"All I wanna do is to fall in deep
But close ain't close enough 'til we cross the line".
.
.Tidak mengejutkan, Seokjin menghabiskan sebagian besar waktunya di estatnya atau di sekitar Tower, dengan mampir sesekali ke sebuah pasar swalayan kelas atas. Jungkook menunggu untuk berbelok di jalan utama, bermaksud untuk berputar balik, ketika bau itu tercium sepintas.
Serangan rasa asam yang diwarnai dengan darah.
Mengerem sampai berhenti, Jungkook keluar, tidak menghiraukan umpatan dari supir taksi di belakangnya, dan melakukan gerakan berputar tiga ratus enam puluh derajat dengan berhati-hati. Di sana. Melompat masuk ke mobil, ia memarkirkan secara melintang dan keluar. Setelah menemukan baunya, akan lebih efektif kalau berjalan kaki.
Kuat, gelap, cokelat. Bejat. Menggoda.
Jungkook berhenti, mengendus. "Chanyeol." Entah vampir itu pernah lewat sini atau sedang berada di sekitar sini.
Dengan kebanyakan vampir, tidak ada masalah –ia dapat memisahkan bau mereka. Tapi keberadaan Chanyeol terlalu kuat, dan kalau ditambahkan pada fakta bahwa jejak Namjoon sudah lebih lama... "Sial." Mengeluarkan ponselnya, Jungkook menghubungi Taehyung.
"Jungkook..."
Darah Jungkook menggelegak dari dalam ketika mendengar suara itu –seks dan es, rasa sakit dan kenikmatan. "Bau Chanyeol mengacaukan pikiranku."
"Kau menemukan tanda-tanda Namjoon?"
"Ya. Apa kau bisa menyingkirkan Chanyeol dari sini?"
Hening. "Dia sudah pergi."
"Terima kasih." Jungkook memutuskan telepon. Bila lebih lama lagi maka suara pria itu akan merambat masuk ke jiwanya dan menatap di sana. Ia menjernihkan pikiran, memfokuskan diri, dan mulai mengamati lagi.
Bau Chanyeol memudar dengan kecepatan yang luar biasa. Kecuali Chanyeol bisa berlari dengan sangat cepat, vampir itu pasti memiliki kendaraan. Jungkook tidak terlalu peduli. Pokoknya sudah hilang.... Tidak, itu di sana. Ia berbalik ke kiri, berlari pelan.
Jungkook sudah sampai lima blok jauhnya ketika sesuatu membuatnya menengadahkan kepala.
Langit yang sebelumnya cerah sekarang berubah menjadi abu-abu suram, berawan. Tapi ia melihat warna biru sekilas, yang langsung menghilang pada detik berikutnya. Illium. Tugas pengawalan? Tidak memedulikannya, Jungkook berdiri diam di tengah-tengah area yang sebagian besar terdiri atas tempat tinggal warga, walaupun ia dapat melihat sebuah toko bahan pangan di antara dua gedung apartemen.
Pejalan kaki tidak terlalu banyak kalau dibandingkan dengan di rentetan toko yang sudah ia lewati, tapi jumlahnya stabil. Ia mendapat beberapa lirikan gelisah dan ketika itulah ia menyadari bahwa salah satu belati lemparnya yang panjang dan tipis sudah berada dalam genggaman.
"Tuan." Suara yang gemetar.
Jungkook tidak membalikkan badan. "Officer, aku sedang berburu. Kartu Asosiasiku ada di kantong belakang sebelah kiri." Pemburu mempunyai izin untuk segala jenis senjata. Ia tidak pernah pergi ke mana pun tanpanya.
"Ah..." Jungkook menunjukkan tangan kirinya yang tidak bersenjata kepada si polisi. "Aku akan mengambilnya. Oke?"
Asam di embusan angin. Kental, darah yang gelap. Sial, sial! Ia harus mengejarnya, bukannya meladeni polisi ingusan yang tidak tahu apa-apa tentang pemburu yang berkeliaran di jalan. Sebenarnya apa yang mereka ajarkan di Akademi Kepolisian sekarang ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel's Blood [kth + jjk]
Fiksi PenggemarSetiap mitos mengandung setitik kebenaran. "-tapi menurut legenda, ambrosia hanya muncul saat..." Dunia berhenti berputar. Partikel-partikel udara seolah membeku, molekul-molekulnya menggantung ketika ia melihat pria luar biasa yang sedang mendeka...