UNBREAKABLE #24

227 16 0
                                    

"Bagaimana? Apa kamu sudah bisa menghubungi Tina?"

Gerald yang baru saja masuk ke dalam ruangan Alex segera menghampiri sahabatnya itu. Dia bisa melihat wajah Alex terlihat gelisah sambil berjalan mondar - mandir di belakang mejanya.

"Dari tebakanku, Tina sepertinya masih tidak mau mengangkat teleponmu bukan?" tanya Gerald setengah bercanda.

Alex berhenti mondar - mandir dan dia membalikkan badannya menatap Gerald dengan resah. Dia meletakkan ponsel dan kedua tangannya di atas meja.

"Tina sama sekali tidak datang?" tanya Alex terdengar lesu sambil menatap wajah Gerald.

"Tidak. Dia belum datang untuk pemeriksaan, Alex."

Alex menghela nafasnya dengan kesal mendengar jawaban Gerald. "Dia pasti tidak akan datang, Ger. Dia masih marah padaku," kata Alex.

"Sepertinya sih begitu, Lex. Aku tanya bagian administrasi tadi dan dia tidak menerima telepon dari Tina atau Lisa untuk jadwal pemeriksaan hari ini."

Gerald menatap tajam pada Alex. "Sebenarnya apa yang membuat Tina marah padamu, Lex? Aku masih ingat bagaimana wajahnya ketika dia meninggalkan rumah sakit dengan paksa."

"She looks disappointed," kata Gerald. "......with you."

Alex menarik kursinya dan duduk dengan wajah yang terlihat lemas. "I know if she looks disappointed with me, Gerald. Aku pasti akan merasa seperti itu jika berada di posisinya."

"Aku sudah berbohong padanya."

Gerald menatap wajah Alex dengan bingung. "Kali ini apalagi yang sudah kamu lakukan padanya? Apa dia sudah tahu bahwa Kyla sebenarnya ---"

"Tidak, Gerald. Jangan pernah mengatakan hal itu pada Tina," kata Alex memotong perkataan Gerald dengan cepat.

"Jangan berani mengatakan hal itu padanya atau orang lain, Gerald. Aku tidak ingin ada orang lain yang tahu mengenai itu," ucap Alex dengan tajam. "Tina tidak usah tahu mengenai siapa pendonor jantungnya."

Gerald menganggukkan kepalanya. "Sorry, Lex. Kamu benar sebaiknya Tina tidak mengetahui hal itu karena bisa saja dia semakin tertekan dan kondisinya akan lebih parah dari ini," ujar Gerald.

"Lalu apa yang sudah kamu lakukan, Lex?" tanya Gerald sambil duduk di depan Alex.

Alex menundukkan kepala di atas meja dan mengaruk kepalanya. "Aku berbohong kalau aku tidak mengenal Azka."

"Hari itu dia pergi menemui Kyla di makam dan tidak sengaja dia bertemu dengan Azka. Kamu tahu bukan apa yang aku maksud?" tanya Alex sambil memandang wajah Gerald yang terlihat shock.

"Jadi pria yang aku temui di ruangan Tina waktu itu adalah ---"

Gerald menatap wajah Alex dengan tatapan tidak percaya dan terkejut. "Pria itu adalah Reynard, kekasih Kyla??"

Alex menganggukkan kepalanya. "Ya, Ger. Pria yang membawa Tina ke rumah sakit itu adalah Azka Reynard Carney, kekasih Kyla," jawab Alex pelan.

"Pantas saja aku merasa familiar dengannya," kata Gerald begitu menyadari dimana dia pernah melihat pria itu.

"Lalu apa yang akan kamu lakukan sekarang, Lex? Kamu tidak akan duduk diam saja seperti ini bukan?"

"Entahlah, Gerald. Dia sama sekali tidak mau menerima teleponku atau membalas pesan - pesanku."

"Aku khawatir dengan keadaannya sekarang," kata Alex sambil melihat hujan deras yang melanda kota sepanjang hari ini.

Gerald berdiri di samping Alex dan menepuk pundak Alex pelan.

Alex menolehkan kepalanya dan menatap wajah Gerald.

"Aku tidak tahu kalau kamu akan sebodoh ini dalam urusan wanita, Alex."

"Maksudmu?" tanya Alex tajam sambil menatap Gerald.

"Jika Tina tidak mengangkat telepon dan membalas pesanmu, kenapa kamu tidak pergi menemuinya di kantor atau di rumah? Temui dia dan jelaskan alasannya kenapa kamu tidak mengatakan hal itu pada Tina," jawab Gerald sambil tersenyum.

Alex terdiam sejenak dan memikirkan kata - kata Gerald yang ada benarnya juga. Kenapa dirinya tidak berpikiran untuk pergi dan menemui Tina langsung. Alex segera membuka jas dokternya dan menggantungnya di dekat meja.

"Aku pergi dulu, Gerald. Aku titip pasienku sebentar," kata Alex sambil menepuk pundak Gerald dengan senang.

"Ahh... Seharusnya aku tidak mengatakan itu tadi," ucap Gerald menyesal sambil menggaruk kepalanya ketika menyadari bahwa ini adalah jam visit pasiennya Alex.

*****

"Lisa, apa Tina ada di dalam?" tanya Alex begitu tiba di depan meja Lisa.

Lisa yang sedang sibuk mengerjakan pekerjaannya lalu mendongakkan kepalanya dan menatap pria yang sedang berada di depannya. "Alex?" seru Lisa sedikit terkejut.

"Kenapa kamu begitu terkejut melihatku, Lisa?" tanya Alex sambil mengerutkan dahinya.

Lisa terlihat bingung dengan keberadaan Alex yang ada di sini. Dia diam sejenak dan berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi.

"Kenapa kamu malah ada di sini? Bukankah kamu seharusnya ada di rumah sakit?" tanya Lisa sambil menatap Alex dengan bingung.

"Apa Tina ---"

"Tina sudah berangkat sejak 30 menit yang lalu, Lex. Dia bilang padaku kalau dia mau ke rumah sakit tadi," jawab Lisa memotong perkataan Alex.

Lisa mengambil buku agendanya dan membuka halaman paling depannya. "Benar. Hari ini dia kan ada jadwal pemeriksaan rutin," kata Lisa membaca jadwal Tina yang sudah dia catat.

Lisa mendongakkan kepalanya dan menatap Alex yang terlihat diam dan sedang memikirkan sesuatu. Dia menelan ludahnya dan memberanikan diri mengatakan apa yang ada di pikirannya sekarang. "Apa Tina tidak ----"

"Dia...tidak datang ke rumah sakit, Lisa."

Lisa membelalakkan matanya terkejut mendengar kata - kata Alex. "Kamu serius, Alex? Kamu sudah yakin?"

Alex menganggukkan kepalanya dengan lemas. "Aku yakin, Lisa."

"Gerald sudah memastikan tidak ada nama Tina di dalam daftar pasien hari ini," jawab Alex.

"Jika dia tidak pergi ke sana lalu kemana Tina, Lex?"

.........to be continue.........

UNBREAKABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang