia mengambil motornya. Lalu pergi. Saat mengendarai motornya, dia melihat seseorang tengah memeriksa motornya. Dia lihat seragam anak itu yang sama dengannya. Dia segera menuju tempat anak itu.
Citra menepikan motornya. Dia membuka helmnya dan turun dari motornya. Dia pun menghampiri anak itu.
Adly melihat ke sampingnya. Dia sudah melihat seseorang sedang turun dari motornya. Dia terkejut. Dia adalah.. Citra. Adly segera berdiri.
Citra menghampiri Adly. Dia menatapnya.
"Motor lo kenapa?" tanyanya.
"Oh... Itu.. kayaknya rusak. Gak tau deh. Dari tadi gak mau hidup mesinnya. Memang sih tadi mogok tiba tiba." penjelasan Adly.
Citra mengangguk. Lalu dia menghampiri motor Adly. Dia mulai mengeceknya terlebih dahulu. Lalu dia menatap Adly.
"Memang bener. Motor lo ada masalah. Yaudah deh. Gue tau ada bengkel dekat sini. Mau gue anter?" tanya Citra.
Adly menatap Citra. Citra juga menatap Adly. Adly tersadar.
"Oke." jawab Adly.
Di bengkel..
Citra melihat orang yang sedang memperbaiki motor Adly. Dia serius banget sampai gak sadar Adly sudah ada di sampingnya. Dengan jail, Adly mendekatkan botol minuman yang dingin di pipi Citra. Citra terkejut. Dia menatap marah pada Adly yang puas melihat Citra terkejut. Lalu Adly duduk di kursi disamping Citra.
Citra asyik menikmati minumannya. Adly menatap Citra sambil meminum minumannya. Citra merasa risih. Dia pun melihat ke Adly. Adly terus minum. Citra cuma geleng geleng kepala.
"Kamu kok tau masalah motor? Atau kamu penyuka otomotif?" tanya Adly basa basi.
"Gue suka banget sama otomotif. Ya setidaknya tau dikitlah. Paling enggak motor gue. Gawat kalau dia mogok kayak motor lo." jawab Citra.
"Oh... Gitu. Aku juga penyuka otomotif. Tapi aku lebih suka ke mobil daripada motor."
"Oh.. Gue baru ingat. Sorry ya. Yang gue sembur lo itu. Gue bener bener gak sengaja."
"Gak apa apa juga sih. Em.. Maaf juga masalah yang kita dihukum dan kamu kena marah sama guru BP."
"Ya, gak apa apa. Biasa aja sih. Gue udah kebal di marahin Bu Mey."
"Kenapa kamu lari waktu kamu nyembur aku?" tanya Adly.
"Sebenernya...gue malu."
Adly melihat Citra. Dia bener bener penasaran dengan Citra ini.
"Makasih ya. Lo udah bantu gue. Ternyata lo baik juga." ucap Adly tulus.
Citra menatap Adly. Lalu dia mengangguk.
"Kita belum kenalan kan?" ucap Adly. Lalu dia mengulurkan tangannya. "Adly." lanjutnya.
Citra menatap uluran tangan Adly. Citra pun membalas uluran tangan Adly.
"Citra." ucapnya.
Adly tersenyum. Citra hanya biasa saja. Adly terus menatap Citra. Citra juga menatap Adly.
Sementara itu, tukang bengkel itu menatap mereka. Tukang bengkel itu tersenyum. Lalu dia pun mengeluarkan suaranya.
"Maaf, dek." ucapnya.
Sontak mereka berdua menatap tukang bengkel itu bersamaan. Tukang bengkel itu sedikit gugup karena ditatap. Lalu mereka berdua sadar. Mereka melepaskan tangan mereka.
Adly langsung menatap tukang bengkel itu. "Ya, bang. Berapa?" ucapnya.
Tukang bengkel itu pun bilang harga yang harus dibayar. Adly pun membayarnya. Tak lama mereka berdiri. Lalu menghampiri motor masing masing.
"Sekali lagi makasih ya, Citra." ucap Adly.
"Ya. Sama sama." jawabnya.
Tak lama mereka meninggalkan tempat itu. Adly tersenyum senang. Sementara Citra hanya tersenyum sepintas.
###
Vote dan comen ya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Citra
Fiksi RemajaCitra adalah anak yang selalu bermasalah di sekolah. Mulai dari sering telat, sering bolos, sering tidur di kelas dan lainnya, sehingga dia tak memiliki teman seperti orang lain. Walaupun, sebenarnya dia sangat pintar. Suatu hari, secara tak sengaja...