TRAUMA

697 85 15
                                    

"Oppa," panggil Irene, berjalan menuju meja Sehun.

Sehun hanya melihat sekilas dan kembali berkutat pada layar ponselnya.

"Lain kali tendang saja jika ada siswi yang genit padamu," ucap Irene.

"Mereka hanya anak SMA, Irene," jawab Sehun masih setia pada ponselnya.

"Itu tetap membuatku kesaal, Oppa," rajuk Irene.

Irene duduk dipangkuan Sehun. Memalingkan wajah kekasihnya dari layar ponsel. Menatap manik mata Sehun. Dengan senyum tipis, Irene menarik jambang Sehun. Salah siapa Sehun mengacuhkan dirinya yang tengah merajuk.

"Lepas, Irene," tegas Sehun.

"Tidak! Lagi-lagi aku kau abaikan. Percuma melamar ke sini jika tetap kau acuhkan."

"Aku tidak mengabaikanmu. Percayalah," ucap Sehun acuh.

Irene melepaskan tangannya. Menggeser buku-buku yang ada di atas meja sampai terjatuh, lalu mendudukinya. Mata Irene masih lekat pada manik Sehun, begitu juga sebaliknya. Tangan Irene menarik dasi yang dipakai Sehun. Mendekatkan jarak bibir mereka.

"Ini sekolahan, Irene," Sehun mengingatkan. Ia tak ingin Irene kelewat batas.

"Hanya ciuman, Oppa," Irene tersenyum menggoda.

Tanpa aba-aba Sehun mencium mulut Irene. Bukannya Sehun tak memperhatikan Irene sedari tadi. Ia hanya ingin mengendalikan dirinya. Pakaian Irene benar-benar menggodanya. Sesaat setelah melihat Irene, Sehun meneguk ludahnya. Itulah alasan Sehun menyibukkan diri dengan ponselnya. Terlebih mereka berada di sekolah saat ini.

Ciuman keduanya memanas. Tangan Irene menyibak tumpukan kertas yang tersisa diatas meja tanpa melepaskan bibirnya. Mempersiapkan meja untuk mereka berdua. Untungnya Sehun masih bisa mengendalikan dirinya. Seun hanya menyalurkan semua keinginanya melalui ciuman.

"Kim Saem...," panggil seorang gadis yang baru saja meembuka pintu.

Tubuh gadis itu kaku tak bergerak. Tangannya gemetar. Keringat mulai membasahi dahinya lagi. Jantungnya bergemuruh tak keruan. Dia tak menyangka akan disambut pemandangan yang seperti ini. Kedua guru sedang berciuman panas.

Sehun yang sedang mengambil udara, tak sengaja melihat kearah gadis itu. Tatapan datarnya kembali. Keinginan untuk mencium Irene telah lenyap. Ia melepaskan Irene dan berjalan menuju gadis itu. Suzy.

Tubuh Suzy masih diam mematung. Keringatnya semakin membasahi seragam yang dikenakan. Kornenya bergetar. Wajahnya pucat pasi.

"Ju...Ju...Junmyeon," ucapnya sarat akan ketakutan.

Belum sempat Sehun menggapai tubuh istrinya, pintu ruang guru ditutup.

"Bukankah sudah kubilang untuk diam. Aku hanya ingin memelukmu beberapa saat saja," ucap seorang laki-laki.

Sehun mengenal suara ini. Myungsoo.

***

Sehun menunggu Suzy didalam mobil. Waktu sepuluh menit yang telah diberikan telah habis tujuh menit yang lalu. Selama itu pula Sehun teringat kejadian kemarin. Kejadian dimana trauma Suzy muncul untuk pertama kali.

"Maaf, Saem," ucap Suzy setelah duduk.

Sehun hanya meliriknya lalu menginjak pedal gas.

"Tambahan dua puluh soal, berikan padaku nanti malam," perintah Sehun tanpa melihat Suzy.

"Saem!"

"Kau telat tujuh menit."

"Hya Saem!"

Suzy merenggut. Napasnya saja belum normal, sekarang sudah ditambah lagi kekesalannya.

***

"Tumben jam segini udah pulang, Saem?" tanya Suzy yang masih melihat TV.

Sehun tak menjawab. Ia berjalan menghampiri Suzy dan menengadahkan tangannya.

"Minta?" tanya Suzy yang sedang memakan kue kering.

"Tugas," jawab Sehun datar.

Suzy menepuk jidatnya. Bagaimana ia bisa lupa akan tugas yang harus dikumpulkan pada serigala sialan ini. Mati kau Bae Suzy. Ujarnya dalam hati.

"Saem," suara manis Suzy keluar.

Satu tangannya memegang ujung jas Sehun. Menggoyangkannya manja. Wajahnya dibuat semanis mungkin. Senyum lebar terpampang disana. Mata indahnya membentuk sabit.

"Tidak," jawab Sehun dingin.

Wajah Suzy berubah 180 derajat. Mukanya masam.

"Saem, aku lupa belum mengerjakan. Besok saja ya. Lagiankan bukan tugas sekolah. Acara TVnya juga belum selesai ini," nego Suzy.

"Mau dihukum?" tanya Sehun mendekatkan wajahnya.

"Ini rumah Saem, bukan sekolah."

"Kau kira dirumah tak ada peraturan? Tak ada hukuman?"

"Emangnya ada?"

"Mau dihukum?" ulang Sehun. Semakin mendekatkan wajahnya kewajah Suzy.

"A...apa hukumannya?" tanya Suzy gugup.

"Masih belum tau?" tanya Sehun memangkas jarak antara mereka. "Mau coba?"

Suzy gelagapan. Matanya berkedap-kedip. Seluruh wajahnya terasa panas.

"Akan kukerjakan sekarang juga," ucapnya berdiri. Lantas bergegas menuju kamarnya.

Tanpa Sehun sadari, ujung bibirnya sedikit terangkat.

***

Sehun meloncat dari kasur ketika mendengar teriakan Suzy. Berlari menuju kamar Suzy. Dilihatnya Suzy yang menangis histeris dipojokan kamar. Sehun berjalan kearah saklar lampu dan menekannya. Menyinari seluruh kamar Suzy.

Suzy menangis memeluk lutut. Sekujur tubuhnya basah oleh keringat. Sungai telah mengalir deras dipipi. Suzy mendongak melihat Sehun datang menghampirinya.

"Tenanglah," ujar Sehun lembut. Memeluk Suzy.

"Dia datang lagi. Dia," ujar Suzy.

"Ada aku disini."

Sehun menuntun Suzy ke tempat tidur. Mengambilkan segelas air dan diberikan ke Suzy.

"Tidurlah, akan kutemani," ujar Sehun membaringkan Suzy.

"Jangan kemana-mana, Saem."

Sehun hanya menganggukan kepala.

Seminggu terakhir, Suzy selalu mengalami mimpi buruk. Setiap malam Sehun akan berlari menghampiri kamarnya. Suzy tidak bisa tidur dengan lampu menyala, tapi akan sangat ketakutan dengan kegelapan ketika memori otaknya kembali menayangkan insiden penculikan.

**

"AAAA!!!" Teriak Suzy

"Berisik," ujar Sehun.

"Apa yang kau lakukan di kamarku,Saem?!" Histeris Suzy

"Tidur," jawabnya dengan mata terpejam.

"Keluar!"

"Berisik."

Sehun mengulurkan tangannya ke mulut Suzy. Membungkamnya. Dan kembali menarik tangannya yang masih membungkam Suzy kedalam pelukan Sehun.

TBC

HEHEHE

Agak gimana gitu ya... idenya lagi mentok. lampu dalam pikiran belum nyala. apa  belum bayar kali ya, makanya gak bisa nyala.

MuahMuah

TRIASCHAN

Oh 2 BaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang