UNBREAKABLE #10

349 23 1
                                    

"Tikusnya sudah tidak ada kan?" tanya Tina pelan sambil bersembunyi di belakang badan Azka dan memegang kemejanya dengan erat.

"Tidak ada, Tina. Tikusnya sudah mati dan dibawa petugas tadi," jawab Azka sambil tersenyum geli melihat kelakuan Tina.

"Benarkah?" kata Tina lalu keluar dari persembunyiannya di belakang Azka dan berjalan masuk ke dalam apartemennya.

Azka berdiri di belakang Tina dan menemani Tina menggeledah apartemennya untuk memastikan bahwa tikus itu sudah tidak ada.

"Tikusnya sudah tidak ada," seru Tina senang sambil tersenyum senang.

"Benar kan kataku. Aku tidak berbohong padamu, Tina."

Azka memasukkan tangannya ke dalam kantong celananya sambil memandang Tina yang sedang merapikan bantal - bantal di ruang tamunya yang berserakan karena ulahnya semalam.

"Duduklah, Azka."

Tina menoleh ke arah kursi tamunya yang berantakan dan tersenyum malu pada Azka. "Kamu bisa mencari kursi untukmu sendiri kan, Azka?" kata Tina dengan polosnya.

"Tentu saja. Kamu bisa teruskan saja pekerjaanmu," jawab Azka sambil menarik sebuah kursi di meja makan Tina dan duduk di situ.

"Jika kamu mau minum, kamu bisa mengambilnya di kulkas. Anggap saja apartemenmu sendiri," kata Tina sambil menuding kulkas dengan dagunya.

Azka mengangguk pelan dan mengeluarkan ponsel dari saku jasnya. Dia memilih sibuk dengan ponselnya daripada menemani Tina berbicara.

"Tolong kamu cuci semua bantal, karpet dan sofanya sekalian kalau perlu. Siapa tahu tikusnya semalam naik ke atas sofa," kata Tina memberikan instruksi pada asisten rumah tangganya.

"Baik, Nona." Asisten itu lalu menundukkan kepala dan segera melakukan tugas yang diperintahkan padanya.

Tina lalu membalikkan badannya dan melihat sosok Azka yang sedang sibuk menelepon seseorang sambil berdiri di dekat jendela dapurnya.

Apa dia tidak capek menelepon sejak 2 jam yang lalu?

Tina membuka kulkasnya dan mengeluarkan 2 botol air dari dalam. Dia lalu membawa 1 botol itu menuju Azka.

"Minumlah," kata Tina tidak bersuara sambil menyerahkan botolnya pada Azka.

Azka menggoyangkan tangannya menolak pemberian dari Tina karena masih sibuk dengan pembicaraannya di telepon.

Tina menghela nafasnya melihat orang yang gila kerja seperti Azka ini. Apa terlalu gilanya dia pada pekerjaan hingga minum saja tidak sempat?

Tina membukakan botolnya dan menyodorkannya kembali pada Azka. "Minum," perintah Tina tegas.

Azka menatap Tina dengan kesal tapi Tina juga tidak kalah galak dengan tatapan Azka padanya.

"Minum," ulang Tina tanpa bersuara.

Azka lalu meminum botol air itu dan memberikannya kembali pada Tina yang masih berdiri di depannya mengawasi dirinya agar meminum air itu.

"Aku akan mandi dulu," kata Tina pelan lalu meninggalkan Azka yang masih menelepon dan masuk ke dalam kamarnya.

Tina duduk di depan meja riasnya dan melihat wajahnya yang terlihat pucat hari ini. Tina mengambil beberapa obat  yang dia letakkan di depannya dan meraih segelas air lalu meminumnya.

Semuanya akan baik - baik saja, Tina.

Tina menepuk pipinya perlahan sambil tersenyum menatap dirinya di depan cermin. Tangan Tina lalu mengambil lipstik warna merah dan memoleskannya pada bibirnya menutupi wajahnya yang pucat.

"Apa kamu sudah selesai menelepon, Azka?" tanya Tina yang baru keluar dari kamarnya sambil mengikat rambutnya ke belakang.

"Ya. Ternyata aku tidak bisa mengandalkan anak buah di saat seperti ini," jawab Azka sambil mengetik pesan di ponselnya.

"Kalau aku punya atasan seperti kamu mungkin aku sudah resign," kata Tina pelan sambil melewati Azka yang berdiri di dekat meja.

Aroma white musk.

Azka mencium wangi parfum white musk begitu Tina berjalan melewatinya tadi. Azka menolehkan kepalanya dan menatap Tina.

"Kenapa?"

"Parfum yang kamu pakai ---"

"Apa aku terlalu banyak memakainya?" tanya Tina sambil mencium pakaiannya.

Azka menggeleng pelan. "Tidak. Hanya aku pernah mengenal wangi parfum itu," kata Azka.

"Tentu saja, Azka. Ini parfum yang biasa dipakai orang - orang selain diriku."

Azka termenung menatap Tina. Pikirannya sekarang terpecah memikirkan yang lain. Kenangan tentang wanita yang dia cintai. Tina memakai parfum yang sama dengannya.

"Apa parfumku sama dengan seseorang, Azka?" tebak Tina begitu melihat raut wajah Azka.

"Haruskah aku mengganti pakaianku?"

Azka menggelengkan kepalanya. "Tidak usah. Aku akan pergi saja dari sini," kata Azka sambil berdiri dari kursinya.

"Kamu sudah tidak membutuhkanku kan?" tanya Azka sambil menatap Tina.

"Tidak," jawab Tina singkat.

"Baiklah. Aku pergi."

"Anak buahku tidak bisa bekerja dengan benar jika aku tidak di sana," kata Azka sambil berjalan cepat menuju pintu.

"Azka!"

Tina membalikkan badannya dan melihat Azka yang sudah berdiri di dekat pintu.

"Terima kasih."

.........to be continue.........

UNBREAKABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang