Seorang perempuan berambut hitam legam sedang sibuk memandangi keramaian department store terkemuka di Korea. Ia mencari-cari sosok lelaki yang telah lama mengisi hari-harinya selama dua tahun terakhir. Mata indahnya berbinar ketika menemukan lelaki tinggi, berpotongan rapi serta mengenakan setelan jas GUCCI edisi terbatas. Salah satu tangan lelaki itu dimasukan kedalam saku celananya, sedang yang satunya sibuk memeriksa sesuatu yang berada di layar ponsel. Sang perempuan sangat mengenal dengan perawakan lelaki yang sedang memunggunginya saat ini.
"Sehun Oppa," panggilnya.
Lelaki yang merasa terpanggil pun termenung sesaat. Detak jantungnya bekerja dua kali lipat. Semua masalah yang baru saja diterimanya hilang entah kemana hanya dengan mendengar suara itu.Suara yang manis nan manja. Suara yang telah dirindukannya. Suara yang dapat membuatnya bertahan selama ini. Suara dari perempuan cantik sekaligus seksi. Ia dengan wajah yang berbinar membalikkan badan dengan sumringah.
"Irene-ah, aku sangat merindukanmu,"ujar Sehun sembari memeluk Irene erat.
"Aku juga sangat-sangat merindukanmu, Oppa," ucap Irene dalam pelukan hangat lelakinya, Sehun.
Sehun mengendorkan pelukannya pada Irene. Mendongakan kepala wanita tercintanya. Melihat paras ayu kekasihnya lebih intens. Memandang satu persatu ciptaan Tuhan yang telah terpahat sangat anggun di wajah Irene. Manik mata Sehun terus turun hingga terhenti pada bibir seksi Irene.Sehun benar-benar merindukannya. Merindukan semua yang ada pada kekasihnya.
Sehun mendaratkan bibirnya ke benda kenyal milik Irene. Mereka tak perduli jika berada di tempat umum. Mereka tak perduli jika orang-orang sedang menyaksikan momen romantis yang terjadi. Mereka hanya ingin melepaskan hasrat kerinduan yang telah menyiksa batin selama berpisah. Hingga tautan keduanya terpisah karena tangan Sehun yang mulai bergerak ke bagian bawah leher Irene.
"Ini tempat umum, Oppa," ujar Irene malu.
"Sial! Seharusnya kita bertemu di hotel saja."
"Kita masih bisa pergi ke hotel sekarang kan, Oppa?"
"Baiklah. Ayo!" Sehun merengkuh pinggang kekasihnya dan pergi menuju pintu keluar department store, meninggalkan orang-orang yang telah menonton pertunjukan secara gratis.
"Apakah Paris memiliki wanita cantik sepertiku, Oppa?" tanya Irene.
"Tidak aku tak menemukannya. Mereka hanya perempuan yang pintar memamerkan belahan dada."
"Pasti Oppa tertarik dengan mereka kan?"
"Mana mungkin Oppa tertarik jika Oppa punya kamu."
"Pasti bohong," rajuk Irene.
"Tidak Irene," ucap Sehun dengan suara yang datar bercampur tegas.
Irene hanya mengatupkan bibir. Irene tahu betul, jika Sehun mengeluarkan nada datar serta aura ice men-nya, maka dia benar-benar tidak menginginkan percakapan yang lebih lagi.
***
Decak pertemuan salah satu panca indra sepasang kekasih menggema di salah satu kamar hotel berbintang lima. Hisapan-hisapan seduktif penuh hasrat telah berubah menjadi pergulatan sengit diantara lidah kedua insan manusia. Mereka menyalurkan kerinduan yang terpendam melalui sentuhan-sentuhan penuh kenikmatan duniawi.
Desahan sang perempuan yang tak lain adalah Irene membuat nafsu Sehun semakin meninggi. Serangan Sehun yang berkutat pada bagian atas Irene kini beralih ke bawah dengan nafas yang memburu. Irene menutup mata, menikmati sentuhan yang sedang Sehun lakukan di bawah sana.
Kenikmatan yang tengah dialami Irene terpaksa berhenti beberapa saat karena dering telepon yang nyaring. Sehun menatap Irene tajam, sorot matanya menandakan kemurkaannya. Sudah beberapa kali telepon Irene berdering dan menghentikan momen intim mereka.
Setelah telepon kembali sunyi, Irene menarik kepala Sehun dan mencium bibirnya untuk meredakan amarah kekasihnya saat ini. Irene berusaha keras agar Sehun membalas lumatan yang dilakukannya.
Sehun hanya terdiam dan tak ada niatan sedikitpun untuk membalas ciuman Irene. Hasrat memburu yang dipancarkan kedua matanya telah hilang entah kemana. Kedua tangan Sehun masuk ke saku celananya. Tubuh polos Irene sudah tak menggiurkan lagi baginya. Saat ini Sehun hanya menunggu Irene untuk menyerah dan melepaskan ciuman sepihaknya.
"Sehun Oppa," Irene menatap dalam manik mata Sehun ketika sudah melepaskan ciuman.
Hening. Tak ada jawaban, bahkan sekedar deheman saja tak terdengar.
"Maaf, aku lupa untuk mematikan ponsel," lirih Irene memohon pada Sehun.
"Angkat teleponnya. Aku pergi sekarang," intonasi Sehun yang datar membuat Irene meraih lengan Sehun dan memegangnya erat. "Pulanglah sendiri." Tepis Sehun dan berjalan menjauh, mengambil jas, smartphone, dan melenggang keluar pintu.
"SIAL!" teriaknya frustasi.
Amarah Irene menggebu-gebu. Dengan kasar ia membalut selimut ke tubuhnya dan mengambil smartphone yang berada di atas nakas.
Matanya penuh dengan kobaran api yang menari-nari. Jantungnya menabuh genderang perang. Rasanya ingin sekali Irene menghabisi seseorang yang sedang dihubunginya saat ini.
"YA! Kau menghancurkannya! Sialan! Bodoh!" teriak Irene ketika sambungan telepon tersambung.
"Tenang, Sayang, tenang. Atur napass dulu. Lalu ceritakan apa yang telah kuhancurkan. Oke?" jawab seorang disebrang telepon.
"Aku sudah lama menantikannya. Apa kau tahu berapa lama aku menunggu agar Sehun bisa kusentuh!?"
"Hey, kalian sudah pacaran dua tahun! Kau sudah menyentuhnya berkali-kali. Bahkan kau selalu pulang dengan kepuasan setinggi langit. Jadi jangan merengek seperti anak perawan!"
"Dia hanya menciumku dan bermain dengan tangannya, dia tak pernah mengijinkan aku untuk menyentuhnya sedikitpun. Dan sekarang, ketika aku sudah berhasil menyentuhnya, kau mengacaukannya! Apa kau tahu, aku baru membuka dasi dan ketiga kancing teratasnya. Aku belum melakukan yang lebih jauh dari itu! Dasar perusak!"
"Jadi selama ini kamu hanya terpuaskan dengan jari, Sayang?" dia tertawa terbaha-bahak. "Kemarilah aku akan memberi yang lebih dari si Brengsek itu."
"Bajingan gila!"
"Jaga ucapanmu, Sayang. Dan jangan lupakan rencana kita. Okay ? Jangan pernah jatuh cinta padanya"
"Dasar cabul!!" teriak Irene lalu memutus sambungan telepon.
Dengan perasaan yang sangat kesal Irene membanting ponselnya pada sisi lain kasur. Memejamkan mata sambil mengatur napas. Setelah berhasil menenangkan pikiran dan amarahnya, mata Irene terbuka dengan penuh tekad.
"Aku tak akan jatuh cinta padanya. Dan aku harus melakukan yang sebaliknya, membuatnya tergila-gila bahkan rela mati untukku," kata Irene dengan senyum yang tak pernah di tampilkannya pada siapa pun. Senyum iblis yang bersarang dalam dirinya. Senyum yang membuatnya tak menyadari seseorang berada di balik pintu kamar.
TBC
Yang udah nunggu dari awal HMH, dapat salam sayang dari Suzy ama Sehun.
Yang udah ngatain Myungsoo, disuruh nunggu karena dia bakal kerumah kalian satu-satu.
Yang dari awal setuju sama Baekhyun, dapet flying kiss.
New Writter
TriasChan
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh 2 Bae
FanfikceJika 'He is My Husband' milik Suzy, Maka 'Oh 2 Bae' milik Sehun. • "Apakah kau tak bisa membedakan obsesi dengan cinta?" • "Aku tau! Tapi aku mencintai kalian berdua." • "Tinggalkan saja dia, Oppa." • "Apapun yang terjadi, aku tak akan membiarkan...