alaska; 25

459K 30K 1K
                                    

RUMAH Renata lagi, namun kali ini Stephany ikut bergabung bersama mereka dengan alasan Adrian yang baru tiba di Jakarta hari ini akan menghampirinya di rumah Renata guna melepas rindu. Padahal, beberapa hari lalu adalah hari jadi mereka yang kedua tahun. Tetapi, tidak bisa dirayakan bersama-sama karena Adrian ada sedikit halangan.

Kenapa bukan di rumah Stephany saja? Jawabannya karena ayahnya Stephany tipe orang yang melarang keras anak-anaknya untuk berpacaran di umur yang sangat dini. Jadi, tidak mungkin Stephany mengajak Adrian di rumahnya, kan?

Setelah mendapat panggilan dari Adrian bahwa ia telah berada di rumah Renata segera saja Stephany meloncat dari tempat tidur kemudian terbirit menghampiri pacarnya itu, tak lupa ia menyinggahkan diri ke depan cermin untuk memperbaiki penampilannya juga tak lupa menarik Renata agar ikut dengannya turun. Ingin menarik cewek jadi-jadian macam Viona bukanlah pilihan yang tepat sebab cewek itu mana mau diajak seperti ini.

"Cepetan, Ren, aelah." Renata mendengus melihat Stephany layaknya cacing kepanasan sekarang. Kalau tau begini ia lebih memilih untuk ikut Alana saja tadi, pergi membeli siomay yang tak jauh dari rumahnya.

"Gue males ah, laper nih gue."

"Ish lo mah."

"Udah sana lo turun, masih mending gue bolein pacaran di rumah gue ya kalo nggak?"

"Iya deh, iya." dengan kerucutan di bibir Stephany terpaksa turun sendiri. Namun, cewek itu tak berhenti tersenyum.

Beruntunglah saat ini keadaan rumah Renata sedang sepi. Jadi, orang-orang tak perlu berfikir ia orang gila yang datang bertamu di rumah ini.

Stephany terbirit saat melihat Adrian yang masih menenteng tas. Bajunya juga masih sama seperti yang dipapkan cowok itu tadi. Ia langsung memeluk Adrian yang berdiri tak jauh dari pagar.

Berbeda dengan Stephany kini Alana yang tengah mengendarai motor matic milik Renata mengernyit heran saat melihat sebuah motor yang familier di matanya. Motor hitam R15. Di atas motor itu ada cowok yang tengah duduk seraya bermain ponsel. Memakai baju warkout top berwarna hitam dengan bawahan Adidas ess short dengan warna yang serupa. Kelihatannya baru berolahraga.

"Alaska!" cowok yang tengah serius itu berbalik ke arah si pemanggil. Setelah melihat bahwa Alana lah yang memanggilnya, ia memilih untuk membuang muka.

"Loh, Dri, kenapa si curut ada di sini? Dia yang jemput kamu di bandara? Pake baju gituan?"

"Iya aku dijemput Alaska, kebetulan dia abis olahraga, jadi langsung jemput pake baju gituan aja."

Stephany mengangangguk saja sedangkan Alana, tak berhenti tersenyum memandangi cowok yang sedang duduk tak jauh darinya itu. Abaikan siomay pesanan Renata karena sekarang ada yang menarik perhatiannya.

Sosok Alaska Tahta Wardana, cowok pecinta dunia hitung, Kartu As Batalyon, pembenci makanan manis juga pedis. Laki-laki dengan tinggi mencapai 183 cm itu benar-benar membuat Alana jatuh bertekuk lutut kala melihat cowok itu membuat wanita yang telah melahirkannya ke dunia tersenyum bangga saat melihat hasil raportnya.

Cowok yang tidak hanya terkenal karena posisinya di Batalyon namun karena ia juga pintar dalam hal akademik dan nonakademik. Cowok yang cukup disegani oleh adik-adik kelasnya juga setia dengan teman-temannya.

Alaska terlalu banyak memiliki nilai plus. Berbanding terbalik dengan Alana. Sekalipun berada di tengah pertemanan yang seperti itu, nyatanya Alaska memiliki kelebihan lain yang dapat menutupi hal itu. Sedangkan Alana?

Lahir di keluarga yang tidak harmonis dan perilakunya yang  kurang disukai orang lain.

Tanpa kasih sayang orang tuanya, dan keluarganya yang lain, Alana berjalan sendiri mencari hidup, mengabaikan makian orang lain yang menganggapnya tak pantas ada di dunia ini. Sekalipun tak ada orang yang ingin berada di sampingnya untuk menjadi sandarannya kala sedih, Alana tetap menjalani hidupnya seceria mungkin.

ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang