UNBREAKABLE #20

261 19 1
                                    

"Apa dia akan baik - baik saja?"

"Kondisinya sekarang sudah stabil, Mr. Carney. Dia bisa segera dipindahkan ke kamar rawat," jawab dokter jaga yang memeriksa keadaan Tina.

"Lalu kenapa dia bisa seperti itu, dok? Dia lemas dan terlihat kesakitan di dadanya," tanya Azka yang khawatir dengan keadaan Tina.

Azka tahu kalau dia dan Tina tidaklah dalam hubungan dekat, teman atau sebagainya. Hubungan mereka tidaklah lebih dari sebatas partner kerja. Tapi entah kenapa tanpa dia sadari semenjak pertemuan pertama mereka lalu ketika Tina meneleponnya karena ada tikus di apartemennya, kini Azka tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari Tina.

"Ada beberapa faktor yang bisa mengakibatkan dia seperti itu, Mr. Carney. Terlebih lagi dia memiliki riwayat sebelumnya dan kelelahan yang dia alami membuat dia seperti ini," jelas dokter itu.

"Tapi sejauh ini tidak ada yang perlu dikhawatirkan," kata dokter itu sambil menepuk pundak Azka pelan.

Azka mengerutkan dahinya mendengar kalimat dokter tadi. "Riwayat? Riwayat apa maksud anda, dokter?"

"Apa dia sudah sering seperti ini? Riwayat apa yang dia miliki, dokter?"

"Maafkan saya, Mr. Carney tapi saya tidak bisa membocorkan riwayat pasien kepada anda karena anda bukan wali pasien."

"Mungkin anda bisa bertanya langsung pada dokter yang merawat Tina, Mr. Carney." Dokter jaga itu memberikan saran pada Azka.

"Dimana dokternya? Kenapa dia tidak di sini dan memeriksanya?" tanya Azka sedikit kesal karena dia tidak bisa mendapatkan informasi apapun dari dokter jaga ini.

"Panggil dia kemari," perintah Azka.

"Baik, Mr. Carney."

Dokter itu lalu menundukkan kepalanya dan membalikkan badannya segera pergi dari hadapan Azka.

Azka menatap Tina yang masih tertidur di atas ranjang. Wajahnya masih terlihat pucat tapi setidaknya kini dia baik - baik saja. Azka tersenyum lega sambil mengelus kepala Tina dengan lembut.

*****

"Tina, apa kamu sudah bangun?"

Tina membuka matanya perlahan - lahan dan samar - samar dia bisa melihat seorang pria sedang berbicara dengannya. Tina bisa merasakan tangan pria itu sedang menggenggam tangannya.

"Tina..."

"Apa kamu bisa mendengarku?" tanya pria itu lagi.

Tina menolehkan kepalanya perlahan dan menatap pria yang sedang berbicara dengannya itu. Dokter Gerald.

Tina hanya tersenyum kecil sambil menatap dokter Gerald yang terlihat khawatir dengan keadaannya.

"Dasar!! Kenapa kamu malah tersenyum?" tanya Gerald setengah kesal dan senang begitu melihat Tina sadar.

Tina berusaha bangun dari posisinya sekarang dan mencoba untuk duduk di atas kasurnya. Tina merasakan punggungnya terasa sangat pegal.

"Apa kamu tidak bisa berbaring saja, Tina?" tanya Gerald sambil membantu Tina untuk duduk sambil bersandar di kasurnya.

Tina menggelengkan kepalanya.

"Berapa lama aku tertidur, dokter Gerald?"

Gerald melihat jam tangannya. "Hampir 12 jam, Tina. Dan kamu berhasil membuatku serangan jantung karena ini, Tina."

"Aku hanya kelelahan, dokter Gerald. Jangan terlalu berlebihan," kata Tina santai sambil menarik selimutnya ke atas.

Gerald menarik kursi ke sisi kasur Tina dan duduk sambil menatap Tina dengan tajam.

"Apa kamu tahu bagaimana perasaanku semalam saat suster Grace datang dengan panik dan mengatakan bahwa kamu sedang berada di UGD dan tidak sadarkan diri?"

"Jika Alex mengetahui ini dia pasti akan membunuh kita berdua, Tina."

"Jangan katakan pada Alex kalau begitu, dokter Gerald. I'm fine now," kata Tina.

"Too late, Tina. Aku yakin suster Grace sudah menghubungi Alex saat ini," jawab Gerald pasrah.

"Kita berdua akan mendengarkan omelannya dan kamu sebaiknya tidak membantah ucapan Alex, Tina."

Gerarld menatap wajah Tina yang sudah tidak pucat seperti semalam ketika dia tiba di UGD. "Tidak bisakah kamu menuruti apa kata Alex dan aku, Tina?"

"Berhentilah bekerja terlalu berat sementara ini. Kamu masih membutuhkan banyak waktu agar badanmu menerima jantung barumu itu," kata Gerald pelan menjelaskan pada Tina.

"Lantas apa kalau aku melakukan itu aku bisa jauh lebih baik dari keadaanku sekarang, dokter Gerald?" tanya Tina sambil memegang dadanya.

Gerald meraih tangan Tina dan menggenggamnya. "Berpikirlah positif, Tina. Aku dan Alex percaya bahwa mukjizat itu ada dan kami percaya bahwa kamu bisa hidup panjang dengan jantung barumu."

"Kamu punya kesempatan hidup kedua, Tina. Tidak semua orang memiliki kesempatan itu."

Tina menarik tangannya dari genggaman Gerald. "Aku mengerti. Aku sangat bersyukur dengan kesempatan kedua ini," ucap Tina.

"Tapi aku perlu kepastian, dokter Gerald. Jika memang aku hanya memiliki sedikit waktu, maka aku tidak ingin menyia - nyiakan waktuku ini."

Mata Tina mulai berkaca - kaca sambil menatap Gerald dan berusaha menahan air matanya.

Gerald berdiri dari kursinya dan memeluk Tina dengan hangat. "Alex sedang berusaha mencari solusi untuk itu, Tina. Percayalah padanya," ucap Gerald.

"Aku tahu Alex sangat menyayangimu, Tina. Tiap malam dia selalu membaca jurnal dan mencari cara untuk kesembuhanmu," kata Gerald sambil mengusap punggung Tina dengan lembut.

"Ehem... Ehem..."

Gerald langsung melepaskan pelukannya begitu mendengar suara orang batuk di belakangnya. Dia langsung berdiri dan membalikkan badannya dan menghadap ke arah orang itu.

"Hai, Mr. Carney." ucap Gerald menyapa Azka yang baru saja tiba di kamar Tina.

"Anda datang menjenguk Ms. Abner?"

"Tentu saja," jawab Azka singkat, padat dan jelas.

Gerald menolehkan kepalanya pada Tina dan menepuk pundaknya pelan. "Aku pergi dulu, Tina. Suster akan datang 1 jam lagi untuk membawakanmu obat. Pastikan kamu meminumnya," kata Gerald mengingatkan Tina.

"Akan kuminum," jawab Tina sambil tersenyum.

Gerald mendekatkan kepalanya ke telinga Tina dan membisikkan sesuatu. "Pikirkan apa yang aku katakan tadi, Tina."

Selesai mengatakan kalimatnya, Gerald langsung membalikkan badannya dan berjalan menjauh dari kasur Tina. Gerald berhenti sejenak di depan pintu dan menolehkan kepalanya menatap Azka yang tengah berjalan menuju kasur Tina dengan tatapan familiar.

Sepertinya aku pernah melihat dia di suatu tempat. Tapi dimana aku pernah melihatnya?

"Dokter Gerald!"

Gerald langsung menolehkan kepalanya dan melihat suster Grace ada di depannya.

"Ada pasien yang ingin bertemu dengan anda, dokter. Kita harus segera menemuinya," kata suster Grace.

"Baiklah. Mari kita ke sana," kata Gerald.

Gerald lalu mengalihkan pandangannya dan menatap ke dalam kamar Tina sekali lagi. Dia memandang Azka yang sedang berbicara dengan Tina.

Mungkin itu hanya perasaanku.

.........to be continue.........

UNBREAKABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang