•Permission

41 5 0
                                    

Hari itu Jiyong bersiap untuk menghadiri sebuah peringatan tiap tahun yang selalu ia datangi. 

Jiyong memakai setelan hitam dan sebuah kacamata hitam. Hari itu ia kembali lagi kerumah pemakaman terindah baginya. Rumah pemakaman yang selalu membuat Jiyong ingin tinggal disana untuk menebus dosa-dosanya.

Jiyong berjalan memasuki rumah pemakaman tersebut hingga bertemu dengan orang tua yang ia hormati setelah orang tuanya, dia membungkuk memberi salam pada kedua orang tersebut.

"Jiyong-ah, aku fikir kau sudah tidak akan datang kesini lagi." Ucap sesosok wanita baya yang telah Jiyong anggap sebagai ibunya sendiri.

"Ah, itu tidak mungkin. Bahkan setiap bulan aku kesini untuk menjenguknya. Tapi akhir-akhir ini aku sangat sibuk sehingga belum sempat datang ke sini." ucap Jiyong lalu tersenyum menatap foto wanitanya dulu yang terletak diatas meja peringatan tersebut.

"Ritual akan segera dimulai, kau bersiaplah." ucap Ayah dari wanitanya itu yang di angguki oleh Jiyong.

Jiyong duduk di barisan paling belakang Jiyong menghayati ritual tersebut hingga seorang pria mendekatinya dan berbisik.

"Kau masih punya nyali untuk datang kesini? Ah, atau selama aku tidak ada setiap tahunnya kau disini? " tanya orang itu sinis.

Jiyong melirik orang itu lalu mengalihkan pandangannya kembali fokus pada ritual tersebut.

"Ini terakhir kalinya kau datang kesini.  Aku tidak akan membiarkanmu kesini lagi setalah ini." ucag orang itu lagi. Dan lagi lagi Jiyong tidak menggubrisnya.

Saat peringatan selesai semua orang pergi termasuk orang tua dari wanita yang dicinati Jiyong, bahkan orang yang tadi membisikinya juga sudah pergi berasama kedua orang tua 'wanitanya' itu.

Jiyong menghampiri meja tempat ritual tadi di lakukan lalu menyentuh figura yang berada diatasnya.

"Kau tau,  aku menemukan  seseorang yang mirip denganmu.  Aku harap dia bukan adikmu,  karena kalian benar-benar mirip jika dilihat dengan teliti. " ucap Jiyong bicara dengan figura di depannya.

"Bolehkah aku bersamanya? Aku tau kali ini bukan pertama kalinya aku bertanya padamu, tapi aku benar menyukainya. Bolehkah aku egois?"

"Honey maafkan aku yang meninggalkan kalian berdua saat itu.  Aku benar-benar menyesal, tapi bolehkan aku egois sekarang? Aku menginginkannya,bolehkah itu?" tanya Jiyong.

"Ah, bukan kah aku memang selalu egois? Maafkan aku sayang, kau akan tetap selalu berada di dalam hatiku dan terkunci dengan baik di sana meskipun dia memasuki sedikit dari ruangan lain yang ada disana."

"Sayang.." lirih seseorang disamping Jiyong.

Itu wanitanya, wanita yang pernah ia cintai bahkan masih ia cintai hingga sekarang.

"Sayang dengarkan aku," ucap wanitanya sambil menangkup wajah Jiyong. "Sudah ku katakan untuk melanjutkan hidupmu bukan? Aku baik-baik saja disini bersamanya.  Sekarang waktumu mendapatkan gadis itu dan lanjutkanlah hidupmu." 

Wanita itu mendekatkan wajahnya ke wajah Jiyong lalu mengecup bibir Jiyong singkat.

"Aku sudah memaafkanmu, bahkan sejak hari itu." Ucap wanitanya itu yang lama-kelamaan mulai pudar.

Jiyong tersadar dari lamunannya karena tiba-tiba ponsel Jiyong berdering.

"Wae hyung?"

"Kau dimana?"

"Di tempatnya,  sedang bercerita kepadanya. Kau menganggu waktu kami."

"Mian tapi kau harus kembali  sekarang,  sajangnim mencarimu."

"Arraseo aku akan segera kembali." Ucap Jiyong lalu memutuskan sambungannya.

Jiyong kembali menatap dan mengusap figura tersebut.

"Maaf tidak bisa lama-lama.  Kau tau Seunghyun hyung benar-benar menyebalkan aku tahu kalau sajangnim tidak benar-benar mencariku. Aku pergi ne? Jangan merindukanku seperti aku merindukanmu. " ucap Jiyong.

Setelahnya jiyong pergi keluar dari rumah pemakaman tersebut dan melakukan segala aktifitasnya dengan baju setelan hitam tersebut sepanjang hari.

______________________________________

Fool- K.J.YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang