"Hai Rachel.."
"Pagi Chel.."
"Eh, tumben baru dateng Chel"
Sapa semua teman-temannya ketika Rachel baru saja menaruh tasnya di bangkunya. Sementara yang disapa hanya membalas dengan senyum manisnya.
"Gue berubah pikiran. Gue..gue punya satu permintaan yang harus lo turutin. Kan lo janji" Ucap Rachel pada Baska seraya berdiri didepannya.
"Ha? Oh.. i.. iya.. ok.. oke"
"Apa emang?" Lanjutnya.
"Gue.." Rachel membisikkan sesuatu yang ia pinta. Sengaja agar orang lain tidak mengetahuinya.
"Gak bisa" Jawab Baska khawatir.
"Kenapa? Mana janji lo?" Tantang Rachel.
"Gue gak minta barang. Bahkan bukan uang kan?" Lanjutnya.
"I.. iya.. tapi.. gak. Gak bisa!" Baska berlalu meninggalkan Rachel yang masih mentapnya bingung.
"WOY!" Rachel meneriakkannya tapi tetap Baska tidak kembali.
"Dia kenapa?" Tanya Rachel dalam hati.
"Ada yang aneh" Gumamnya kembali duduk ditempatnya.
"Siapa? Siapa Chel yang aneh?" Tanya Diana tiba-tiba.
"Lo yang aneh!" Ketus Rachel sambil berlalu pergi.
※※※
Hujan deras disertai angin yang kencang membuat beberapa murid terpaksa menunggu disekolah. Termasuk juga Rachel. Diana sudah pulang bahkan saat jam pelajaran terakhir karena ada acara mendadak.
Rachel mulai sedikit lega karena dia melihat, ---ya-- Baska. Meskipun sulit Rachel membuka dirinya lagi, setidaknya pada Baska dia mulai berubah. Satu minggu lalu mereka lunch bersama. Walau Rachel masih tidak banyak bicara, setidaknya dia mau untuk pergi bersama.
"Eh, Chel. Itu bukannya Baska?"
Tanya seorang siswi yang merupakan teman sekelas Rachel."Uh? Ha? Apa? Oh.. Baska" Jawab Rachel sedikit terkejut.
"Tumben dia gak sama lo?" Tanyanya lagi.
"Lo pikir gue sama dia saudara?"
Ketus Rachel."Hehe.. enggak.. ta-"
"Lah Chel! Kok dia sama cewek lain?" Zia, teman Rachel tadi itu berseru antusias melihat kedatangan seorang perempuan yang kelihatannya dari SMA lain menghampiri Baska dengan mobilnya.
"Bodo amat lah, mau dia disamperin cewek, mau dia pacaran, dia nikah kek juga gue gak peduli. Bukan urusan gue!" Rachel menjawabnya sewot. Membuat Zia terdiam dan tidak melanjutkan pertanyaannya.
Hari semakin larut sementara hujan masih belum reda. Kebanyakan anak mulai memaksakan diri untuk berlari pulang kerumah. Tidak dengan Rachel, dia meminta Zia mengantarnya ke cafe seberang sana.
"Lo gak mau pesem minum dulu?" Tanya Rachel masih dengan nada dinginnya.
"Hehe enggak Chel.. thanks ya gue pulang aja" Jawab Zia berlari menembus derasnya rintik air dibawah payung merah miliknya.
"Dia.. kenapa?"
Rachel masih bertanya dalam hati. Ada apa dengan cowok gila itu? Apa dia sudah menyerah dengan Rachel? Tidak ada yang tahu.
Tapi satu hal yang Rachel tahu, Baska berubah semenjak dua hari yang lalu. Hari Minggu kemarin semua sahabat Raihan berkumpul dirumahnya, termasuk Baska. Banyak hal yang mereka bicarakan. Awalnya Raihan mengajak Rachel bergabung, lalu Raihan sengaja menyuruh Rachel membeli makanan dan setelah Rachel kembali, Baska dan Leon sudah pergi.
