alaska; 1

1.1M 48.9K 3.5K
                                    

MATEMATIKA di hari senin itu seperti paket komplit, apalagi kalau ada pengumuman ulangan dadakan, rasanya ingin mengubur diri hidup-hidup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MATEMATIKA di hari senin itu seperti paket komplit, apalagi kalau ada pengumuman ulangan dadakan, rasanya ingin mengubur diri hidup-hidup. Syukur, kalau dapat jawaban gratis, kalau tidak? ya, salam.

Hal yang paling sering terjadi saat sedang ulangan itu; hening, ada yang menoleh ke sana kemari, bunyi kode-kodean, dan tangan yang meraba-raba kolong meja. Kesenangan murid saat sedang menjalani ulangan; guru tiba-tiba menerima telepon, guru tidak pedulian dan malah main handphone, dan guru yang memilih keluar masuk kelas.

Tetapi hal yang paling sadis itu, saat sudah belajar panjang lebar tetapi yang dipelajari malah tidak ada yang masuk di dalam soal itu, soal sangat jauh dari contoh yang diberikan dan yang lebih parah, baru mengerjakan beberapa nomor guru sudah teriak-teriak meminta agar kertas jawaban segera dikumpul saat itu juga. Dan, di situlah terkadang siswa merasa ingin menggigit meja.

Kalau yang lain pusing tujuh keliling memikirkan nasib ulangan mereka tadi, cowok jangkung yang duduk di bagian pojok belakang malah santai-santai saja dengan tangan dilipat di dada.

"Emang dasar yah tuh guru niat amat pengen ngebuat kita sengsara." cowok berambut gondrong itu mengadu kesal seraya menelungkupkan kepalanya di atas meja. Sedangkan, Alaska cowok yang terlihat tenang itu sedikit menggeleng melihat tingkah cowok di sebelahnya.

"Coba aja tuh guru gak mindahin elo di depan sana pasti kita udah dapet jawaban gratis kali," timpal cowok di belakang mereka yang tengah menyesap permen. Namanya Tora cowok cakep yang katanya manis.

"Weh, weh, ada panggilan dari Gandhi katanya ada yang mata-matain Batalyon." sontak berita dari Regan si cowok jangkung berkulit putih itu mampu membuat ketiga cowok yang tengah duduk malas-malasan berdiri tegap dengan mimik wajah meminta penjelasan lebih.

"Buruan, cabut," titah Alaska, kemudian keempat cowok itu berlalu meninggalkan kelas padahal masih ada satu pelajaran lagi yang harus mereka lewati baru pada akhirnya bel istirahat. Tetapi, berita tadi seakan membuat mereka melupakan segalanya.

Di area penghujung koridor, terlihat beberapa cowok-cowok jangkung tengah bergerumbul. Alaska beserta ketiga cowok yang datang bersamanya ikut masuk ke dalam rombongan tersebut. Ternyata mereka tengah menangkap basah dua cowok yang wajahnya sudah babak belur. Alaska berasumsi bahwa kedua manusia itu baru saja dihajar habis-habisan oleh Gandhi, ketua Batalyon khusus angkatan 10.

"Sekarang, cepet kasih tau ke gue apa maksud lo mata-matain Batalyon, HAH?!"

Tak ada jawaban sama sekali, hal tersebut mampu membuat anak Batalyon geram hingga sebagian dari mereka melayangkan pukulan yang bisa dibilang tidak pelan.

"HEH! KALIAN! BALIK KE KELAS." anak Batalyon tau betul suara siapa itu hingga membuat mereka berpencar melarikan diri tetapi sebelum itu Alaska sempat menarik kerah baju salah satu anak yang memata-matai gengnya.

"Gue pastiin sebelum matahari tenggelam hari ini, anak Batalyon bakal tuntasin lo semua." Alaska tidak mengatakan dengan emosi, melainkan dengan nada pelan dan kelewat tenang tetapi bersamaan di akhir kata-katanya ia mendorong keras anak itu, tanda bahwa ia tidak main-main akan perkataannya.

-oOo-

"Selesai istirahat entar, kita cabut, mereka semua pasti bakal kabur kalo gak segera kita habisin." Adrian berseru, ia ketua Batalyon khusus angkatan kelas 12. Sedangkan, Alaska memegang kelas 11. Jadi bisa dibilang untuk saat ini, Adrian menjadi yang tertinggi di antara ketiganya.

Saat ini mereka tengah berkumpul di kantin paling pojok, yang disediakan khusus untuk mereka. Kenapa harus di bagian pojok? karena selain bisa ngerokok, nyanyi sepuasnya, mereka bisa mencari-cari cewek yang cantik dari kejauhan. Tetapi walaupun begitu, anak Batalyon pasti larinya ke komplotan sebelah jika hendak mencari pacar. Isinya cewek-cewek cantik keluaran ekskul balet, modern dance, cheerleaders, dan marching band.

"Renata, piu," goda Chandra cowok gondrong tetapi berwajah tampan, "kalo gue ajak jadian jangan ditolak yah," cewek yang barusan melewati barisan Batalyon itu menunduk malu mencoba tidak memperlihatkan semburat merah yang muncul dipipi mulusnya.

"Sa ae lo bray ngalusnya."

"Eh, eh ada Alana juga, nih lo dapet salam dari Alaska, katanya dia udah siap jadi pacar lo." cewek yang namanya disangkut pautkan itu sontak menoleh ke arah Chandra yang nyengir tak bersalah kemudian tatapannya jatuh kepada cowok yang terlihat biasa saja, tak ada ekspresi yang ia keluarkan. Alana hanya bisa tersenyum kecut.

"Gue masih kurang berusaha Chan," hanya lima kata tetapi mereka yang mendangar itu pasti mengerti apa maksud dari semuanya. Sudah bukan rahasia lagi kalau Alana menyukai seorang Alaska. Ia secara terang-terangan menampakkan rasa sukanya kepada cowok itu. Bayangkan saja sejak kelas sepuluh Alana berusaha masuk ke dalam hati seorang Alaska. Jangankan untuk masuk, mengetuk pintu hati itu pun rasanya sangat susah untuk Alana jangkau.

Entah sudah keberapa kalinya Alaska dibujuk oleh teman-temannya untuk membuka hati kepada mayoret utama sekolah itu. Tetapi, hasilnya tetap sama Alaska tidak merespon sama sekali. Hanya satu pertanyaan yang terlintas di kepala teman-teman Alaska, apakah cowok itu normal? ini Alana loh, Alana si cewek yang menjabat sebagai mayoret sekolah, bintangnya marching, salah satu ciptaan tuhan yang memiliki body goals. Kurang apa coba secara fisik? kalau Chandra yang disodorin seperti Alana, mana nolak dia.

Alana memang menang secara fisik namun secara akademik, ia angkat tangan, mengaku kalah. Tapi, tidakkah sempurna jika Alana ditakdirkan bersama Alaska? kalaupun Alana kalah dalam bidang akademik, Alaska bisa menutupi kekurangannya, kan?

Tapi kembali lagi, cowok yang baik maunya ke cewek yang baik pula. Jika dinilai dari luar Alana bukanlah cewek baik-baik. Mungkin, kata sebagian penghuni sekolah. Bersama teman-temannya, Alana itu suka ke club malam, tidak memakai baju seragam siswi yang sepantasnya dan saat sebelum mengenal Alaska, Alana selalu bergonta-ganti cowok. Tetapi, semua yang orang lakukan pasti mempunyai Alasan, kan?

Kembali ke Alaska, walaupun cowok itu terkenal berada di dalam komplotan yang isinya cowok-cowok brandalan, Alaska masih memiliki kelebihan, dari segi otak misalnya. Alaska juga bukanlah cowok yang menjadi bad boy karena alasan broken home, melainkan karena ingin mengisi masa SMA-nya saja. Jika teman-temannya merokok dan mengisi malam mereka ke club malam Alaska lebih memilih bermain PS bersama ayah dan kedua saudaranya di rumah. Bukannya sok alim, bohong kalau cowok itu tidak pernah mencicipi minuman di club malam atau batang nikotin yang sering teman-temannya sesap. Ia pernah mencicipinya sekali, tau apa reaksi yang ditimbulkan tubuhnya? Alaska batuk 3 minggu berturut-turut.

Dan, dari segi itulah yang membuat seorang Alaska begitu menarik di mata seorang Alana. Tetapi di mata Alaska, Alana terlihat biasa saja.

Terkadang hal itu yang membuat Alana down untuk memperjuangkan Alaska.

Tetapi, sedingin dan secuek apapun cowok, ia pasti memiliki rasa ketertarikan kepada lawan jenisnya. Alana hanya bisa menatap nanar ke arah Alaska yang tengah terdiam seraya mata tajam lelaki itu mengawasi seseorang, ia hanya bisa menghela nafas dan mengatakan dalam hati 'semoga aku menjadi orang terakhir dan satu-satunya yang akan kau beri tatapan seperti itu.'

Tbc.










nisaafatm

ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang