"Gue.. di.. dimana?" Ucap seorang perempuan yang baru saja siuman dari pingsannya. Rachel.
"Jangan banyak gerak dulu.." Tutur Raihan menahan adiknya yang hendak berdiri.
"Lo pingsan tadi, lagi ngapain sih dibilang jangan mikir hal yang berat-berat! Lo tuh nggak boleh"
Lanjutnya."Kenapa?" Tanya Rachel polos.
Raihan keluar ruangan tanpa menjawab satu kata pun dari adiknya.
"orang orang pada kenapa sih?!"
Gumam Rachel merasa ada yang aneh dari orang disekitarnya.
※※※
"Lo mau jalan?"
"Serah lo aja deh"
"Yaudah ayok"
Laki-laki itu menarik halus pergelangan tangan Rachel. Membuat kenyamanan tersendiri bagi seorang perempuan dengan sifat acuh tak acuh itu.
"Ke sana mau?" Tanyanya menunjuk sebuah restaurant di seberang jalan tempat mereka berdiri.
"Hm.."
Mereka berjalan setelah melihat tidak ada kendaraan yang lewat. Tepat saat mereka berada ditengah jalan, terdengar suara mobil dengan kecepatan maksimal melaju kearah mereka. Waktu seolah terhenti membuat semua mematung.
"AAAA!!" Rachel berteriak histeris dan berusaha lari. Namun kejadian itu secepat mata berkedip. Kecelakaan naas menimpa mereka.
Mata Rachel perlahan menutup namun masih setengah tersadar. Dia memanggil satu nama yang sangat ia cintai saat itu.
"Dar..darbaska" Setelahnya, tubuhnya tidak bergerak. Tapi untungnya jantungnya masih berdetak, begitu juga nama yang ia panggil tadi.
"AAAA...!" Mata Rachel membuka cepat dengan nafas yang terengah-engah. Diingatnya mimpi yang ia dapat barusan.
"Cuma..cuma mimpi.." Ucap Rachel lega dan berusaha mengatur nafasnya normal.
"Kenapa?!" Tanya Raihan panik.
"Mimpi buruk" Ucap Rachel sedikit gemetar.
"Tenang aja, ada gua" Ucap Raihan menenangkan adiknya.
Mimpi barusan terasa sangat nyata. Nafasnya bahkan terasa terengah. Keringat dingin ditubuhnya menjalar. Rachel berusaha menyenderkan tubuhnya dengan meminum teh hangat yang dibawa Raihan tadi.
"Apa itu bakal terjadi sama gue?" Tanya Rachel dalam hati. Ketakutan menyeruak dalam dirinya. Mimpi itu begitu jelas terlihat tanpa ada kabur sedikit pun.
※※※
"Rachel masuk rumkit Din!" Seru Tarisa, salah satu dari ketiga sahabat Rachel.
"Hah? Gila lo? Serius!" Kaget Mourin
"Iya! Ayok kesana" Ucap Tarisa menarik kedua tangan sahabatnya itu. Diana dan Mourin.
Tak memakan waktu yang lama untuk mereka sampai di rumah sakit. Ketiganya berlari mencari ruangan sahabatnya itu. Khawatir, itulah kata yang tepat menggambarkan perasaan mereka kini.
"Rachel.. lo kenapa?"
"Yaampun sampai masuk rumkit gimana ceritanya?"
"Chel lu tuh kalau ada masalah cerita! Kebiasaan deh"
Baru sampai, ketiganya langsung melontarkan kalimat menghebohkan bagi Rachel. Sementara yang dikhawatirkan hanya terkekeh saja.
"Sialan, ditanyain malah cengengesan" cibir Mourin.
"Iya..iya.. maaf ya?" rayu Rachel.
"Kak, bisa tolong keluar bentar gak? Bentar aja kok" pinta Rachel tiba-tiba.
Raihan keluar dari ruangan membiarkan adiknya mengobrol dengan ketiga sahabatnya.
"Ada yang mau gue ceritain" ucap Rachel serius.
"Apa?"
"Barusan gue mimpi aneh" Rachel menjelaskan semua mimpinya pada ketiga sahabatnya itu. Membuat ketiganya saling pandang satu sama lain. Setelahnya, mereka tertawa hambar.
"Ah cuma mimpi kok Chel.. gausah dipikir" alih Tarisa.
"Kenapa Baska? Dia ada di catatan gue. Sekarang dimuncul dimimpi gue?" tutur Rachel.
"Udahlah.. oiya ngomong-ngomong lo boleh pulang kapan?" Tanya Diana mengalihkan.
"Sore ini sih katanya" jawab Rachel.
※※※
"Lo kenapa sih Bas!" Omel seorang gadis yang tengah berhenti menepi. Gadis itu ialah Mourin. Kebetulan ia bertemu Baska saat perjalanan pulang.
"Apa?"
"Rachel"
"Lo kira gue apain Rachel?" Respons Baska diluar dugaan mereka. Apa yang terjadi mereka tidak tahu yang jelas ada sesuatu yang disembunyikan.
"Gue tau bukan perkara gampang buat jelasin ke Rachel karena yang dia ingat cuma Vano" ucap Diana. "Tapi gak gini caranya. Lo nyerah? Cih.." Cibirnya.
"Enggak. Gue cuma lagi bingung aja. Kalian tau abangnya Rachel masih belum siap ceritain kan?" Tanya Baska. "Dan kalian tau gimana Rachel ke Vano juga kan?" Lanjutnya yang dibalas anggukan oleh Diana dan Mourin.
"Gue belum siap. Hati gue terlanjur kacau. Dan itu semua gak gampang" Jelas Baska.
"I..iya.. maaf Bas udah bikin lo keinget luka lama" ucap Mourin merasa tidak enak.
"Tadi Rachel cerita soal mimpinya" seru Diana. Mereka berdua menjelaskan apa yang diceritakan Rachel. Senyum mengembamg diwajah Baska yang hampir setiap hari murung dan tertutup oleh sifat kasarnya.
※※※
Rachel benar-benar sudah dibolehkan pulang kerumahnya. Raihan menjaganya dengan baik.
"Kak, kata dokter gue kenapa?" Tanya Rachel penasaran. Sementara raut wajah Raihan menegang."Ah enggak, lo cuma kecapekan aja katanya" jawab Raihan dengan segudang alasannya.
Rachel berjalan ketaman dihalaman rumahnya. Udara setelah hujan memang sangatlah sejuk. Membuatnya ingin terus menghirupnya.
"Hai!" Langkah Rachel terhenti mendengar suara yang tidak asing baginya. Rachel menatap pria itu sinis. "Ngapain lo?" Ketus Rachel. "Gue cuma mau jenguk lo" ucapnya enteng.
"GAK PERLU" sinis Rachel kemudian masuk kerumahnya tanpa memperdulikan lawan bicaranya.
"Eh Bas? Kenapa?" Sapa Raihan. Siapa lagi kalau cowok tadi bukan Baska.
Akhir-akhir ini memanglah Baska sempat menjauh dari Rachel. Tentu itu semua ada alasannya. Namun semua gagal. Dua hari tidak bersama Rachel, sangat sulit baginya.
"Ini hati. Bukan mainan yang bisa lo mainin saat lo bosan, dan lo tinggal saat ada yang lebih menarik" Terdengar suara Rachel dari balik pintu kamarnya. Awalnya Baska ingin mengetuknya, tapi ia mengurungkan niatnya dan pamit pulang pada Raihan.
※
※
※Keep vomment yaa♥ Thanks 1kReadedsnya love u all♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Hear My Heart
Teen FictionCause if you truly love someone, it's ok to messed up the things.