"Haha, bodo amatan. Lagian dari awal juga dia yang selalu maksa deket sama gue" Gumam Rachel menepis semua pertanyaan di otaknya.
"Gimana Bas? Lo sendiri masih jomblo?"
"Haha iya. Lagi nunggu seseorang yang tepat"
"Halah gaya lo ya.."
Tawa canda terdengar dari sudut kanan cafe. Rachel menoleh mendapati orang yang sedari tadi menghantui otaknya. Baska. Dia melihat Baska dengan perempuan yang dilihatnya tadi.
"Cowok sama aja. Gabisa bertahan sama satu cewek" Gumam Rachel meringis dalam hati.
"MAAF"
Seseorang berteriak dari ujung sana. Membuat para pengunjung cafe menoleh pada dirinya. Tak terkecuali Rachel, yang lagi-lagi terkejut melihat Baska berteriak seperti itu.
"Lo kenapa Bas? Maaf? Siapa?"
"Eng.. enggak. Cuma mau teriak aja"
"Ok kali ini dia bener cowok gila" Tukas Rachel dan berlalu pergi. Hujan cukup reda langsung membuatnya menerobos jutaan air yang jatuh kebumi. Tanpa payung, atau jas hujan.
※※※
"Sorry ya.. tadi mobil mogok jadi gak bisa jemput, gua juga masih di sekolah tadi"
"Ya" Jawab Rachel cuek setelah mendengar alasan kakaknya itu.
"Ada yang mau gue tanya" Ucap Rachel serius menatap kakaknya itu.
"Apa?"
"Apa yang kakak omongin sama yang lain termasuk Baska sama kak Leon, sampai-sampai nyuruh gue pergi?"
Skak.
Raihan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Entah apa yang bisa ia jadikan sebagai alasan tetapi adiknya bukanlah seseorang yang mudah dibohongi.
"Urusan lelaki elah.. gak perlu tau" Elak Raihan.
Rachel mendengus mendengar kakaknya masih tidak ingin menjelaskan apa yang terjadi. Malas berdebat, Rachel memutuskan untuk pergi ke kamarnya membawa segelas coklat hangat yang baru ia buat.
Dikamarnya, ia mulai mencari barang yang baru dua minggu lalu ia temukan. Sebuah catatan. Ya, catatan kecil seperti yang ia temukan di kamar Raihan. Tapi kali ini ia temukan diatas lemarinya. Lemari yang sebelumnya tidak pernah ia periksa bagian atasnya.
C1001 Banyak banget notes Achel tulis hehe. Ini adalah notes yang ketiga. Entah berapa notes lagi yang isinya masih akan tentang Vano.
~Achel 10 Agustus 2015C1002 Masih belum bisa move on. I feel tired but I still can't.
~Achel 11 Agustus 2015C1020 Apa gak gila? Ini udah 2 tahun! And you still stay in my heart. Gagal Move on 2 tahun. Apa ada yang pernah begini selain Achel?
~Achel 2 September 2015Rachel membacanya perlahan. Semua masih tentang Keenan. Kebetulan dia menemukan tiga notes sekaligus. Tapi yang masih ia cari adalah, notes kedua. Dimana letaknya? Apa Raihan yang menyembunyikannya?
Rachel membaca notes yang terakhir.
C2011 Apa Achel mulai bisa lupain Vano? Apa kedatangan Abas bisa bikin Achel lupa Keenan?
~Achel 9 Februari 2017C2431 Achel lupain dia^^ Thanks♥
~Achel 15 Desember 2017"Bas? Siapa dia? Apa dia.."
"Awh.." Rachel merasakan sakit dikepalanya semakin menjadi-jadi. Dia merapikan buku-bukunya itu dan..
BRUK
Pandangannya gelap. Waktu serasa terhenti. Tidak satupun kegiatan terjadi.
Rachel, pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hear My Heart
Teen FictionCause if you truly love someone, it's ok to messed up the things.