Genggaman erat Palevi di tangan Vivi bermaksud menahan perempuan itu kabur.
Vivi menatap Raymond dan Vitto tak percaya. Dia bersyukur mereka selamat. Setidaknya Mama Rose tidak perlu kehioangan siapa-siapa lagi.
Vivi bisa melihat ada 6 orang di lorong besar ini termasuk dirinya, Vitto, Raymond dan Palevi mengenakan pakaian serba hitam berdiri disana, siap bertempur. Lugio berusaha menutup luka tembak di kakinya, namun dia tidak memberikan kesan segan untuk merebut Vivi dan mematahkan tangan Palevi.
Sesak menghampiri dada Vivi ketika sorot mata Vitto yang begitu dingin dan tanpa ampun, kini berubah sangat ketakutan dan begitu waspada ketika melihat dirinya menjadi sandera sang pengkhianat.
Sang pengkhianat membuka mulut, "Seharusnya kamu mati" ujarnya pada Raymond, hanya ada kebencian diantara kalimat Palevi.
Mata Palevi tiba-tiba terasa sayu, ada sedikit kesedihan di mata hijau "Seharusnya kamu yang mati, bukan Roy atau Foso" ujarnya.
Tidak ada yang menyadarinya selain Vivi, tidak ada yang melihat sorot mata sedih itu, suara kesal dan hati gemetar diantara kalimat tadi. Vivi menyadarinya, bahwa jauh di dalam diri Palevi, dia tidak pernah ingin membunuh. Tidak ingin membunuh dirinya, maupun Raymond.
Pria tua dengan tongkat membalas kalimat si pengkhianat, "Nak, aku tidak tahu apa masalahmu tapi yang kau lakukan diluar batasan kenakalan anak-anakku, kamu harus dihukum" ujar Raymond.
Palevi tersenyum ketus, suaranya berubah geram, "Kamu tidak tahu masalahku? Harusnya akulah yang tidak tahu masalahmu!! Kamu membantai orang-orang tidak bersalah tanpa merasa bersalah!" teriak palevi memenuhi seluruh lorong.
Leprodas masih berada di tangan Vitto. Dia lumpuh tak berkutik. Namun Raymond masih berdiri tegak tanpa perlindungan, terlalu santai dan berlagak tinggi.
Tapi Pria tua itu masih mendengar kalimat Palevi dengan sangat jelas, Raymond tidak mengelak, dan betul apa yang dikatakan Palevi.
"Mafia membunuh banyak orang, kamu tahu itu nak" jawab Raymond.
Palevi mulai berusaha mencekik Vivi karena kesal akan jawaban Raymond yang begitu ringan, "Berhenti memanggilku Anakmu! aku bukan anakmu!" sahutnya begitu dengki.
Vitto bisa saja menarik pelatuk dan langsung menembak kepala brengsek yang berusaha menyakiti Vivi, tapi Raymond memberikan isyarat untuk menahan tembakan. Dia berusaha berbicara dengan anak nakal satu ini.
Raymond berjalan mendekati Palevi beberapa langkah, "Lugio anakku, Vitto Anakku, walau kamu sudah kelewatan, kau adalah anakku yang keluar dari jalur".
Rasa marah menghantan dada Palevi, ketika melihat sorot mata Raymond yang sama sekali tak merasa terintimidasi, "Aku tidak pernah berniat jadi anakmu! yang aku lakukan hanya mencari celah hingga bisa membalasmu!".
Vivi tidak bisa bernafas dengan baik, lehernya ditekan oleh lengan palevi, dan dadanya mulai sesak. Vitto geram ingin mengakhiri semua ini dengan cepat, Tapi Raymond. Pria tua yang menjadi sasaran utama Palevi, akhirnya menyadari dendam anak muda yang ada di depannya.
".... sudah berapa lama kamu menyimpan dendam ini?" tanya Raymond pilu.
Tawa kejam Palevi semakin meyakinkan raymond, bahwa anak muda satu itu sudah menyimpan dendam dalam waktu yang sangat lama, "Sejak kau masuk dan membunuh semua orang di keluarga Kharitov" jawab Palevi,
KAMU SEDANG MEMBACA
LADY and DEVIL (TAMAT)
RomanceTerjebak dalam organisasi Hitam Mafia Italia? Kehilangan kedua orang tua akibat kecelakaan pesawat? Diculik oleh para Mafia dan dijadikan Penerjemah Pribadi? Kehilangan jejak tentang Sahabat sekaligus Pria yang paling Dicintai... Viv...