UNBREAKABLE #04

599 36 1
                                    

"Sepertinya ada yang senang bisa pulang hari ini?"

Alex yang berdiri di depan pintu memandang Tina yang sedang merapikan barang - barangnya sambil tersenyum bahagia.

"Tentu saja, Alex. Akhirnya aku bisa keluar dari rumah sakit ini setelah 5 hari di sini," kata Tina sambil memasukkan laptopnya ke dalam tasnya.

Alex berjalan menghampiri Tina dan membantunya mengemas barang - barangnya. "Apa segitu bosannya kamu di sini?" tanya Alex.

"Meskipun ada aku di sini?"

Tina menutup resleting tasnya dan mendongakkan kepalanya menatap mata Alex. "Aku bosan, Alex. Bau antiseptik, suara mesin EKG dan suara sirine ambulans bisa aku dengar setiap harinya. Kamu tahu aku tidak suka hal itu," jawab Tina.

"Bukan berarti ada kamu di sini bisa membuatku lupa dengan semua itu, Alex."

Alex mengambil tas dari tangan Tina dan membantunya menurunkannya ke lantai. "Kamu masih tidak boleh mengangkat yang berat - berat, Tina."

Tina tersenyum tipis dan duduk di atas ranjangnya. "Aku bersyukur memiliki kamu di sisiku, Alex. Tanpa kamu, aku tidak akan yakin apakah aku masih ada di dunia ini sekarang."

Alex duduk di sebelah Tina dan menggenggam tangan kiri Tina dengan lembut. "Apa yang kamu katakan, Tina?"

"Aku tidak pernah berpikir aku akan mempunyai kesempatan kedua untuk hidupku, Alex. Di saat aku sudah menyerah dengan hidupku dan pasrah dengan keadaanku, kamu datang dan menyelamatkanku," kata Tina sambil tersenyum tipis.

Tina lalu menolehkan kepalanya dan menatap Alex dengan lembut. "Kamu yang memberikanku kesempatan hidup kedua itu, Alex."

"Kamu datang di detik - detik terakhirku dan membawa donor jantung untukku yang aku pikir aku tidak akan pernah mendapatkannya."

"Tina, aku hanya berusaha menyelamatkanmu. Lagipula ada donor jantung yang sesuai denganmu waktu itu," kata Alex.

"Siapa pendonornya, Alex?" tanya Tina. "Bolehkah aku mengetahuinya sekarang? Aku ingin berterimakasih pada keluarga mereka."

Wajah Alex langsung berubah menjadi pucat dan senyum di bibirnya pun langsung menghilang.

"Alex?" panggil Tina.

"……" Hening.

"Alex??" Tina menggoyangkan badan Alex.

"Ya?" kata Alex.

"Ada apa, Alex? Kenapa kamu jadi melamun?" tanya Tina mulai khawatir.

Alex menggelengkan kepalanya dengan cepat dan melepaskan tangannya dari tangan Tina. "Tidak, Tina. Aku hanya ingat kalau aku ada jadwal operasi jam 4 sore ini."

Tina menatap Alex dengan curiga. Alex selalu saja seperti itu ketika dirinya mulai bertanya atau membahas tentang pendonor jantungnya.

"Soal pertanyaanmu tadi, Tina. Aku tidak ----"

"Kamu tidak akan mengatakan siapa pendonor jantungku kan, Alex?" kata Tina memotong perkataan Alex.

Alex baru saja akan membuka mulutnya lagi tapi Tina memotong perkataannya lagi.

"Ya, aku tahu. Itu adalah rahasia rumah sakit dan keluarganya tidak mengijinkan untuk memberitahukannya."

"Aku tahu, Alex. Kamu sudah berulang kali mengatakan jawaban yang sama padaku setiap aku bertanya hal yang sama."

Alex tersenyum tipis mendengar ucapan Tina. "Baguslah kalau kamu ingat itu, Tina. Jadi, jangan memaksaku untuk mengatakannya. Oke?"

"Baiklah, dokter Alex."

Tina turun dari ranjangnya dan berdiri menatap Alex. "Kamu tidak akan mengantarkan aku pulang?" tanya Tina.

"Aku akan mengantarkanmu pulang dulu, Tina. Aku harus memastikan bahwa kamu sampai di rumah dan bukannya ke kantor," jawab Alex tegas.

Tina tertawa kecil mendengar perkataan Alex. "Yahh, gagal deh rencanaku ke kantor," ucap Tina pura - pura kecewa.

Alex mencubit hidung Tina dengan gemas. "Jangan mencoba pergi ke kantor, Tina. Ingat, kamu tetap harus bedrest dulu selama 3 hari di rumah."

"Alex!!!" protes Tina.

"Memang benar, Tina. Kamu masih harus istirahat," jawab Alex.

"Tapi… aku masih punya pekerjaan yang harus aku selesaikan, Alex. Aku punya deadline menyelesaikannya," kata Tina.

"Tidak bisakah Lisa atau orang lain menggantikanmu sementara ini, Tina? Hanya 3 hari saja."

Tina terdiam sejenak lalu menggelengkan kepalanya. "Ini proyekku, Alex. Ini tanggung jawabku dan aku tidak bisa sembarangan menyerahkannya pada orang lain," kata Tina sedih.

"Pastikan kamu meminum obatmu setiap hari dan jangan bekerja terlalu keras. Kamu hanya boleh bekerja 5 jam sehari dan tidak lebih dari itu," kata Alex menyerah.

Tina tersenyum senang mendengarnya dan memeluk Alex dengan hangat. "Terima kasih, Alex."

Alex memeluk badan Tina dengan hangat dan mengelus kepala Tina dengan lembut. "Aku akan meminta Lisa untuk mengawasimu, Tina."

"As you wish, dokter Alex. Aku akan menuruti semua perintahmu asal kamu tidak melarangku bekerja," kata Tina sambil tersenyum lebar.

Alex melepaskan pelukannya dan memegang kedua pundak Tina. "Jaga jantung yang ada di badanmu itu baik - baik, Tina. Itu adalah pemberian dari Tuhan untuk kehidupanmu," kata Alex sambil menatap mata Tina.

"Itu adalah cara satu - satunya untuk membalas kebaikan pendonor jantungmu dan keluarganya, Tina."

"Mereka pasti akan merasa bahagia melihat jantung yang mereka donorkan untukmu bisa bertahan di tubuhmu dan kamu bisa hidup bahagia dengan jantung itu. Kamu mengerti, Tina?"

"Aku mengerti, Alex. Sangat mengerti."

Alex tersenyum mendengar jawaban Tina dan melihat Tina bisa hidup bahagia dengan jantung barunya.

Maafkan aku yang masih tidak bisa mengatakan padamu siapa pendonor jantungmu, Tina.

Alex lalu mengulurkan tangannya pada Tina dan tersenyum padanya.

"Ayo pulang, Tina."

Tina menyambut tangan Alex dengan bahagia.

"Ayo, Alex."

.........to be continue.........

UNBREAKABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang