alaska; 18

438K 33K 2.4K
                                    

MALAM tanpa Aruna di rumah besar ini, rasanya Cakra ingin mati saja apalagi ditambah melihat kedua saudaranya juga ayahnya. Hari ini ia membuat kesalahan lagi, berkelahi hingga masuk ke ruang BK. Kalau Bundanya ada Cakra jamin ia tidak akan setegang ini, ia tak akan setakut ini.

Duduk dengan tidak tenang di sofa cokelat rumahnya. Sendirian dan memilih tidak bergabung bersama ketiga lelaki tersebut bermain PS seperti biasanya. Bocah tersebut memegang sudut bibirnya yang robek.

"Aww."

"Berantem lagi?" ia menoleh, matanya menangkap seorang pria tinggi yang berdiri di hadapannya, sosok mengerikan ayahnya. Menurut Cakra, jika dalam keadaan seperti ini.

Kalau sudah ayahnya yang berkata Cakra maupun kedua saudaranya itu sudag tidak ada yang bisa berkutik.

Tidak hanya Ayahnya yang datang menemuinya di ruang tamu, namun Alaska juga Arka datang secara bersamaan duduk kompak di samping kanan dan kiri Cakra. Seakan-akan hal ini sudah menjadi rencana mereka bertiga agar Cakra tidak lari kemana-mana. Kedua orang yang mengapit tubuhnya ini seakaan bodyguard-nya saja. Belum lagi tampang datar Arka yang hampir bisa dibilang dipaksakan. Arka memang bisa menjadi sosok dingin layaknya Tama dan Alaska, namun merubah mimik wajah menjadi datar sungguh terlihat sangatlah aneh.

Ayahnya berjalan mendekat, berjongkok sedikit di hadapannya kemudian membersihkan luka lebam di wajahnya. Ini yang disukai Cakra dari ayahnya. Semarah apapun pria itu kepada anak-anaknya ia tidak akan pernah tega melihat mereka terluka. Ayahnya juga tidak pernah mendidik mereka dengan kekerasan sekalipun Alaska yang nakalnya minta ampun sampai ikut tawuran sekolah.

Tama punya cara sendiri untuk mendidik anak-anaknya.

Setelah membersihkan luka di wajah Cakra, Tama duduk di depan ketiga anaknya. Pria berkaos v neck putih dengan bawahan celana training itu melipat kedua tangannya di atas lutut.

Berdehem sebentar kemudian mengarahkan tatapan ke arah anak bungsunya itu.

"Tadi ayah nanya, kamu berantem lagi?"

Cakra mengangguk tanpa berani menjawab dengan mengeluarkan suara. Ia juga menunduk tanpa mau melihat wajah ayahnya itu.

"Jawab Cakra, ini kamu lagi ditanya."

"Karena apa?"

"Rebutan bola."

"Yang mulai main pukul siapa?"

"Aku."

"Kamu apain anak orang?"

"Ya ditonjok ampe bilang ampun."

Oke, sepertinya ia salah menjawab. Seharusnya ia sedikit berdusta saja tadi.

Terlihat Tama berjalan menjauh. Cakra menghembuskan nafas, sepertinya ia sudah bebas malam ini. Tetapi, apa sebegini cepatnya ia diintrogasi? Cakra mencoba bangkit dari duduknya.

Alaska dengan santainya menahan cowok itu, merangkul adiknya agar tidak lari. "Ayah masih mau main lagi, Cak."

-oOo-

Di jam istirahat ini Alana dikejutkan dengan berita yang beredar bahwa anak Batalyon khususnya Alaska dan teman-temannya baru saja menyerang anak kelas 12. Katanya mereka tidak terima atas perlakuan kakak kelasnya yang membocorkan ban motor mereka semua.

ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang