"My past has tasted bitter, for years now
So I wield an iron fist
Grace is just weakness, or so I've been told
I've been cold, I've been merciless
But the blood on my hands scares me to death
Maybe I'm waking up
Today..."......
Satu jam kemudian Jungkook menyentakkan ikatan yang menahan lengannya di kursi. Yang hanyalah semakin membuat tali di pergelangan kakinya mencengkeramnya kuat.
Kaki dan tangannya diikat. Seluruh tubuhnya diikat! Lengannya ditarik ke belakang punggung dan diikat, kemudian talinya turun untuk mengamankan salah satu pergelangan kakinya, sebelum melintang ke pergelangan kaki yang satunya lagi. Sentuhan terakhirnya adalah menarik tali itu kembali ke pergelangan tangannya dan mengelilingi pinggangnya sampai ke belakang. Ia diikat erat-erat ke sebuah kursi berat yang ia yakin tidak bisa dijatuhkan.
"Aku bisa mencium bau darah, Jungkook," kata Chanyeol, kembali memasuki ruangan. "Apa kau mau bermain-main?"
Jungkook melotot kepada Chanyeol, ingat persis betapa girangnya pria itu ketika melucuti senjatanya. Chanyeol tidak kasar. Tidak, pria itu merupakan perwujudan dari sensualitas, bau terkutuk yang seperti candu itu menyelinap masuk ke tubuh Jungkook bagaikan obat perangsang yang paling ampuh di planet ini.
Jungkook masih bisa menendang beberapa kali –sebelum diikat, lukanya dibersihkan, dan dibawa ke suatu tempat yang terlihat seperti ruang duduk kecil di suatu tempat di Tower. "Bagaimana keadaan Taehyung?"
Chanyeol berdiri di depan Jungkook, sudah melepaskan jas berwarna hitam arang dan dasi merah tuanya untuk menunjukkan kemeja putihnya yang kaku. Beberapa kancing teratas dibuka, memamerkan segitiga menggiurkan dari kulit perunggunya. Chanyeol jelas berasal dari suatu tempat dengan matahari yang lebih panas, suatu tempat yang eksotis dan...
"Hentikan itu!" Setelah berkonsentrasi, Jungkook bisa mengenali bau samar yang dipancarkan Chanyeol ke setiap sentimeter kulitnya.
Chanyeol tersenyum dan ada janji rasa sakit dalam senyum itu. "Aku tidak memfokuskan apa pun kepadamu."
"Pembohong."
"Kuakui..." Chanyeol semakin mendekat, membungkuk untuk menopangkan tangan ke lengan kursi. "Kau memang sangat peka terhadap bauku." Ia memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam. "Bahkan waktu berkeringat dan berlumuran darah, kau juga mempunyai bau yang unik. Bau itu membuatku ingin melahapmu habis-habisan."
"Tidak dalam kehidupan ini," sergah Jungkook, suaranya serak karena besarnya tekad yang dibutuhkan untuk menolak godaan Chanyeol.
Jungkook keliru menilai Chanyeol karena pria itu tidak memancarkan kekuatan seperti vampir tua yang pernah ia temui, itu berarti Chanyeol mempunyai kelas tersendiri... dan mungkin lebih dari sekadar mampu untuk menangkis pengaruh chip pengendali.
Itu merupakan rahasia yang harus dijaga sampai tetes darah penghabisan oleh para pemburu –karena terkadang, kelinglungan sesaat seorang vampir, dugaan bahwa ia sudah tertangkap dan dilumpuhkan, adalah satu-satunya kesempatan yang kau miliki. Pada detik itu, kau dapat melarikan diri atau melukai.
"Mengapa kau tertarik padaku?" tanya Jungkook blak-blakkan, menyembunyikan pengetahuannya mengenai kekurangan fatal chip itu. Setahunya, hanya malaikat yang bisa membaca pikiran –dan mereka tidak mempunyai alasan untuk menyabotase daya guna dari senjata pemburu yang paling ampuh– tapi ia tidak mau mengambil resiko. "Kau seksi setengah mati..." sial, itu memang benar, "pasti ada banyak orang yang mau melemparkan diri kepadamu. Kenapa aku?"
"Sudah kubilang... kau menjadikan berbagai hal menarik." Bibir Chanyeol melengkung, tapi mata sang vampir mengingatkan Jungkook bahwa pria itu sedang tidak senang dengannya sekarang. "Kau akan hidup, kau tahu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel's Blood [kth + jjk]
FanfictionSetiap mitos mengandung setitik kebenaran. "-tapi menurut legenda, ambrosia hanya muncul saat..." Dunia berhenti berputar. Partikel-partikel udara seolah membeku, molekul-molekulnya menggantung ketika ia melihat pria luar biasa yang sedang mendeka...