14※Dua Tahun Lalu

1.2K 65 0
                                    

Dua Tahun Lalu

"Hai" sapa seorang laki-laki berbalut jaket hitam sedang berdiri menunggu didepan rumah. Setelahnya seorang perempuan cantik menyapanya balik dan menghampirinya.

Dia berhenti sebentar mengingat sesuatu. "Gua belum izin bunda lo"  ucapnya. "Oh, hm.. yaudah ayo"

"Yaudah Rachelnya dijagain ya Baska, dia anaknya ceroboh, kadang pulang-pulang ada aja yang lecet kakinya" ucap Rika, bundanya Rachel. Rachel memanyunkan bibirnya kesal sementara Baska tertawa puas.

Keduanya pergi setelah berpamitan. "Kita mau kemana?" Ucap Rachel membuka pembicaraan. "Nggak tau" jawab Baska santai mengerdikkan bahunya. "Ish. Kebiasaan nggak tau mau kemana" ketus Rachel kesal. Baska hanya terkekeh pelan, "Ngapain gua harus mikir mau kemana kalau lo disamping gua aja itu udah bikin seneng" tuturnya. Pipi yang disebelahnya hanya bisa merah memanas memalingkan wajah seolah tidak mendengar apapun.

"Kita ke The Jungle aja" ucap Baska asal memutuskan. Rachel tersentak kaget menengok kearahnya. "Hah? Kan jauh.. nanti lama" keluh Rachel menyenderkan kepalanya di jok mobil Baska. "Gapapa, biar lo lama sama gua" rayu Baska mengacak rambut Rachel. Sementara Rachel hanya menghela napas panjang.

"Ikut kamu aja deh" ucap Rachel manja. "Akhirnya.." ceplos Baska membuat Rachel menautkan alisnya bingung. "Apa?" Tanyanya. "Akhirnya bisa juga ngomong aku kamu. Kita pacaran udah dua bulan dan baru bisa ngomong layaknya orang pacaran" Rachel hanya menautkan alisnya mendengar ucapan kekasih. Selanjutnya dia terkekeh kecil.

Mereka berkeliling Jakarta hingga seharian. Namun saat pukul lima sore mereka jalan pulang karena perkiraan jalanan akan macet.

"Ada yang di pikir?" Tanya Baska cemas melihat raut wajah Rachel sedikit pucat. "Eng.. enggak.. gue nggak mikir apa-apa" Jawab Rachel memalingkan wajahnya. "Lo gue lagi kan" sela Baska mendengus.

"Lampu merah lama banget sih!" Gerutu Rachel tak sabar. Baska hanya terkekeh pelan melihat Rachel dari kaca spion motornya. Lampu berubah warna menjadi hijau. Namun saat Baska melajukan motornya, sebuah mobil dari arah berlawanan melaju dengan kencang menerobos lampu merah.

"AAAAAA" Rachel berteriak histeris. Mereka berdua terpental hingga jarak 187m. Motornya kini bahkan sudah hancur tak berbentuk. Orang-orang yang berada ditempat langsung menerumuni tempat kejadian. Mobil pelaku tetap melaju entah kemana, tanpa bertanggung jawab. Rachel menggenggam tangan Baska karena mereka terpental bersama. Lumuran darah menghiasi diantara mereka. "Maaf" disaat seperti ini Baska bahkan masih bisa mengucap maaf. "Kalau ini yang terakhir, setidaknya aku masih sama kamu" ucap Rachel yang kemudian matanya tertutup.

"RACHEL!!!" Teriakan demi teriakan terdengar. Tapi mata Rachel terlalu berat untuk terbuka. Beberapa orang disana sepertinya mengenal Rachel. "Bangun.. please, gua mohon. Jangan tinggalin gua. Rachel.." Baska memohon dengan sosok disampingnya yang sudah tidak sadarkan diri. Sementara dia masih sadar walaupun keadaannya lebih parah. "Bangun.. jangan.. tinggalin gua.." "Rachel.. ini bukan.. bukan yang terakhir.." air mata Baska mengalir disela darah yang terus keluar. Tak lama, matanya bahkan juga tertutup. Orang-orang disana menolongnya membawa ke rumah sakit terdekat. Menghubungi kontak yang tertera di handphone masing-masingnya. Polisi langsung mengusut kecelakaan tersebut.

Masing-masingnya, Rachel dan Baska, sama-sama dilarikan di rumah sakit. Di ruangan yang sama mereka tengah berbaring bertahan hidup. "Dek.. bangun.. lo kenapa gini sih, lo kuat.." Raihan, kakaknya terus saja berbicara seolah yang diajak bicara itu sadar.

Satu minggu kemudian.

"Gu.. gue.. dimana?" "I..ini apa?" "Ini.. dimana?" Rachel tersadar dari tidur panjangnya selama satu minggu. "Dokter!! Dokter anak saya sadar!! Dokter!" Rika langsung berteriak haru melihat Rachel mulai sadarkan diri. "Baik, akan kita periksa" ucap Dokter siap.

Hear My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang