UNBREAKABLE #11

346 20 1
                                    

"Apa kamu akan berhenti bekerja jika kita menikah nantinya?"

Tina meletakkan garpu dan pisaunya lalu menatap pria yang sedang makan bersamanya.

"Apa kamu seyakin itu kita akan menikah nantinya?" tanya Tina dengan nada dingin.

Pria itu menatap wajah Tina sambil tersenyum. "Tentu saja, Rosa. Orang tua kita sudah menyetujui hubungan di antara kita dan kita pasti akan menikah," jawab pria itu dengan nada sangat percaya diri.

Tina menarik bibirnya dan menyunggingkan senyuman sinis di wajahnya. "Rosa? Sejak kapan kamu berhak memanggilku dengan nama itu?"

"Aku kan kekasihmu, Rosa. Kenapa kamu berkata seperti itu?"

Tina menggebrak meja dengan tangannya. Perbuatannya tadi mengundang perhatian semua orang yang ada di restoran.

"Apa yang kamu lakukan, Rosa?" tanya pria itu terkejut dengan tindakan Tina tadi.

"Rosa??" desis Tina kesal.

"Berhenti memanggilku seperti itu, Mr. Jordan. Aku tidak suka kamu memanggilku dengan nama itu."

Tina pun mendorong kursinya ke belakang dan berdiri sambil menatap Jordan dengan marah.

"Ada beberapa hal yang perlu aku katakan padamu agar kamu paham, Mr. Jordan. Pertama, aku bukan kekasihmu. Kedua, keluargaku tidak pernah menyetujuinya. Ketiga, aku makan di sini hanya demi kesopanan saja," jelas Tina berusaha mengecilkan suaranya.

"Apa kamu bilang?" tanya Jordan sambil mendorong kursinya ke belakang dan berdiri sambil memegang tangan Tina dengan kasar.

"Perlu aku ulangi lagi, Mr. Jordan? Keluargamu itu hanya mendekatiku dan keluargaku hanya demi perusahaanmu bukan? Tapi kamu salah, kamu tidak akan mendapatkan keuntungan apa - apa dari itu."

Tina melihat tangannya yang masih dipegang Jordan dengan erat. "Lepaskan tanganku, Jordan. Atau kamu akan mendapatkan balasannya," desis Tina marah.

Jordan melirik ke semua pengunjung restoran yang sedang melihat ke arah mereka dan menyaksikan pertengkaran mereka.

"Tidak, Rosa. Kamu harus minta maaf dulu dengan semua ucapan kasarmu tadi," kata Jordan marah dan tidak melepaskan tangan Tina dari genggamannya.

Tina mencoba menarik tangannya dari tangan Jordan tapi tidak berhasil. Jordan memegangnya dengan erat.

"Aku tidak akan minta maaf, Jordan. Semua ucapanku tadi itu benar," kata Tina sambil menatap mata pria brengsek itu.

"Lepaskan tanganku," kata Tina marah dan mulai kesakitan karena genggaman Jordan yang erat.

"Tidak," tolak Jordan.

Jordan menarik tangan Tina dengan kasar hingga Tina merintih kesakitan.

"Lepaskan tanganmu, Jordan." Seseorang berdiri di belakang Jordan memerintahnya agar melepaskan tangan Tina.

"Azka?" kata Tina pelan dan tidak percaya ketika melihat sosok Azka yang berdiri di belakang Jordan.

Jordan melepaskan tangannya dan mendorong badan Tina ke belakang dengan keras hingga Tina terhuyung ke belakang dan terjatuh ke lantai.

"Tina!!" teriak Azka terkejut dengan tindakan Jordan.

Azka segera menghampiri Tina yang terjatuh dan membantunya untuk berdiri. "Apa kamu tidak apa - apa?" tanya Azka pelan.

Tina tersenyum tipis. "Aku tidak apa - apa," jawab Tina sambil menggigit bibir bawahnya.

Azka lalu membalikkan badannya dan menatap Jordan dengan marah. "Apa yang kamu lakukan tadi? Menyakiti wanita dan mendorongnya ke belakang seperti itu?"

"Apa pedulimu, Azka? Kenapa kamu begitu peduli pada wanita seperti itu?" tanya Jordan sambil menuding ke arah Tina yang berdiri di belakang Azka.

"Aku tidak akan memaafkanmu karena menyakiti dia seperti itu, Jordan."

"Hahaha..." Jordan tertawa keras mendengar ucapan Azka. "Kamu mengancamku, Azka??"

Azka mendesis marah dan bergerak maju mencengkeram kerah Jordan. Azka mengepalkan tangannya dan melayangkan tinjunya ke wajah Jordan hingga dia terjatuh ke lantai.

"Azka!!" teriak Tina terkejut dengan tindakan Azka tadi.

Tina segera menghampiri Azka dan menahan tangan Azka yang hendak meninju Jordan lagi. "Hentikan, Azka."

Tina memandang mata Azka dan menggelengkan kepalanya. "Sudah cukup, Azka. Hentikan," kata Tina pelan.

"Ini masalahku dengannya. Biar aku yang menyelesaikannya," kata Tina lagi.

Tina menjauhkan badan Azka dari badan Jordan yang terjatuh di lantai dan melihat wajah dan bibir Jordan yang berdarah karena pukulan Azka tadi.

"Aku tidak akan memaafkan perbuatanmu tadi, Jordan. Akan kupastikan besok bisnismu berhenti berjalan," ucap Tina dengan sinis.

Azka lalu menggandeng tangan Tina dan mengajaknya pergi dari restoran itu.

"Tolong bereskan kekacauan ini, Taylor. Termasuk bedebah itu," kata Azka pelan pada Taylor ketika Azka dan Tina berjalan melewatinya.

"Ayo kita pergi, Tina." ajak Azka sambil menuntun Tina berjalan keluar meninggalkan restoran.

*****

"Apa tanganmu baik - baik saja?" tanya Azka yang melihat Tina memegang pergelangan tangannya dari tadi.

"Tidak. Aku tidak apa - apa," jawab Tina sambil melepaskan tangannya dengan cepat.

Azka melirik pergelangan tangan Tina dan melihat ada sedikit lebam di tangannya.

"Siapa pria itu?" tanya Azka sambil fokus menyetir mobilnya.

"Jordan. Kamu mengenalnya juga kan?" jawab Tina sambil memalingkan mukanya dan memandang jalanan.

"Bukan itu maksudku, Tina. Apa hubungan dia denganmu?"

"......" Hening.

"Pria itu dijodohkan denganmu?" tebak Azka.

"......"

"Kurasa tebakanku benar," jawab Azka melihat Tina tidak menjawab pertanyaannya.

"Bukan hanya dia yang dijodohkan denganku, Azka. Jordan adalah orang kesekian yang dijodohkan orang tua denganku tapi dia sepertinya terlalu obsesi denganku," kata Tina sambil tersenyum tipis.

"Kenapa kamu ada di sana, Azka? Apa kamu melihat pertengkaranku tadi?" tanya Tina.

"Aku baru saja menyelesaikan pertemuan bisnis dengan klienku dan tiba - tiba ketika aku hendak keluar, aku mendengar suara seseorang menggebrak meja dengan keras. Ketika aku menolehkan kepalaku, aku melihat kamu dan Jordan di sana," jawab Azka.

"Dan ya, aku melihat semuanya."

"Memalukan bukan?" tanya Tina sambil menatap jalanan.

Azka hanya diam saja dan melirik Tina yang sedang menatap jalanan. Entah kenapa dia melihat wajah Tina terlihat sedih malam ini.

"Bisakah kamu menurunkanku di bar yang ada di depan?" tanya Tina sambil menatap wajah Azka.

"Bar?" kata Azka mengulang kalimat Tina.

"Kamu mau pergi ke sana setelah kejadian tadi?"

Tina menganggukkan kepalanya. "Ya, Azka. Turunkan aku di sana dan kamu bisa pulang ke rumahmu," jawab Tina.

"Aku perlu menyegarkan kepalaku dan alkohol adalah jawaban yang tepat."

Azka menghela nafasnya dengan berat. "Baiklah," jawab Azka.

Mobil Azka pun lalu menuju bar yang dimaksud Tina dan berhenti di depannya. Tina lalu membuka pintu mobilnya dan turun dari mobil Azka.

"Terima kasih sudah menolongku tadi, Azka."

.........to be continue.........

UNBREAKABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang