UNBREAKABLE #21

231 17 1
                                    

"Apa yang sedang kamu lakukan di sini, Azka?"

Tina dengan santai bertanya kepada Azka yang sedang berjalan menuju dirinya. Dia melihat penampilan Azka yang rapi dengan setelan jas Armaninya. Always perfect. Work and his outfit.

"Apa kamu kira aku adalah pria yang tidak bertanggung jawab?" tanya Azka balik sambil menatap mata Tina dengan kesal.

"Setelah kamu membuatku panik kemarin sekarang kamu bersikap seperti itu padaku?" Azka melipat kedua tangannya di depan dadanya.

"Sorry about last day, Azka. Dan thanks sudah membawaku ke sini," kata Tina sambil tersenyum tulus.

Azka ikut tersenyum begitu melihat Tina tersenyum padanya. Senyumnya mirip dengan dia. Dia yang tidak akan pernah tersenyum lagi untuk dirinya. Selamanya.

"Tapi kenapa kamu datang ke sini, Azka? Kamu bisa meneleponku bukan?" Tina masih tidak mengerti dengan alasan keberadaan Azka di sini. Jika memang dia hanya sekedar bertanggung jawab, dia bisa minta tolong Taylor mengecek keadaanku atau meneleponku.

"Aku hanya mampir untuk melihat keadaanmu, Tina. Ada meeting dengan investor dari Jerman jam 2 nanti. Jangan salah paham," jawab Azka.

Tina tertawa ringan mendengar ucapan Azka. "Aku tidak akan salah paham, Azka."

"Sekarang kamu bisa melihat keadaanku baik - baik saja kan?"

Azka memperhatikan wajah Tina dengan seksama dari tadi dan dia bisa melihat wajah Tina jauh lebih segar dari kemarin meski dia masih agak pucat.

"Apa kata dokter tentang keadaanmu? Apa penyakitmu parah?"

"Tidak. Aku hanya kelelahan. Beberapa hari ini, aku keliling melihat lokasi tanah untuk proyek kita dan aku memang kurang istirahat," jawab Tina setengah jujur dan setengahnya lagi berbohong.

Azka tidak perlu tahu mengenai kondisiku sebenarnya. Tidak boleh. Dia tidak boleh tahu.

"Kamu pergi ke sana?"

"Kenapa kamu tidak mengatakannya padaku kalau kamu kesana?" tanya Azka sedikit menaikkan nada bicaranya dan menatap Tina dengan marah. Entah kenapa dia tidak suka mendengar Tina terlalu bekerja keras untuk proyeknya.

"Kamu bisa memintaku pergi kesana atau kamu bisa..."

"Aku bisa melakukannya sendiri."

Azka menatap Tina dengan marah. "Harusnya aku yang melakukan pekerjaan itu, Tina dan bukan kamu yang melakukannya."

"Kamu tahu lokasi itu terlalu jauh dari kota, akses jalan menuju ke sana belum bagus dan daerah sana rawan perampok. Tapi kenapa kamu nekat melakukannya sendiri? Dimana sekretarismu? Dia tidak mengikutimu seperti biasanya?" tanya Azka dengan marah.

Tina menatap Azka dengan heran. Kenapa dia bisa semarah itu padaku? Apa salahnya hingga dia semarah ini?

"Azka, aku melakukan itu atas niatku sendiri. Aku harus memastikan sendiri bahwa proyekku tidak ada masalah dan bisa berjalan sesuai jadwal. Dan satu hal yang perlu kamu tahu, aku kesana di siang hari jadi aku aman," jelas Tina.

Raut wajah Azka tetap sama saja dan tidak berubah. Tina bisa melihat kemarahan masih ada di wajah Azka. Kini mata Azka sedang menatap dirinya dengan tajam tanpa mengatakan sepatah kata pun.

"Tahukah kamu kalau perbuatanmu itu bisa mencelakai dirimu sendiri? Tahukah kamu kalau kamu sudah terlalu ceroboh?" kata Azka mengucapkan apa yang ada di dalam kepalanya saat ini.

"Dokter UGD semalam mengatakan bahwa kamu memiliki riwayat penyakit sebelum ini, Tina dan dia mengatakan bahwa kamu harusnya tidak kelelahan seperti itu. Benarkah itu, Tina?" Azka mengatakan kalimat itu dengan nada datar dan dingin.

Tina menelan ludahnya mendengar perkataan Azka. Dia tiba - tiba merasa takut dengan Azka. Sebelumnya dia tidak pernah melihat sisi Azka yang seperti ini secara langsung. Azka yang dingin, berkuasa dan bisa begitu mendominasi.

"..."

"Kamu tidak menjawabku?" tanya Azka.

"Itu urusanku, Azka. Kamu tidak perlu ikut campur," jawab Tina tegas.

"Kamu benar. Tidak seharusnya aku ikut campur dalam urusanmu," kata Azka dingin.

Azka mendorong kursinya ke belakang dan dia beranjak bangun dari tempat duduknya. "Mengenai kontrak kita..."

"Aku akan merevisinya, Ms. Abner. Kurasa kita perlu mempertegas bagian pekerjaannya. Apa yang anda lakukan dan saya lakukan. Kita perlu memasukkannya ke dalam kontrak kita," jelas Azka yang tiba - tiba berbicara pada Tina dengan formal.

"Ajukan apa yang anda mau, Mr. Carney. Saya akan mengoreksi mana yang diterima dan saya tolak," kata Tina dengan tenang.

"Tina, sudah saatnya kamu minum obat."

Gerald masuk begitu saja ke dalam kamar Tina sambil membawa nampan berisi obat - obatan milik Tina. Gerald tidak tahu kalau masih ada Azka di dalam kamar Tina dan kenapa aura di antara mereka sepertinya sangat tegang.

"Aku akan keluar ---"

"Tidak perlu. Aku yang akan pergi," kata Azka.

Azka membalikkan badannya dan berjalan menuju Gerald yang berdiri di belakang pintu. Azka menghentikan langkahnya dan menolehkan kepalanya kepada Gerald, dokter yang memeluk Tina dengan mesra tadi.

"Seharusnya kamu bisa menghentikan perbuatan ceroboh kekasihmu itu," kata Azka sinis. Azka lalu segera membuka pintu kamar Tina dan pergi dari sana.

Gerald menolehkan kepalanya dengan terkejut mendengar kata - kata Azka tadi.

"Kekasih?"

.........to be continue.........

UNBREAKABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang