alaska; 15

454K 30.1K 836
                                    

Menghela nafas sebentar Alana masuk ke dalam kelasnya yang masih dipadati anak Batalyon. Ia berusaha tampil dengan senyum sebaik mungkin, menutupi kekesalan bercampur kesedihan yang sedang ia alami.

"Gak mau sat, kenapa lo maksa sih?"

"Ya gue maksa lah."

"Gue gak mau yah, gak mau. Jangan maksa."

"Lo kenapa sih gak mau?"

"Pertama gue gak suka di-make up, kedua gue gak tau make up, ketiga gue gak berkenan, keempat gue gak mau deket-deket lo, keenam GUE GAK MAU."

"Halah bacot lu, udah ikut gue aja, masalah make up gue yang tanggung ada Alana juga yang ngebantu. Yo kan, lan?"

Alana mengacungkan jempolnya saat ia telah kembali ke tempat duduknya. Ia tersenyum lebar kepada Chandra tanda bahwa ia siap membantu Viona dalam masalah itu. Namun, di balik senyum lebar Alana terbesit sedikit rasa sedih dan iri. Kalau Viona dapat pergi bersama Chandra di pesta itu. Renata jangan ditanya, pastilah sama Regan, walaupun keliatan saling diam-diaman dua orang itu pasti masih saling kontek-kontekkan melalui pesan medsos.

Lah dia? Entah berapa kali ia membujuk Alaska namun hasilnya tetap saja nihil. Alana bahkan sudah meneror cowok itu di segala akun sosial medianya namun, Alaska masih tidak meresponnya. Maksimal, Alaska hanya menjawab 'tdk.' sedangkan lainnya hanya di-read atau bahkan tidak.

"Emang acaranya kapan?"

"Malam sabtu."

"What?! Besok dong itu, njing? Kenapa mendadak sih?" kesal Alana.

"Syutt, jangan banyak bacot. Oke deh kalau gitu." cowok berambut gondrong itu menaruh tangannya di depan bibir menyuruh agar Alana tidak berkomentar lebih.

"Satu hari aja, lo jadi penurut," ujar Chandra kepada Viona seraya mengelus pucuk kepala cewek itu. Setelah melakukan hal tersebut Chandra langsung terbirit keluar dari kelas Alana, sebab ia tau kalau hal tersebut membuat Viona mencak-mencak dan ingin memakannya.

Alana terkekeh melihat kelakuan dua orang itu. "Gila nih cewek, noh di rambut loh ada tulisan obralnya, lo beneran diobral? Kalo beneran sih gue mau."

Berdecak mendengar perkataan Virgo, Alana berjalan menuju Alaska yang tak jauh dari tempatnya. Ia mengambil tangan Alaska yang terdapat tonjolan urat-urat biru di lengan dan telapak tangannya. Bagaimanapun kelakuan yang diperbuat Alana kepada Alaska, cowok itu tidak akan pernah dengan kasar memperlakukan Alana, misalnya mendorong cewek itu. Jadi, hal seperti ini tidak membuat Alaska melakukan kekerasan kepada Alana hanya berusaha melepaskan tangannya.

"Bentaran dulu." cewek itu mengarahkan tangan Alaska di atas kepalanya. "Ambilin kertasnya." mendengus, namun tetap mengambil kertas yang tertempel di rambut Alana. Setelah itu menarik tangannya kembali. Rasa senang menjalar begitu saja di dalam hatinya hingga tulang ekor.

"Baiklah acara ditutup, saya selaku pemimpin tertinggi Batalyon bersama wakil dan anggota-anggota saya mengundurkan diri," ujar Adrian masih dengan gaya formalnya. Cowok itu mengapit leher Alaska dan Gandhi untuk berbalik.

"Pergi lo sono, padat-padatin kelas orang aja."

"Sialan!" umpat Alfret menendang salah satu meja yang kosong hingga bergerak berpindah arah. Alfret meringis merasa sakit pada bagian kakinya akibat kebodohannya itu.

-oOo-

Taksi yang ditumpangi Alana dan Viona berhenti di depan salah satu mall di Jakarta. Setelah membayar taksi, kedua orang tersebut berjalan menuju mall. Alana terlihat bersemangat sekali berbanding terbalik dengan Viona yang bermalas-malasan untuk berjalan. Bahkan, Alana harus menarik-narik cewek itu dulu.

ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang