-Akhirnya- setelah kegiatan kemah itu berakhir, siswa-siswi diperbolehkan pulang kerumah.
Seperti biasa yang dilakukan Rachel, dia biasa menulis sebuah puisi atau sekedar coretan tangan di binder bergambar menara eiffel.
~
Seperti angin musim semi
Berlalu begitu saja
Tanpa tanda yang nyata
Tapi kusadari itu nyata
Ku kira itu hanya mimpi
Tapi nyatanya hatiku rasakan sakitnya
Melihatmu dengan yang lain memang menyakitkan
Tapi bagiku,
Melepasmu -lagi- dengan
cara yang nyata itulah yang pedih
Jika hatiku ini sebuah barang,
Mungkin itu akan terlihat rusak, hancur bahkan..
Mati.~
Begitu yang ia tuliskan disana. Mencurahkan isi hatinya ialah sesuatu yang mudah. Namun menahannya itulah yang menyakitkan.
Menunggu bukanlah hal yang sederhana.
Menunggu itu sulit
Tetapi Menunggu itu akan terasa indah bila yang di tunggu mungkin Peka.Tapi apa masih bisa disebut indah jika Rachel yang menunggu. Jelas yang ditunggu sudah tidak peduli. Tapi bahkan Rachel lebih tidak peduli apapun. Baginya penantian tidak pernah menghianati hasil. Tapi entah kedepannya seperti apa, yang dilakukan hanya,
Menunggu."Apa gue salah kalau nunggu seseorang?"
Ucapnya lirih."Gak ada yang salah. Tapi terkadang caranya yang salah"
Tak disangka ada yang menjawabnya."Bas, gue mau nanya boleh?"
"Lo ngomong sama gue lagi aja gue seneng banget"
Jawabnya memamerkan senyuman manisnya."Lo pernah nunggu seseorang?"
"Pernah"
"Kapan?"
"Sekarang"
Setelah itu, Rachel tidak melanjutkan pembicaraannya, begitu juga Baska.
※※※
Jangan berlebihan dalam berharap. Sesuatu akan hilang jika kita berlebihan ingin memilikinya.
Kata-kata itu selalu terngiang didalam kepala Rachel saat ia baru saja bangun tidur. 2 jam lalu dia sampai dirumahnya.
"Itu siapa sih yang ngomong?"
Gumam Rachel."Mimpi aneh"
Lanjutnya.Hujan diluar membuatnya enggan untuk beranjak dari kasur dan membuka selimutnya. Rasanya tidur adalah kegiatan yang sangat mendukung. Tapi sayangnya dia masih harus membereskan semua barang-barang di tasnya.
Saat sedang memindahkan barangnya, tangannya merogoh sesuatu di tasnya.
"Coklat? Dari siapa?" Ucapnya bingung menemukan dua bungkus coklat kesukaannya ada di tasnya.
"Ah nanti aja deh" Dia menaruhnya di meja belajarnya.
※※※
"Weh, Achel lama gak ketemu" Sapa seorang laki-laki yang baru saja memasuki gerbang rumahnya.
Namanya Darleon Viko, salah satu sahabat Raihan.
"Kenapa orang-orang suka manggil gue Achel" Kesalnya merasa risih dengan panggilan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hear My Heart
Teen FictionCause if you truly love someone, it's ok to messed up the things.