8

46 8 0
                                    

Jinan berjalan menuju pintu samping agensi.

"Nona Jinan? Apa ada yang tertinggal di dalam?" Tanya scurity yang saat itu sedang menjalankan sipnya

"Ah, ne sekalian menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai." Ucap Jinan lalu tersenyum.

"Bersama Tuan Jiyong? Atau kebetulan bertemu?" Tanya scurity tersebut.

Jinan menoleh kearah Jiyong, "Tadi kebetulan bertemu di parkiran." Ucap Jinan.

"Ah, begitu. Tuan Jiyong terlihat mabuk, nona pergilah saya akan mengantar tuan Jiyong ke studionya." Ucap scurity tersebut.

"Anniyo, aku saja yang mengantarnya. Lagi pula dia belum terlalu mabuk, dia masih bisa berjalan sendiri dan studionya dekat dengan studio ku jadi sekalian saja." Ucap Jinan.

"Ah, ne arraseo. Silahkan masuk." Ucap scurity tersebut lalu membuka pintu agensi.

Jinan menarik Jiyong masuk, lalu berjalan menuju lift. Lalu Jinan kembali menarik Jiyong masuk saat pintu lift telah terbuka.

Saat pintu tertutup Jinan bisa melihat bayangannya dengan Jiyong yang sedang memeluk Vodka-nya seperti menggendong bayi.

"Jinan-ah." Panggil Jiyong membuat si empunya nama menoleh.

"Kenapa kau begitu menyebalkan?" Racau Jiyong.

"Padahal kau sangat cantik, kau manis dan juga bertalenta. Bahkan kau mengigatkanku pada seseorang yang sudah tiada karenaku." Ucap Jiyong lagi.

"Kau dan dia.. terlihat sangat mirip, hanya bedanya kau lebih menyebalkan darinya." Ucap Jiyong.

"Kau... Kau... benar-benar mengingatkan ku padanya."

"Melihatmu... mengingatkanku betapa brengseknya aku."

Jinan hanya mendengarkan perkataan-perkataan Jiyong tersebut.
Hingga pintu lift terbuka di lantai yang mereka tuju.

Jinan dan Jiyong berjalan menuju studio Jiyong. Ketika sampai di depan pintu tersebut Jinan menanyakan kuncinya yang langsung di berikan Jiyong.

Jinan dan Jiyong masuk kedalam studio tersebut, Jinan masuk lebih dululu dan disusul oleh Juyong yang langsung mengunci pintu studionya.

"Kenapa melihatmu membuatku sesak Jinan-ah?"

"Tapi disaat yang bersamaan menyentuhmu benar-benar membuatku tenang."

"Apa ini efek perasaan bersalahku selama ini? Apa... Ini karena aku yang tidak mengakui tentang apa yang telah ku perbuat?"

"Kau benar-benar mirip dengannya. Tapi kenapa harus kau yang mirip dengannya? Kenapa disaat aku mengagumi seseorang, orang itu harus mirip dengannya?"

"Apa ini cara tuhan menghukumku?"

Jiyong terus meracau sambil mendekati Jinan yang sekarang berjalan mundur menghindari Jiyong.
Dan pada akhirnya Jiyong memojokkan Jinan.

Jinan merutuki pilihannya untuk mengantar Jiyong sendiri seharusnya dia membiarkan scurity tadi mengantar Jiyong.

"Jinan-ah... Kenapa aku harus mengagumimu? Kenapa harus kau? Kenapa harus kau yang ku kagumi? Kenapa harus kau yang terlihat menarik di mataku? "

"Ji-jiyong-ssi, menyingkirlah." Ucap Jinan.

"Sssttt... Oppa, panggil aku oppa sama seperti kau memanggil yang lainnya. Aku kesal, kau memanggil mereka semua dengan sebutan oppa dan memanggilku seperti itu Jin. " Ucap Jiyong menyentuh bibir Jinan dengan Jari telunjuknya.

Jinan menjauhkan jari tersebut dari bibirnya.

"Jangan menyentuhku." Ucap Jinan.

"Kenapa? Kenapa tidak boleh? Bukankah para penggemar sepertimu ingin di sentuh idolanya?" Tanya Jiyong.

Fool- K.J.YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang